si pendongeng

2.1K 164 3
                                    

Author POV

Sudah 2 Minggu Maura selalu menjemput dan mengantarkan Rara pulang sampai depan gang kost nya. Sepertinya Maura semakin lengket saja dengan Rara. Awalnya Rara menolak ajakan Maura. Tapi setiap kali Rara beralasan Maura selalu mengeluarkan jurus andalannya yaitu menangis dan merengek. Dika juga awalnya tidak enak dengan guru anaknya, tapi demi anak tercinta akhirnya dia selalu mengabulkan keinginan putrinya untuk menjemput dan mengantar pulang gurunya. Setiap hari bertemu dan bersama membuat keduanya semakin dekat saja. Kedekatan itu malah semakin dekat layaknya kedekatan antara seorang ibu dan anak. Awalnya Rara merasa kasihan, melihat Maura. Masih terlalu kecil untuk kehilangan sosok seorang ibu. Kemudian rasa sayang itu semakin kuat dirasakan oleh Rara. Walaupun dengan murid yang lain dia juga sangat menyayangi namun untuk Maura sayang itu menjadi lebih, mungkin karena dia anak yang spesial (anak piatu). Seperti pagi itu Maura tidak masuk sekolah. Seperti ada sesuatu yang kurang dalam pembelajaran pagi itu.. tidak ada pemberitahuan kenapa Maura tidak bersekolah. Akhirnya sekitar jam 9 ada pesan di WhatsApp nya.

"Assalamualaikum Bunda Rara. Sekedar menginformasikan bahwa hari ini Maura tidak bisa mengikuti kegiatan belajar disekolah dikarenakan ananda sedang sakit. Trimakasih. Wassalamu'alaikum"

Pengirim ayah Maura.

"Rupanya Maura sedang sakit. Sakit apa anak itu? Padahal kemarin baik-baik saja". Guman Rara dalam hatinya. Kemudian Dibukanya pembelajaran hari ini. Karena tema Minggu ini tentang makanan kesukaan. Jadi tugas hari ini anak-anak membawa makanan kesukaan dari rumahnya masing-masing. Ternyata banyak sekali walimurid yang hanya membawakan bekal makanan siap saji. Mungkin karena kesibukan mereka sehingga kurang memperhatikan nilai gizi dari makanan anak-anaknya. Dari 15 anak mungkin hanya 4 anak yang membawa makanan 4 sehat 5 sempurna. Untuk yang lain, kebanyakan membawa junk food. Hamburger, kentang dan ayam crispy, pizza..duhhh..miris rasanya.

Ketika jam istirahat. Tiba-tiba handphone Rara berbunyi. Dilihatnya ternyata terdapat notifikasi ayah Maura. "Hemm..ngapain ayah Maura menelephone ya.., sepertinya tadi sudah memberi kabar jika Maura sedang sakit" guman Rara dalam hatinya.

"Assalamualaikum.." baru Rara mengucapkan salam tiba-tiba terdengar suara teriakan Maura dari ujung sana

" Waalaikumusalam bunda ala.. buun Ola gak sekulah.. Ola anas, indung Ola ampet. Tapi Ola pengen sekulah bundaaaa.. " suara sengau Maura terdengar kalau dia sedang flu.

" Kalau sakit, Maura istirahat saja di rumah, bobok aja ya sayang.. biar lekas sembuh. Bunda berdo'a semoga Maura lekas sembuh dan bisa sekolah kembali"

"Tapi bunda.. Ola pengen sekulah.." kembali terdengar rengek kan dan tangis Maura di sebrang sana. Rara mencoba menenangkan Maura namun butuh waktu untuk bisa menaklukkannya.. terdengar suara papi Maura mengatakan jika Maura tidak boleh mengganggu bunda yang sedang mengajar. Namun tetep saja Maura menangis dan tidak mau mendengarkan bujukan papinya.

" Sayang.. kalau hebat nanti bunda ceritakan tentang hujan takut dengan mendung" Rara mulai mengeluarkan jurus rayuannya. Dan benar saja, disebrang sana tangisan Maura sudah mulai reda.

" Kok bica ujan Atut Ama mendung?" Suara Maura terdengar heran. "Bunda ala mau bercelita.. asyiiik nanti bunda ala kelumah Ola dan bercerita" terdengar suara girang Maura.

Dalam hati Rara berkata, kok bisa Maura bilang aku mau ke rmh ya..kapan aku yang bilang.

"Eee.. Maura sayang.. ceritanya besok kalau Maura sudah sembuh dan sekolah ya sayang" Rara mencoba bernegosiasi. Terdengar suara Maura menangis kembali

"Bunda ala kelumah Ola.. bunda kelumah yaa..bunda ala arus bercelita.." kembali terdengar Maura sedang menangis. Akhirnya handphone pegang papi nya..

muridku anakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang