Memang benar jika ada yang berkata jadi pengantin itu seperti raja dan ratu sehari, Sehari harus berdiri menyalami tamu undangan kurang lebih 500 undangan dengan pasangannya. Rara dan Dika harus menyiapkan tenaga tambahan untuk itu. Acara resepsi hanya berlangsung sekitar 5 jam, tapi rasanya sangat melelahkan. Bagaimana tidak, memakai gaun dengan berat kurang lebih hampir 10 kg dan memakai sepatu dengan hak 8 cm, benar-benar membuat Rara menjadi lelah dan terasa sangat pegal, di dalam mobil menuju rumah dia sampai melepas sepatunya dan membiarkan jari-jari kakinya untuk bernafas sejenak. Melihat itu Dika dengan sigap meraih kaki Rara dan memberikan pijatan yang sangat menenangkan untuk istri tercintanya.
"Pegel ya Ra? Sini tak pijit" kata Dika sambil meraih kaki Rara yang sejak tadi dipijit-pijit sendiri olehnya.
"Ah..eh..nggak apa-apa mas" Rara tampak gugup dan malu ketika Dika mulai meraih kakinya dan menaruhnya di pangkuannya. Rara sampai harus merubah posisinya agar Dika lebih leluasa memijit betis kakinya.
"Nggak perlu gini juga mas, ntar juga hilang sendiri capeknya" kata Rara mencoba menurunkan kakinya kembali.
"Sudahlah, kamu rileks saja" Dika mencoba menahan kaki Rara untuk tetap berada di pangkuannya. "Jarang-jarang seorang direktur mau mijitin kaki kalau bukan istrinya, iya kan pak" kata Dika kemudian ke pak rahmad. Pak Rahmad hanya tersenyum dari kemudinya melihat keakraban tuan dan nyonyanya. Akhirnya Rara hanya bisa pasrah dan diam saja menikmati pijatan dibetisnya itu, karena jika di rasa-rasakan ternyata enak juga. Mendapat massage gratisan membuat perjalanan pulang tidak terasa lama, mobil pengantin telah memasuki halaman rumah Dika, di depannya juga sudah berjajar mobil ayah Adi dan mobil papa frans yang telah sampai lebih dulu. Pak Rahmad ikut membantu Rara keluar dari mobil karena memang gaun pengantin itu sangat besar dan juga terdapat ekor yang panjang pula. Sesampai di dalam rumah, keadaan sudah mulai sepi. Hanya terlihat para mama yang masih tetap on batrainya. Sedangkan ayah dan papa sepertinya sudah masuk ke kamar masing-masing. Maura dan Anggita pun sepertinya sudah dikamarnya. ketika masuk mobil tadi Rara sempat melihat kalau Maura sudah digendong Ade Denis, dan Anggita juga sudah berjalan sambil di pegangin mama Elis karena udah ngantuk berat.
"Eh pengantinnya udah datang, sini mama bantu ngelepas hiasan di hijabmu nduk" kata mama Elis begitu melihat Rara sudah masuk ke dalam rumah sambil kesulitan berjalan.
"Iya ma, sudah nggak tahan dari tadi pengen pipis, mana ini gaunnya bikin ribet kalau dibuat jalan." Jelas Rara.
"Oke sayang" kata mama Laura juga sambil membantu memapah Rara masuk ke kamar. " Kamu cepet mandi dik, biar Rara kami yang bantuin beres-beres make up-nya " jelas mama Laura lagi. Dika hanya menggangguk dan segera berlalu menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.
"Mas buruan" Rara menggedor-gedor pintu karena sudah sangat kebelet untuk pipis sejak tadi. Begitu gaun sudah dilepas, keinginan pertamanya adalah segera membuang urine yang udah mengantong sejak tadi.
"Bentar Ra, masih nanggung"
"Cepet mas, udah nggak tahan, pengen pipis"
"Kalau nggak tahan, kamu masuk aja" kata Dika sambil terdengar bunyi kunci dibuka dari dalam. Dan mulai terdengar suara gemericik air dari shower.
"Mas, belum selesai? " Tanya Rara memastikan kembali.
"Kan aku bilang belum, kamu masuk aja" jawab Dika lagi. Rara hendak masuk karena sudah sangat kebelet namun niatnya itu diurungkannya setelah didengarnya suara air shower dari dalam. Itu tandanya ada aktivitas mandi didalam. Segera Rara berlari dengan kecepatan penuh menuju toilet yang ada di dekat dapur. Mama hanya geleng-geleng melihat kelakuan anaknya.
"Ahh lega" begitu Rara keluar dari kamar mandi di dapur.
"Udah buruan mandi truz istirahat nduk" kata mama Elis begitu keluar dari kamar Rara. "Mama udah ngantuk sekali" tampak mama menguap beberapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
muridku anakku
Ficção Geralgadis bernama Rara yang berusaha untuk menjadi seorang guru dan seorang ibu, mampukah Rara mencapai harapannya?