1. Perjodohan

499 20 6
                                    

Syafa Rien Naura

No caption ya gengs😁 But, happy reading!☺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

No caption ya gengs😁 But, happy reading!☺

••
"Syafa!" Plakk!* Teriakan seseorang yang kemudian diiringi sebuah tamparan di pipinya, membuat Syafa terkejut bukan main.

"Sidd! What are you doing?!" (Sidd! Apa yang kamu lakukan?!) Gertak Syafa sembari memegangi pipinya kemudian segera membuka matanya.

Ketika bola matanya terbuka dengan sempurna, justru Syafa dibuat tersentak saat melihat sosok yang kini tengah menatapnya lekat.

"Mamah?" Ujar Syafa dengan mulut terbuka, syok.

Segera ia alihkan pandangannya ke arah lain, berusaha mencari sosok Siddharth yang sebelumnya ada di hadapannya. Namun ia harus disuguhkan dengan kenyataan.

Ruangan yang bernuansa cream itu kini berubah menjadi nuansa biru langit. Semua fasilitas mewah yang sempat dilihatnya kini telah berubah menjadi kamarnya yang sebenarnya. 'Sial! Cuma mimpi!' Batin Syafa kesal saat menyadari hal yang baru saja terjadi hanyalah bunga tidur semata.

"Mamah ngapain nampar Syafa segala?" Protes Syafa tak terima pada ibunya yang kini masih menatapnya lekat.

"Siapa yang nampar kamu? Mamah cuma nepuk pipi kamu pelan doang." Jawab wanita paruh baya berumur empat puluh tahun itu.

"Tapi sakit." Lirih Syafa sembari memegangi pipinya, kemudian beringsut dari tidurnya dan terduduk.

"Lagian kamu dibangunin susah banget sih? Kenapa?" Tanyanya dengan menatap lekat putri tunggalnya itu.

"Mamah yang ganggu. Kan syafa lagi mimpi--"

"Siddharth Nigam lagi?" Sambar Sreya, ibu Syafa, sebelum Syafa menyelesaikan kalimatnya.

"Kok mamah tau sih?" Tanya Syafa bingung.

"Udah ketebak. Lagian kamu udah keseringan, kalo susah dibangunin, pasti alesannya mimpiin dia." Ungkapnya yang kemudian disambut oleh kekehan dari Syafa.

"Yaudah, cepetan mandi, gih. Nanti kesiangan sekolahnya lagi. Hari ini terakhir UN, kan?" Lanjut Sreya.

"Iya, mah." Jawab Syafa singkat untuk meng-iya-kan perintah dan pertanyaan ibunya sekaligus.

Syafa segera bangkit dari tempat tidurnya yang berwarna biru langit itu. Langkahnya melewati banyak bingkai foto sang idolanya yang berjajar memenuhi dinding kamarnya yang bernuansa biru langit itu. Kemudian Syafa memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap untuk pergi ke sekolah hari ini.

•••

Seragam putih abu-abu sudah melekat dengan rapi di tubuhnya, dilengkapi dengan dasi, sabuk dan sepatu yang juga sudah terpasang rapi. Rambut hintamnya yang panjang sepunggung ia biarkan terurai serta dilengkapi bandana berwarna biru langit.

About STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang