Dika provPagi ini hampir seminggu Maura selalu mengajak berangkat pagi-pagi, dia selalu meminta ku ikut menjemput bunda Rara nya di depan gang kost nya. Hal itu ber awal ketika lagi-lagi Maura lupa dijemput dan akhirnya akupun menjemputnya di kelas. Dengan sedikit basa basi akhirnya aku mengajak sekalian guru Maura itu pulang karena ternyata kita sejalan dan waktu juga sudah sore. Rendi juga sangat bersemangat membujuk dan mengajak bunda Rara ikut mobil kami. Rupanya dia sudah mengenal guru Maura itu dan Tampak nya dia sudah semakin akrab saja dengan guru Maura. Walau awalnya guru itu menolak untuk ikut dengan mobilku, namun melihat Maura merengek dan membujuk untuk pergi bersama. Akhirnya guru itu ikut juga. Didalam mobil kuperhatikan Maura sangat dekat dengannya. Selama perjalanan pulang dia selalu minta pangku pada gurunya. Dan lagi-lagi kulihat guru itu sangat sayang dan telaten pada Maura yang terus bersemangat bercerita ini itu. setiap hari Maura selalu antusias menceritakan tentang gurunya. Kadang ke Kaka nya Anggita dia juga semangat bercerita. Walau Anggita kadang cuma melihatnya sepintas sambil fokus melihat ke layar handphone nya.
" Kaka dengelin celita Ola dong kak" rupannya Maura tau kalau Anggita cuek padanya.
" Hemm..iya Kaka dengerin kok". Anak SMP itu sangat cuek persis sepertiku.
" Kaka tadi bunda ala lho celita tentang burung palkit yang sombong, Kaka elum pelnah dengel kan. Mau Ola celita in nggak" Maura sangat semangat ingin bercerita.
Sementara anggita tetep aja fokus pada handphone nya.
"Kak. Itu Ade pengen cerita, kamu coba dengerin lah" kucoba meletakkan laptopku. Dan meraih handphone yang dipegang Anggita dengan paksa. Karena kulihat dia gak bisa bermain dengan adeknya.
"Papi.. balikin dong hp nya. Itu aku harus segera kirim tugas. Mana jam 7 terakhir pengumpulannya" Anggita mulai protes dengan sikapku.
" Kalau ngerjakan tugas ya dikamar ding kak, papi juga gak tau kalau kamu lagi mengerjakan tugas?" Kuberikan lagi handphone nya setelah kulihat memang Anggita sedang mengerjakan tugasnya. Kemudian dia beranjak pergi ke kamarnya. Dengan dongkol.
" Maura sama papi aja ya, oiya tadi bunda Rara bercerita apa sayang" ku pangku Maura dalam pangkuanku. Kemudian dia bercerita panjang lebar tentang cerita gurunya disekolah. Sejak kepergian Vina, 3 tahun yang lalu aku menjadi singgle parents bagi kedua anakku. Vina sakit dan aku tidak mengetahuinya. Sejak melahirkan Maura, aku memang tidak pernah membantunya merawat kedua anakku. Karena memang waktu itu perusahaan sangat-sangat membutuhkanku dalam pengembangan wilayah pemasaran. Kadang seminggu aku pergi ke Cina. Pulang 2 hari berangkat lagi ke Tokyo, itu berjalan hampir 3 bulanan. Kupikir dengan menghasilkan pundi2 uang, kebahagiaan telah kudapat. Dengan kupenuhi semua keperluan anak dan istriku kupikir mereka akan bahagia..ternyata aku salah. Vina terkena baby blouse dan depresi pasca melahirkan awalnya. Semacam sindrom tidak percayaan dirinya. Dan aku tidak memperdulikan itu. Ketika dia akan curhat tentang anak-anak, aku sudah terlelap terlebih dahulu. Dan akhirnya.. ketika Maura telah berusia 3 bulan. Vina semakin drop. Kata dokter dia terkena lambung dan Ada pembengkakan di empedu serta jantungnya. Hal ini terjadi karena pola makan dan pola hidup yang tidak sehat, juga stress berat. Ah.. kenapa bisa terjadi?? Kalau saja aku bisa mengulang kembali waktu itu. Kalau saja aku sedikit saja memperdulikan Vina. Kalau saja aku.. banyak penyesalan yang aku sesali. Yaa.. kalau saja aku tak se egois ini, pasti keluarga ku masih utuh. Tapi semua tinggal penyesalan. Sejak itu aku bertekad akan membesarkan kedua anakku walau kadang harus bersusah payah membagi waktuku dengan mereka dan pekerjaanku. Setelah asik bercerita Maura akhirnya terlelap juga. Kurebahkan badan gembulnya di kamarnya lalu kulanjutkan membuka laptopku kembali setelah kulihat Anggita ternyata juga sudah tertidur di kamarnya.
Pagi ini..
" Papi.. papiii ayo banguuun.. ayo berangkat papi..nanti bunda ala kebulu belangkat. Ola pengen belangkat sekulah baleng bunda ala, Ola pengen dengel celita dali bunda ala sebeyum temen-temen"
" Ya ampun sayang.. papi baru tidur jam 3 lho nak..ini masih jam 5 kenapa kamu sudah bangun" kubuka sedikit mataku dan kulihat jam di nakas memang masih jam 5 pagi.
" Ayoo papi banuuunnnn.." kembali Maura menggoyang goyangkan badanku.
" 5 menit lagi ya sayang, papi masih ngantuk. Sekarang Maura siap2 dulu ya. Lalu minta buatin bekal juga sama mbok Ina dulu". Rupanya perkataan ku didengarkan. Maura turun ke bawah menuju dapur. Lumayan kupejamkan kembali mataku. Tapi sepertinya hanya selang beberapa menit kembali tubuhku di goyangkan kembali dan sekarang suara Maura lebih keras di telingaku.
" Papiiiiii.. ayoooo.. Ola udah mandi dan udah siap.. papiii" ya ampun kubuka mataku dan benar Maura sudah memakai seragam lengkap dengan tas Frozen nya. Kulihat juga Anggita sudah siap memakai seragam biru putihnya.
" Aku bareng juga ya Pi. Dari pada dianter pak Rahmad, hari ini aku piket kelas" kata Anggita sambil memakai kaos kaki nya. Melihat aku sudah bangun mereka turun dan menunggu di meja makan. 15 menit kemudian aku selesai dan menuju meja makan. Ku telpon Rendi agar juga bersiap-siap menunggu didepan kostnya. Setelah selesai sarapan kami pun bergegas menuju mobil dan ternyata pak Rahmad sudah menunggu di halaman.
Setengah jam perjalanan. Tampak Rendi sudah berdiri di depan kostnya..tanpa di perintah Rendi pun masuk dan duduk di depan bersama pak Rahmad.
" Ren berkas-berkas sudah kamu siapkan kan untuk meeting kita jam 8 ini, truz tadi pagi sudah aku email kekurangannya file nya, apa sudah kamu print juga" kutanya Rendi begitu dia masuk ke dalam mobil.
" Sudah lengkap pak"
Baru mobil berjalan tiba-tiba Maura berteriak. Dan menangis.
" Stooop lho kok bunda ala tidak ada di sana" ternyata Maura sudah hafal dengan gang kost nya gurunya. Dia tampak melihat-lihat sekitar jalan." Papi sih tadi amaa..jadi bunda ala udah belangkat". Maura tampak murung dan menangis. Kulihat Anggita tetep cuek dan tidak memperdulikan Ade nya yang menangis dengan kencang.
" Kan nanti ketemu bunda di kelas" kucoba merayu Maura. Ternyata anak itu tetap menangis dengan kencang.
" Ade kenapa sih, nangis melulu. Kan bentar lagi ketemu de sama bunda mu itu" Anggita mulai sewot dengan suara adeknya yang menangis. Sepanjang perjalanan kucoba merayu dan membujuk Maura agar tidak menangis, tapi sepertinya dia sedang marah karena rencananya tidak terlaksana. Tepat di depan sekolah kulihat banyak guru yang sudah berjajar menunggu anak-anak datang. Tampak beberapa wali murid ikut turun dan memasrahkan anak-anak nya pada gurunya.
" Pii.. udah jam 7 kurang 10 menit nih, aku keburu telat pii. Kenapa sih Ade ikut berangkat pagi, padahal kan dia masuknya jam 8. Kalau begini terus aku bisa terlambat tiap pagi". Anggita mulai sewot.
"Ayo sayang kita turun dan mencari bunda yuk" kubujuk Maura agak mau berhenti menangis dan mengantarkannya ke dalam sekolah. Rendi juga ikut repot dengan Maura. Karena aku menggendong Maura, jadi dia akhirnya yang membantu membawa tas dan tempat bekal Maura. Sementara anggita sudah tampak marah-marah. " Buruan deh Piii, udah telat nih" kuabaikan Anggita yang marah-marah dan berlalu menuju kelas Maura. Dan benar saja ternyata guru Maura itu sedang mengerjakan sesuatu di dalam kelasnya. Tampak dia juga sedang bercakap-cakap dengan seorang wanita tua yang sedang menyapu kelas. Akhirnya drama pagi itu terlewati. Maura tampak senang ketemu dengan gurunya. Walau awalnya dia tampak tergopoh-gopoh melihat Maura datang dengan menangis. Setelah kujelaskan kejadian dari awal. Akhirnya kutinggalkan Maura bersama gurunya. Ternyata drama pagi ini masih berlanjut, didalam mobil Anggita tampak cemberut. Rupanya dia sudah terlambat 15 menit. Ternyata tragedi bujuk membujuk Maura tadi sudah memakan waktu 10 menit an.
Pagi ini benar-benar luar biasa.. baru selesai satu masalah datang lagi masalah kedua.. belum lagi meeting sebentar lagi. Hufhhh.. lelahnyaa...

KAMU SEDANG MEMBACA
muridku anakku
Genel Kurgugadis bernama Rara yang berusaha untuk menjadi seorang guru dan seorang ibu, mampukah Rara mencapai harapannya?