32. Dosa?

69 9 11
                                    

Dosa? Dosa apa yang kau bicarakan? Apakah aku sudah menjadi haram untuk kau sentuh?
~~~

Happy reading, guys!❤

••
Gelap telah berganti terang. Rembulan telah berganti posisinya dengan mentari. Kini Nigam family sudah kembali ke rumah.

Memang baru satu malam Syafa di rawat di rumah sakit setelah kandungannya gugur. Seharusnya butuh beberapa hari lagi bagi Syafa berada di rumah sakit untuk memulihkan kondisinya. Namun Syafa memilih untuk segera pulang.

Vibha dan Abhishek sempat menolak, namun Syafa tetap memaksa dan meyakinkan agar bisa pulang, hingga Vibha dan Abhishek akhirnya terpaksa menyetujui kepulangannya.

Siang mulai kembali berlalu. Namun, entah kemana perginya Siddharth. Setelah kepergiannya malam tadi, hingga kini ia masih belum kembali. Padahal mentari benar-benar sudah hilang dari lanskap barat dan langit mulai menghitam kembali.

"Abhishek. Where's Siddharth? Why isn't he home yet?" (Abhishek. Dimana Siddharth? Kenapa dia masih belum pulang juga?) Tanya Vibha cemas sembari melangkahkan kaki mendekati Abhishek yang kini tengah terduduk di sofa ruang tamu.

"I don't know, Mommy. I've called him a few times, but it looks like Siddharth's handphone is dead. I can't reach him anymore." (Aku tidak tau, Ibu. Aku sudah menelponnya beberapa kali, tapi sepertinya handphone Siddharth mati. Aku tidak bisa menghubunginya lagi.) Jelas Abhishek yang juga merasa cemas.

"Ck, Siddharth. I don't know where he went. He really worries me." (Ck, Siddharth. Entah dia pergi kemana. Dia benar-benar membuatku cemas.) Gumam Vibha benar-benar cemas.

Perhatian Vibha tertuju sepenuhnya pada pintu, berharap Siddharth akan segera muncul dari balik pintu sana. Sorotan matanya kali ini dipenuhi oleh cemas dan takut, begitupun Abhishek. Mereka benar-benar takut akan terjadi sesuatu pada Siddharth.

Siddharth pergi dalam keadaan marah. Dan sudah seharian penuh dia pergi, namun dia masih belum kembali. 'I hope he's okay.' (Semoga dia baik-baik saja.) Batin Vibha dan Abhishek penuh harap.

Beberapa saat kemudian, akhirnya pintu rumah terbuka oleh seseorang. Membuat Vibha akhirnya bisa bernafas lega saat bisa melihat wajah Siddharth kembali. Terlebih saat melihat keadaan Siddharth yang baik-baik saja tanpa kekurangan suatu apapun.

Sementara Siddharth, justru ia malah mematung saat bola matanya menangkap bayangan Vibha dan Abhishek. Wajahnya datar.

"Siddharth? Where have you been? You worry me so much." (Siddharth? Kau kemana saja? Kau membuatku sangat khawatir.) Ungkap Vibha seraya melangkahkan kaki menghampiri Siddharth, yang kemudian diikuti oleh Abhishek.

"Why is your handphone turn off? So i can't reach you." (Kenapa handphonemu mati? Aku jadi tidak bisa menghubungimu.) Protes Abhishek, namun sebenarnya ia masih cukup cemas.

"Are you still worried about me?" (Kalian masih mengkhawatirkanku?) Tanya balik Siddharth yang sukses membuat Vibha dan Abhishek terbungkam. Pandangan keduanya seketika berubah tajam saat mendengar ucapan Siddharth.

"I thought you guys didn't care about me anymore." (Aku fikir kalian tidak peduli padaku lagi.) Lanjut Siddharth dengan datar. Namun terdengar dengan jelas, Siddharth tengah menyindir Vibha dan Abhishek.

"Siddharth, what are you saying?" (Siddharth, apa yang kau katakan?) Bertanya, mengingatkan, tak menyangka, tak percaya, semuanya bersatu dalam nada bicara Vibha kali ini. Dahinya mengerut dengan jelas, begitupun dengan Abhishek.

Siddharth tampak membuang nafas jengah mendengar ucapan Vibha. Tanpa mengatakan apapun untuk merespon ucapan Vibha, tanpa permisi Siddharth berlalu begitu saja dari hadapan Vibha dan Abhishek.

About STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang