canggung

1.7K 112 1
                                    


DIKA POV

Kulihat wajahnya tampak pucat. Apa dia kelelahan dengan acara pernikahan ini? Sejak dari kemarin memang rentetan jadwal kami sangat panjang dan padat. Apalagi schedule Rara, kupantau dari WO yang menangani pernikahan kami. Mulai dari Fitting baju dan acara perawatan sampai 2 hari lamanya. Tapi memang kulihat dia tampak lebih cantik dan wajahnya juga tampak cerah, Apa karena perawatan itu atau memang dia sudah cantik sejak dulu, atau hanya aku saja yang kurang begitu melihatnya, selama ini kulihat dia hanya sebagai sosok wanita yang cocok dengan anak-anakku terutama Maura. Selebihnya aku tidak begitu memperhatikannya.
Selama perjalanan menuju hotel kulihat dia tetap terdiam dan sering menunduk, ketika tadi kuraih tangannya selesai acara resepsi di gedung, tanganya memang dingin sedingin es. Apakah dia sakit??? Kuperhatikan dia tampak canggung berada di dalam kamar berdua denganku, dia hanya duduk di sofa dan sesekali melihat ke arah jendela kaca. Untung saja Rendi segera datang, kulihat wajahnya sedikit berbinar melihat Rendi datang membawa baju-bajunya. Dan malam itu sengaja ku ajak Rendi meeting dadakan, agar Rara bisa sedikit leluasa bergerak tanpaku. Kami membahas perusahaan di Pekanbaru Riau sampai larut malam. Karena memang sedikit ada kendala untuk anak cabang yang ada disana, proses pengiriman barang perusahaan kami, harus banyak delay jadi tidak bisa langsung sampai ke tangan customer kami yang ada di luar negri. Kulihat Rendi menguap beberapa kali dan mencoba terus menyimak penjelasanku, kasihan anak itu harus kuajak begadang dimalam pertamaku. Apalagi untuk membahas pekerjaan, terlihat kekanak - kanakan memang, namun tidak ada pilihan lain, hal ini kulakukan agar Rara juga bisa sedikit nyaman dimalam pertama kami. Kusuruh Rendi pulang setelah kupastikan Rara telah tidur terlelap, kulihat dia membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut, ahhh... Pasti sangat tidak nyaman dan tersiksa baginya tidur dengan posisi seperti itu, persis seperti kepompong saja. Kunaikkan AC agar ruangan sedikit dingin. Dan agar dia bisa terlelap lebih nyaman lagi. Malam itu akhirnya kupilih sofa yang ada di ruangan sebelah. Seharian melakukan prosesi pernikahan, membuat tubuhku juga sangat lelah. Entah berapa jam aku tertidur. Kulihat dia membangunkanku, sayup-sayup kudengar dia memanggil namaku, namun dia tidak menyentuhku.

"Mas, mas bangun sudah siang" kuabaikan dia, karena memang aku masih sangat mengantuk. Hingga jam 9 pagi aku baru terbangun. Tidur di sofa dengan bantal seadanya tanpa selimut benar-benar membuat badanku sakit semua. Kulihat dia sedang memakai mukena dan melakukan sholat, entah sholat apa jam segini?? Segera aku berlalu menuju kamar mandi.

"Ra, kamu sudah sarapan?" Kulihat dia telah menyelesaikan sholatnya. dia pun menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku kan tidak bawa dompet mas, bagaimana aku membeli makanan?" Jawabnya polos. Kulihat wajahnya sudah tidak sepucat semalam, mungkin dengan tidur semalaman badanya sudah kembali normal kembali.

"Kamu tinggal pesan saja dari kamar Ra, gak perlu turun kebawah" jawabku. Segera kupesan sarapan kami, setelah kudengar suara perutnya berbunyi. Hihihi... suami macam apa aku ini, membiarkan istrinya kelaparan.

"Mas"

"Hemm", kulirik dia sambil terus fokus pada ipadku.

"Mas Dika" panggilnya lagi.

"Apa Ra?"

" Kita pulang yuk, aku pengen pulang" kulihat dia menunduk duduk di sebelahku.

"Kenapa kamu nggak suka disini?" Tanyaku lagi. Kulihat dia menggeleng kan kepalanya lagi. Persis Maura kalau sedang merajuk.

" Kamu takut, aku apa-apain ya?" Tanyaku kemudian. Dia tampak terdiam. Kulihat tanganya meremas-remas ujung baby doll nya.. hemm.. memakai baju dengan lengan terbuka terlihat kulit putihnya yang selama ini tidak pernah aku lihat karena selalu terbungkus kain panjang. Dan satu lagi sejak semalam dia sudah melepas jilbabnya untukku. Rambutnya yang sebahu membuat dia benar-benar tampak beda. " Aku nggak akan ngapa-ngapain kamu, jika kamu belum siap Ra. Jadi kamu tidak perlu takut padaku ya?" Kataku mencoba meyakinkannya. Kutempuh jalan itu agar dia tidak canggung dan takut padaku lagi.

muridku anakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang