18. Pengganggu

119 12 0
                                    

Aku mencintaimu. Untuk itu aku tidak bisa marah lebih lama padamu.
~~~

Happy reading, guys!🤗

••
Senja sudah lengser dari tempatnya beberapa jam yang lalu. Sang raja malam sudah mendapatkan singgasananya kembali untuk menjalankan tugas. Memberikan cahaya dan menyingkirkan kegelapan bersama pengikut setianya.

Langit semakin gelap. Jam dinding sudah menunjukan pukul 21:00. Di tepi tempat tidur, Syafa terduduk. Kedua tangannya tengah bergelut dengan pekerjaan kecilnya. Melipat beberapa pakaian yang sempat ia cuci pagi tadi.

Di sebuah sofa yang tak jauh dari posisi Syafa, Siddharth terduduk. Pandangannya terus mengarah pada Syafa dan memperhatikan setiap pergerakan istrinya itu. Semula ia hanya terdiam, kemudian ia mulai bergerak, bangkit dari duduknya.

Perlahan kakinya melangkah mendekati Syafa. Syafa sempat terkejut saat menyadari Siddharth yang tiba-tiba berdiri tepat di hadapannya. Namun ia mencoba untuk tidak menghiraukannya dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Sejenak Siddharth terdiam menatap Syafa yang masih enggan menatapnya. Merasa tak mendapatkan reaksi apapun dari Syafa, Siddharth segera berlutut di hadapan Syafa. Tatapan tajamnya kini berhasil mengikat wajah Syafa dengan jelas.

Syafa sempat tersentak saat Siddharth tiba-tiba berlutut di hadapannya. Namun sekali lagi Syafa berusaha untuk tenang dan terlihat santai.

"Ruuhii?" Siddharth menyimpan tangannya di atas tangan Syafa, membuat pergerakan Syafa terhenti seketika.

Akhirnya Syafa mau mengalihkan pandangannya menatap wajah Siddharth. Hampir saja senyumannya mengembang saat melihat raut wajah Siddharth yang kini tampak merasa cemas.

Syafa mengerti alasan kecemasan Siddharth kali ini. Namun ia berusaha untuk menahan senyumannya untuk tidak hadir.

"Why? Why are you kneeling like this? Get up." (Kenapa? Kenapa kamu berlutut seperti ini? Bangunlah.) Syafa melepaskan genggaman Siddharth.

"Are you still mad at me?" (Apa kamu masih marah padaku?) Tanya Siddharth yang mulai dihiasi sendu di wajahnya.

Pandangan Syafa yang sempat teralih ke arah lain seketika kembali menatap Siddharth dengan lekat. "No." Jawab Syafa singkat.

"It is true?" (Benarkah?) Tanya Siddharth memastikan.

"Yes. No matter how annoyed i am to you, still i can't be angry with you any longer." (Ya. Sekesal apapun aku padamu, tetap saja aku tidak bisa marah lebih lama kepadamu.) Jawab Syafa seadanya, yang akhirnya membuat Siddharth bisa kembali bernafas lega.

Senyuman manis terukir di bibir Siddharth. "Why like that?" (Kenapa begitu?) Tanya Siddharth.

"Don't ask that." (Jangan tanyakan itu.) Ucap Syafa yang sukses membuat dahi Siddharth mengerut, bingung.

"Why?" Tanya Siddharth lagi.

"Because i don't have the answer." (Karena aku tidak punya jawabannya.) Jawab Syafa seadanya.

Siddharth menghela nafas panjang. Matanya tampak menyipit saat menatap Syafa semakin tajam. Siddharth segera bangkit sembari kembali meraih tangan Syafa. Tanpa persetujuan, Siddharth menarik tubuh Syafa dan mendekapnya dengan erat.

"Heh? What are you doing?" (Heh? Apa yang kamu lakukan?) Syafa tersentak, refleks ia menyimpan kedua tangannya di dada bidang Siddharth kala kedua tangan Siddharth mendekap pinggangnya dengan erat.

About STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang