"Coba aku yang jadi suamimu Ra, betapa bahagianya" kata Tyo sambil terus memperhatikan Rara, dilihatnya tubuh Rara memang sudah seperti badut di perempatan lampu lalu lintas. Dengan perut yang sangat besar dan wajah yang juga tampak bengkak pula. Tapi masih terlihat cantik. Tyo tersenyum sendiri.
"Kamu itu Yo, ada-ada saja" Rara kembali tertawa.
"Kadang aku masih berkhayal Ra" kata Tyo lagi.
"Sudahlah Yo, berarti kita tidak di takdirkan bersama, do'akan saja aku ya agar bisa bahagia dengan rumah tanggaku dan jadi istri yang Sholeha, juga bisa menjadi ibu yang jadi tauladan untuk anak-anaknya. aku juga selalu mendoakan kamu dan sitta bisa menjadi keluarga yang samawa" kata Rara kini dengan mimik yang serius.
"Tapi aku tidak mencintai sitta, Ra..aku..aku mencoba mencari penggantimu di dia, karena dia adalah sahabatmu" jelas Tyo. Kali ini matanya tampak berkaca-kaca.
"Sitta gadis baik Yo, aku yakin suatu hari nanti kamu akan mencintai nya. Kamu belum kenal aja sama dia" jelas Rara sambil mengelus perutnya di sebelah kiri, rupanya bayi kembarnya sedang bermain bola di dalam perutnya yang terlihat bergerak-gerak, mendapat reaksi dari bayinya dia tampak sedikit mengernyitkan dahinya. Seperti sedang menahan sakit.
"Ra, kamu nggak apa-apa" Tyo tampak khawatir dengan ekspresi wajah Rara. Dia bangkit dan hendak mendekat, namun Rara memberi kode jika dia baik-baik saja.
"Nggak apa kok Yo, biasa sudah mulai gerak-gerak bayinya" jelas Rara sambil terus mengelus pelan perutnya.
"Baiklah kalau begitu, kamu istirahat saja ya, maafkan atas sikapku Ra. Oiya ini aku ada kado buat kamu" kata Tyo sambil menyerahkan paper bag berwarna hijau muda.
"Oke makasih ya Yo. Aku yakin sitta adalah wanita yang terbaik buat kamu, tolong bahagiakan dia Yo" kata Rara kemudian. Tyo tampak menunduk dan mengangguk pelan.
Dari ujung pintu terdengar suara berdehem.
"Sudah anda bicara dengan istri saya" kata Dika terlihat sangat ketus.
"Oh maaf" Tyo tampak berdiri dan menyalami Dika. Awalnya Dika tidak membalas jabatan tangan Tyo, tapi akhirnya Dika meraih tangan Tyo yang sudah didepannya.
"Jika sudah, biarkan istri saya istirahat dulu" kata Dika kemudian.
"Iya, silahkan" jawab Tyo. Dari dalam sitta tampak membawa baki yang terdapat sepiring nasi serta segelas teh panas.
"Oh, ini mas" kata sitta sambil menyerahkan nasi yang dia bawanya.
"Silahkan dinikmati hidangannya, maaf jika tidak bisa ikut menemani" jelas Dika sambil menggandeng Rara dan mengajaknya masuk.
"Maaf ya Yo, aku masuk dulu. Sitta nanti kamu ambilakan kotak berkat ya untuk Tyo juga" kata Rara, sebenarnya dia akan berpesan lagi tapi tangannya sudah ditarik oleh Dika.
Dika terus menggandeng tangan istrinya dan membawanya menuju ke dalam kamar. Dengan cepat dia menata bantal agar Rara bisa beristirahat dengan nyaman. Rara menuruti perintah suaminya dan berbaring diatas kasur dikamarnya.
"Capek Ra, kamu harus ber istirahat. Sejak pagi sudah heboh ikut bantu ini itu, ingat kamu sedang hamil" kata Dika sambil memijat kaki Rara perlahan.
"Iya, aku udah tau kali..mas makasih" kata Rara. Diperhatikan raut wajah suaminya yang tampak sedikit memerah, seperti sedang menahan sesuatu.
"Mas".."Ra" suara Rara dan Dika hampir bersamaan.
"Kami dulu yang ngomong mas" Rara mencoba mengalah, membiarkan suaminya bicara terlebih dahulu, dia juga penasaran dengan raut wajah suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
muridku anakku
General Fictiongadis bernama Rara yang berusaha untuk menjadi seorang guru dan seorang ibu, mampukah Rara mencapai harapannya?