"apa salahnya jika dia seorang guru TK ma?" Aku mulai mengambil buah yang mama kupas tadi dengan garpu kecil dan memasukkannya ke dalam mulutku.
"Gimana sih kamu dikaaaa.. Sofi yang jelas-jelas seorang pengusaha muda saja kamu hanya melirik, lha ini cuma seorang guru dikaaaa.. hemmm...ayo dong nak..jangan permalukan keluarga kita lagi, apa kamu tau latar belakang wanita itu, siapa dia, bagaimana keluarganya", mama semakin panas saja. Sementara papa kulihat hanya menghela nafas panjang. Kemudian berkata
"you are serious..?"
"Yes pa, i'm serious.." sedikit kutekan suaraku. Untuk meyakinkan papa dan mama.
"Jangan main-main kamu!" ancam mama yang masih tetap melotot melihatku.
"Apa maksud mama bilang mempermalukan keluarga lagi, memang aku salah dulu telah menghamili Vani sebelum kita menikah, tapi itu semua karena papa dan mama tidak setuju dengan hubungan kita" hening sesaat.."memang Vani bukan dari keluarga berada ma, tapi Vani adalah wanita yang sangat mengerti aku ma, sebagai sekretaris ku saat itu dia bisa menghandel semua kegiatanku di kantor, saat itu aku masih harus kuliah S2 juga, bolak balik Singapura surabaya..tanpanya aku tidak bisa bekerja sendiri". Dadaku terasa sesak jika mengingat vani.
"Heeemmm.. sudahlah dik, sudah jangan kau teruskan" papa mulai menepuk-nepuk pundakku
"Ma pa..coba bayangin, jika istriku juga sama sibuknya sepertiku. Lalu mau jadi apa anak-anakku kelak, cukup Vani yang gila kerja..sampai dia tidak memperdulikan dirinya ketika Maura hadir.. dan akhirnya dia telah pergi meninggalkanku dan anak2 untuk selamanya.."aku mulai terisak, terasa dada ini seperti akan meledak. Kuseka air mata yang sudah mulai menetes, tak boleh kutampakkan kerapuhanku didepan kedua orang tuaku. "Untuk istriku yang sekarang aku ingin mempunyai istri yang bisa mendidik anak-anak ku pa ma, karena pendidikan yang utama adalah dirumah, dan tugas seorang ibu mendidik anak-anaknya dirumah, untuk itulah kenapa aku memilih guru Maura sebagai calon istriku".
Mama tampak terdiam, namun masih tampak jika mama tidak setuju dari raut wajahnya. Sedangkan papa seperti sedang berfikir sesuatu.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan kedepannya?" Tanya papa pelan
"Aku akan mencoba mendekati wanita itu dulu pa. Selama ini aku belum mengutarakan niatku kepadanya, hanya aku sering memperhatikan kalau dia sangat sabar menghadapi anak-anak ku, dan dia seorang guru itu point' utama"
"Baiklah papa akan mengurusnya, papa akan mencoba mencari informasi tentang wanita itu" jawab papa kemudian.
"Jadi papa mendukung dan merestui keinginanku pa?" Kuraih tangan papa yang duduk disebelahku. Papa hanya mangangguk-angguk dan menepuk pundakku pelan.
"Terserah lah. Tapi.. Mama pengen tau dulu gimana wanita itu" ujar mama sambil berdiri dan melangkah ke dapur. Tak berapa lama setelah mama pergi, Maura turun dengan bedak yang sangat tebal dimukanya.. aku dan papa pun tersenyum melihat Maura yang seperti buah kesemek dan siap untuk di happpp..mauraaa selalu bikin gemes aja.
. . .
Rara POV
Ada apa ya mas Rendi sepertinya menghindari ku. Tadi ketika aku menelepon dan mengabarkan tentang Maura sepertinya baik-baik saja.. ohh iya tadi sepertinya mas Rendi mau mengatakan sesuatu..tapi apa ya?? Tadi juga ketemu di depot bu ratmi juga tampak aneh. Padahal jelas-jelas tadi mas Rendi melihatku duduk di pojok an..kenapa dia tidak menyapaku. Aneh...
Minggu ini aku banyak pekerjaan sekolah, harus mempersiapkan evaluasi akhir semester dan juga raport an di akhir bulan. Dan seminggu kedepan aku harus mengikuti workshop dan pelatihan yang akan diadakan oleh dinas di hotel wisata. Karena aku pernah menjuarai sebuah ajang perlombaan tentang ke paud an, maka pihak dinas akan memberi kesempatan untuk mengikuti lomba ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Untuk itu sebelum berlomba semua kandidat akan di asah dan digodok lerlebih dahulu. Kami akan dibekali dengan ilmu-ilmu tentang AUD. Semacam dikarantina begitulah. Alhamdulillah aku mewakili sekolahku dan bisa mengikuti ajang tersebut. Walaupun aku tergolong masih junior dilembaga namun kata bunda Sulis aku mampu. Untuk itu seminggu kedepan aku akan meminta bantuan guru piket untuk memegang kelasku. Dan otomatis tugas-tugas untuk seminggu kedepan sudah aku persiapkan terlebih dahulu. Untuk mempersingkat waktu dan jarak tempuh kebanyakan dari peserta memang lebih memilih menginap di hotel yang telah disediakan oleh pihak panitia. Begitu pula aku harus menginap di hotel yang sudah disediakan.
Sore itu aku sudah harus cek in di hotel. Ternyata banyak sekali peserta dari penjuru tanah air. Kebanyakan dari mereka adalah juara-juara lomba di daerah masing-masing. Kulihat mbak putri seniorku waktu kuliah dulu. Ada juga mbak Rita yang semuanya adalah sang juara. Namanya sudah lama membumbung tinggi di dunia kepaud an. Itu baru yang dari kotaku. Belum lagi banyak juara-juara dari kota lain. Kalau sudah begini aku seperti kerdil dan kecil jika harus dibandingkan dengan mereka. Tapi untuk apa aku pesimis. Toh disini semuanya belajar. Seperti yang mama bilang tadi malam ketika aku berpamitan. Aku harus kuat dan optimis, yakin pasti bisa.. kalau kata ayah sih fighting..fighting..
KAMU SEDANG MEMBACA
muridku anakku
Художественная прозаgadis bernama Rara yang berusaha untuk menjadi seorang guru dan seorang ibu, mampukah Rara mencapai harapannya?