5. The S Ring

230 21 19
                                    

Jarak menjadi pemisah. Waktu menjadi penghalang. Dan hanya pertemuan yang mampu menjadi obat rindu.
~~~

Happy reading, guys!☺

••
"Trus siapa dong?" Tanya Syafa lagi.

"Papah!" Tiba-tiba saja ada seseorang yang berujar demikian, membuat perhatian Syafa langsung teralih padanya.

Wajah Syafa semakin berbinar. Bola matanya membulat total saat melihat sosok yang kini tengah berdiri di muka pintu kamarnya. Mulutnya yang terbuka lebar dihiasi oleh senyuman lebarnya.

"Papah?!" Refleks Syafa berdiri dan langsung melompat dari tempat tidurnya.

Syafa berlari ke arah pria paruh baya berumur empat puluh dua tahun yang ia sebut Papah itu, kemudian menyambar tubuhnya dan memeluknya dengan sangat erat. Untuk sesaat, Syafa benar-benar tak ingin membiarkan tubuh itu lepas lagi dalam dekapannya.

"Papah, Syafa kangen banget sama Papah. Syafa seneng banget bisa ketemu lagi sama Papah." Ungkap Syafa dalam pelukan ayahnya.

Pria paruh baya yang kerap dipanggil Syan itu membalas pelukan Syafa dengan tak kalah eratnya. Ia mengelus lembut rambut putri tercintanya itu dengan penuh perasaan.

"Papah juga kangen banget sama kamu, sayang." Ungkapnya yang membuat pelukan Syafa semakin erat.

Dua orang yang harus terpisah jauh antara jarak dan waktu. Dan hanya pertemuan yang mampu menjadi obat rindu. Dan kini, keduanya sangat menikmati pertemuan hangat itu.

Syafa masih enggan melepaskan dekapannya, matanya tertutup rapat menikmati hangatnya tubuh sang ayah. Sementara Syan, sesekali ia mengecup pelan kepala putrinya itu, berusaha mengerahkan semua kerinduannya.

Senyuman di bibir Sreya mengembang dengan bebas melihat ayah dan anak itu. Pemandangan ini cukup jarang ia lihat. Dan ia sangat bersyukur karena akhirnya kelurga kecilnya bisa kembali bersatu dalam kehangatan cinta dan kasih sayang seperti ini.

Setelah puas meluapkan seluruh kerinduannya, Syafa segera melepaskan pelukannya. Ia menatap lekat sang ayah yang tengah menampilkan senyuman untuknya.

"Tapi, kenapa Papah tiba-tiba udah ada di rumah? Kapan Papah pulang?" Tanya Syafa bingung.

"Baru aja Papah nyampe rumah. Dan Papah langsung nemuin anak Papah yang cantik ini." Ujar Syan seraya menyentuh dagu Syafa di akhir kalimatnya. Dan hanya senyuman manis yang diberikan Syafa untuknya.

"Kenapa gak ngasih tau Syafa dari awal? Kan nanti Syafa bisa jemput Papah ke Bandara." Tetap saja Syafa protes akan kedatangan ayahnya yang tiba-tiba. Karena biasanya, ia selalu pergi ke Bandara untuk menjemput ayahnya.

"Karna dari dua hari kemarin kamu selalu mikirin soal Siddharth." Jawab Sreya yang segera mendapatkan tatapan tajam dari Syafa.

Sreya tampak tersenyum jahil saat berhasil membuat Syafa kembali mengingat Siddharth.

"Iya juga sih. Lagian dia emang seneng banget bikin Syafa pusing." Syafa mengerucutkan bibirnya tanda ia kesal.

"Ooh, ternyata masih setia sama Siddharth ya?" Tanya Syan yang juga memberikan ekspresi yang sama dengan Sreya, namun Syafa sama sekali tak menyadari itu.

"Oh ya pasti dong. Gak mungkin Syafa bisa berpaling ke lain hati semudah itu." Ujar Syafa membanggakan diri.

"Bagus kalo gitu." Ucap Syan yang segera mendapatkan tatapan tajam dari Syafa, wajahnya yang semula menyiratkan kebanggaan, seketika berubah bingung. Senyumannya pun menyusut.

About STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang