Keputusan akan menjadi penentu akhir kisah ini. Sad or happy? Sekali lagi, hanya waktu yang bisa menjawab.
~~~Pagi tadi ada notif cerita ini update, tapi gak bisa dibuka? Maap gengs, itu gak sengaja ke update, ke pencet🤣 Aku unpublish lagi karena ceritanya belum lengkap. Tapi sekarang udah lengkap nih gengs. So, happy reading, gengs!❤
••
Mentari di ufuk barat sudah tenggelam. Semburat jingga di lanskap langit barat mulai memudar. Senja akan segera berakhir. Biru cerah langit mulai terganti gelap. Adzan Maghrib pun sebentar lagi akan berkumandang.Sejak tadi Siddharth tampak gelisah. Ia cemas. Beberapa kali ia melabuhkan pandangannya pada jam yang menghiasi dinding kamarnya. Lima belas menit lagi, jarum jam akan menunjukan pukul 18:00. 'But she still didn't come home.' (Tapi dia masih belum pulang juga.)
Ya, Syafa. Sejak kepergiannya tengah hari tadi, hingga kini Syafa masih belum kembali ke rumah. Entah apa yang dilakukannya di luar sana. Siddharth benar-benar khawatir memikirkan keadaan Syafa.
Siddharth tak bisa menahan kegelisahannya. Segera ia beranjak dari tempatnya, keluar dari kamar untuk memastikan apakah Syafa sudah kembali ke rumah atau belum.
Begitu sampai di ruang tamu, ia hanya melihat Syan dan Sreya yang sedang bersantai. Segera ia hampiri ayah dan ibu mertuanya itu.
"Mamah? Is Syafa already come home?" (Mamah? Apakah Syafa sudah pulang?) Siddharth langsung melontarkan pertanyaan demikian saat sampai di dekat Sreya, membuatnya segera menjadi pusat perhatian.
Sreya menyadari kegelisahan di wajah Siddharth. Ia mengulas senyuman lembut. "Don't you worry. I already called her earlier. She said, she would be home soon." (Kau jangan khawatir. Tadi aku sudah menelponnya. Dia bilang, dia akan segera pulang.) Jelasnya.
Namun penjelasan Sreya tak banyak mengubah raut wajah Siddharth. Kegelisahan tetap bertahan dalam sorotan matanya saat ia menatap pintu rumah dengan lekat. Berharap Syafa akan segera muncul dari balik sana.
"Calm down, Siddharth." (Tenanglah, Siddharth.) Ucap Syan yang segera mendapatkan perhatian Siddharth. "Syafa will definitely be fine. You better sit here with us." (Syafa pasti akan baik-baik saja. Lebih baik kau duduk bersama kami disini.) Lanjutnya mengajak.
Siddharth tersenyum tipis. "No, Papah. Thanks. I better go back to my room. I will prepare for Maghrib Prayer." (Tidak, Papah. Terimakasih. Lebih baik aku kembali ke kamarku. Aku akan bersiap untuk Sholat Maghrib.) Ungkapnya, membuat senyuman lebar terukir di bibir Syan dan Sreya, kagum.
"Alright." Jawab Syan.
Sekilas Siddharth menebar senyuman lembut miliknya. Kemudian ia beranjak dari posisinya, kembali menuju kamarnya untuk melakukan apa yang telah dikatakannya.
"Ayo, kita juga harus bersiap untuk Sholat Maghrib." Syan bangkit dari duduknya.
"Tentu saja." Jawab Sreya seraya ikut bangkit. Keduanya pun segera pergi menuju kamarnya untuk bersiap dan menunggu Adzan Maghrib berkumandang.
••
Seperti yang sudah dikatakan. Senja telah pergi dari tempatnya. Dan malam telah bersiap untuk menguasai dunia. Gelap semakin berkuasa, membuat mata tampak pudar saat memandang. Hingga satu persatu lampu jalan dan rumah-rumah mulai menyala demi memperjelas pandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
About S
FanfictionTAMAT Ketika Jodohmu Adalah Idolamu Genre : Fiksi/Fanfiction Jadi, semua adegan di cerita ini hanya merupakan kisah fiktif atau rekaan belaka. Tidak ada unsur nyata sama sekali. Mohon pengertian dan kerjasamanya, agar tidak terjadi kesalahfahaman. [...