mengenal maura

3.3K 196 2
                                        

"Hallo sayang..kok masih disini" Rara berjalan mendekati seorang anak kecil itu.

"Papi elum emput, Asti upa" Maura menjelaskan dengan wajah sendu nya.

" Oke kalau begitu, Maura sama bunda aja ya, yuk.." Rara meraih tangan kecil itu. Maura berjalan mengikuti bunda Rara menuju ruang guru. Sesampai di sana tampak rekan-rekannya berbisik.

"Telat lagi ya yang jemput?", Tanya bunda Ika sambil terus menilai.
" Memang tiap hari selalu telat ya Bun, ortunya jemput", tanya Rara kemudian.
" Ya hampir tiap hari Bun, eh biasanya sampai jam 2 dijemput nya, siap-siap saja dibawa pulang kalau sampai sore",bunda arcie menjawab sambil sedikit nyengir. Rara hanya tersenyum mendengar temen-temennya.

"Oke Maura, kita tunggu papi di taman saja yuk", setelah dilihatnya Maura sudah mulai bosan menunggu di ruang guru. Mereka berjalan beriringan menuju taman sekolah. Tampak Maura mulai bercerita kesana kesini, Maura juga menjelaskan kalau papinya sangat sibuk. Ketika Rara menanyakan maminya, Maura tampak sedih
" Mami Ola udah ketemu Alloh" jawab anak itu polos. " Ya Alloh anak ini sudah jadi piatu, kasihan sekali" dibelainya Maura dengan sayang. Rara mengajak Maura bernyanyi dan berlarian bermain bersama. Agar kembali mood cerianya. Yahh.. Berbeda dengan Maura tadi pagi, Siang ini tampak sangat ceria, benar-benar sangat berbanding terbalik dengan aura nya tadi pagi. Anak-anak memang tak bisa ditebak. Maura sudah kecapek an akhirnya mengantuk, beberapa kali tampak menguap..dengan sabar Rara menggendong anak kecil itu. Dipangkunya didepan dadanya.
"Lucu sekali anak ini, embul pipinya" sediki ditowel pipi Maura. "Duuh gemes sekali". Rara mencium pipi Maura berkali-kali. Dan Maura hanya diam karena telah terlelap dalam pangkuannya.

Dari arah parkiran tampak dua  laki-laki berjalan dengan tegap, seorang yang berbadan lebih tinggi melangkah dengan cepat, seorang lagi mengikutinya sambil sedikit berlari.
"Gimana sih kamu ren, katanya pak Rahmad sudah menjemput Maura. Tau gini kan tadi kita meeting nya setelah menjemput Maura." Dika mengomel ngomel sejak turun dari mobil. " Maaf pak, tadi pak Rahmad keburu pulang karena istrinya sedang melahirkan, saya mau menghubungi bapak,tapi tadi meeting baru dimulai, saya takut mengganggu bapak" Rendi menjelaskan walau dia tau kalau bos nya tampak marah.
"Ayo buruan, kamu cari Maura. Biasanya gurunya juga menelepon ini kok tidak", Dika semakin gusar.
" Siap pak, bapak tunggu disini saja. Saya akan mencari Maura di ruang Bu Sulis." Rendi bergegas pergi.

Dika yang tampak kebingungan mencari anaknya karena memang suasana sekolah sudah sepi. Tampa sengaja mata nya tertuju pada area taman. Dari kejauhan dia melihat seorang wanita sedang memangku seorang anak kecil. Dari jauh dia tau kalau anak itu Maura anaknya. Dengan sedikit berlari Dika menghampiri wanita dan anak tersebut.

" Permisi.. maaf jika lama menunggu", Dika langsung mendekat dan mencoba meraih anaknya. Sementara Rara sedikit kaget melihat ada yang mau mengambil anak dalam pangkuannya.

" Maaf, anda siapa ya" Rara sedikit menjauhkan badan dari tangan laki-laki didepannya.

" Oh..perkenalkan nama saya Dika, saya ayahnya maura". Dika mulai menjelaskan. Karena dia tau kalau wanita didepannya tampak ketakutan.

" Maaf saya tidak akan percaya begitu saja" Rara tidak percaya begitu saja. Dalam hati dia berfikir kalau dikota besar banyak trik dan cara penculikan anak.

" Saya bener-bener ayah dari Maura, kenapa ibu tidak percaya" Dika semakin tidak sabar saja.

" Maaf, sebentar bapak. Kita ke ruang kepala sekolah dulu saja. Saya tidak akan menyerahkan anak ini begitu saja" Rara semakin mempererat pelukannya pada Maura. Sementara Dika sudah semakin tidak sabar. Dia berusaha meraih Maura. Sementara Maura tetap saja tidur dan sambil ngiler di jilbab nya.  Rara mulai berteriak.

"Tolong..tolong ada yang mau menculik, tolong.." Rara berteriak sangat keras. Sementara Dika sangat kaget melihat wanita didepannya berlari sambil berteriak teriak. "duhh kenapa jadi begini" Dika menggaruk rambutnya yang tak gatal. Dan berlari mengejar Rara.

Sementara itu Rendi dan Bu Sulis berjalan mendekat. Mereka sedikit berlari melihat ada insiden di depannya. Dengan nafas yang tersengal Senegal rara mendekati Bu sulis
" Untung ibu datang, maaf bunda Sulis. Laki-laki itu mengaku sebagai ayah dari Maura, saya tau kalau dia berniat akan menculik anak ini, tolong panggil security Bun". Bu Sulis hanya tersenyum senyum.

Sementara Dika yang mengejar dan sudah mulai berjalan mendekat.
" Bagaimana saya bisa dikatakan menculik anak sendiri" Dika protes dan sedikit menaikkan kata-katanya. Sementara Rendi hanya garuk-garuk kepala melihat insiden siang itu.

" Maaf sepertinya telah terjadi kesalah pahaman" suara Bu Sulis menenangkan kedua belah pihak." Bunda Rara, pak Dika memang ayah dari Maura. Maaf jika bunda salah paham."

Rara tampak pucat mendengarnya, "duhh.. bodoh sekali aku,kenapa bisa aku berfikir kalau laki-laki itu akan menculik. Duhh.. " Rara menundukkan wajahnya. " Maaf kan saya.. sa..sa ya hanya..hanya.." suara Rara terbata-bata.

Dika mendekat dan meraih Maura dari gendongan Rara. " Saya tau, anda sudah salah paham",

" Baiklah jika sudah selesai, semoga kedepannya tidak akan terjadi kesalah pahaman lagi, maafkan bunda Rara ya pak, karena memang bunda Rara masih baru, jadi belum mengenal walimurid satu persatu" Bu Sulis tersenyum dengan ramah.

" Baiklah Bu, saya permisi dulu. Dan maafkan saya terlambat menjemput Maura, semoga lain kali saya tidak terlambat menjemput Maura lagi" Dika berpamitan disusul dengan Rendi yang ikut bersalaman ke Bu Sulis. Dan ketika menjabat tangan Rara dia hanya menelangkupkan kedua tangannya di dada dan menggangguk.

Sore itu Rara hanya tersenyum-senyum dikamar kostnya. Bagaimana bisa dia mengira kalau walimurid akan menculik anaknya sendiri. Duhh Rara Rara di pukulnya kepalanya ke meja kostnya.. semakin diingat dia semakin malu saja.. pengen rasanya dia masuk kedalam bumi dan melupakan kejadian tadi siang.

Tiba-tiba" krucuk..krucuk.." suara perutnya berbunyi. " Masya Alloh sampai aku melupakan makan malam ku, sudah jam berapa ini?",.. biasanya kalau dirumah tinggal membuka tudung saji mah semua sudah ada di meja makan, mama pasti ngomel-ngomel kalau jam segini aku belum makan.  nasib anak kost, jika tidak beli jangan harap akan ada makanan yang tiba-tiba datang. Dengan langkah lunglai dia meraih jaket di belakang pintu. Dikenakannya dan juga jilbab istant yang ada di atas kursi. "Harus ke depot Bu Ratmi dah". Jam segini hanya depot itu yang masih menyediakan makan malam. Berjalan menyusuri trotoar seperti berjalan jauh sekali. Ahh mungkin karena sudah lapar, sampai tiada tenaga untuk berjalan. 10 menit kemudian Rara sudah sampai di depot langganannya. Sejak tinggal di kota Surabaya sepertinya depot bu ratmi adalah dapur baginya.

" Assalamualaikum Bu, pesen seperti biasanya ya" Rara mulai duduk di bangku favoritnya ".

Waalaikumusalam neng. Siap neng, di tunggu yah" Bu Ratmi menyapa dengan tersenyum.

" Sudah sepi ya Bu. Padahal masih jam 9 ya?" Rara mulai mengajak Bu Ratmi mengobrol setelah dilihatnya depot hanya terdapat 1 pelanggan yang duduk di pojok dan 2 orang duduk di tengah.

" Iya neng, mungkin karena tanggal tua" Bu Ratmi menjawab sambil tertawa..

" Ah ibuk..mau tanggal tua tanggal muda kalau masalah perut mah. Gak lihat tanggal Bu, kalau sudah laper. Masak nunggu tanggal muda baru makan buk" Rara menjawab terkekeh.

Tampa disadarinya obrolan sambil menunggu nasi Padang kesukaannya di dengar oleh laki-laki yang sedang menyantap rendang dipojok ruangan.

Siapakah laki-laki itu??
.
.
.

muridku anakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang