39. Please Forgive Me

90 8 22
                                    

Jika memang bisa. Tolong ampuni semua dosaku.
~~~

Happy reading, guys!❤

••
Sreya baru saja keluar dari dapur setelah mengambil segelas air putih. Niatnya ia ingin langsung menuju kamar karena malam memang sudah larut. Namun baru saja ia sampai di ruang tamu, tiba-tiba kriingg!* bel rumah berbunyi, tanda ada seseorang yang datang.

Sreya mengerutkan dahinya. "Siapa yang dateng malem-malem gini?" Gumamnya sembari menatap pintu dengan tajam.

Tanpa menunggu waktu lama, kakinya segera bergerak kembali menuju pintu. Baru saja pintu terbuka, wajah Sreya langsung dipertemukan dengan wajah seseorang yang datang mengunjunginya di waktu selarut ini.

"Syafa?" Dalam sekejap, sorotan matanya berubah berbinar saat melihat putri kesayangannya itu, senyuman lebar nan manis terukir indah di bibirnya.

"Ya ampun, Mamah kangen banget sama kamu, sayang." Sreya langsung meraih tubuh Syafa, memeluknya erat sembari mengelus lembut rambut Syafa.

Sementara yang diperlakukannya demikian hanya terdiam mematung. Sejak tadi wajahnya tampak datar, atau mungkin terkesan sendu. Tatapannya kosong. Bibirnya terkatup rapat, tak dihiasi senyuman sedikitpun.

Hanya sesaat Sreya memeluk Syafa, hingga ia kembali melepaskannya. Kedua tangannya menggenggam lengan Syafa sembari mengelusnya lembut. Senyuman di bibirnya semakin melebar saat kembali menatap Syafa dengan lekat.

Sesaat kemudian, bola mata Sreya tampak bergerak, seolah tengah mencari sesuatu yang tak bisa ia lihat keberadaannya.

"Kamu sendirian? Mana Siddharth? Dia gak nganterin kamu?" Tanya Sreya yang akhirnya mendapatkan tatapan tajam dari Syafa.

Syafa masih tak bersuara. Kediamannya sembari memberikan tatapan tajam, membuat senyuman Sreya perlahan menipis. Dahinya tampak sedikit mengerut. 'Kok gitu sih reaksinya?' Batin Sreya bingung.

Namun Sreya merasa tak ingin merusak pertemuan membahagiaan ini dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Mungkin saja Syafa sengaja datang sendiri untuk bertemu dengannya, sementara Siddharth membiarkan Syafa untuk menghabiskan sedikit waktu bersama kedua orangtuanya dengan tenang. Itu pikiran Sreya.

"Yaudah, masuk yuk, sayang." Ajak Sreya sembari merangkul tubuh Syafa dari samping dan menuntunnya memasuki rumah.

Syafa hanya menurut saat Sreya menarik tubuhnya untuk memasuki rumah. Bak orang terhipnotis, sejak tadi wajah Syafa terus datar tanpa dihiasi ekspresi apapun.

"Pah?! Ada Syafa nih!" Ujar Sreya setengah berteriak pada Syan.

Tak butuh menunggu waktu lama, Syan segera muncul dari balik pintu kamar. Baru saja dipertemukan dengan wajah Syafa dari kejauhan, sorotan matanya langsung berbinar. Ia segera melangkah dengan cepat menghampiri Syafa dan Sreya yang sudah berada di ruang tamu.

"Syafa? Papah seneng banget bisa liat kamu lagi, nak." Syan segera meraih tubuh Syafa kemudian mengecup lembut kening Syafa sekilas.

Senyuman di bibir Syan mengembang dengan indah saat ia menatap Syafa dengan lekat. Sementara tangannya tengah mengelus pipi Syafa dengan lembut.

Lagi dan lagi, tak ada reaksi apapun yang diberikan oleh Syafa, selain diam dengan wajah datar.

Hanya beberapa saat wajah berbinar Syan bertahan, hingga perlahan dahinya tampak mengerut saat tanpa sengaja bola matanya menangkap bayangan sesuatu yang dibawa oleh Syafa.

"Kamu mau nginep? Kok bawa koper segala sih?" Tanya Syan yang membuat pandangan Sreya langsung tertuju pada koper yang dibawa Syafa, rupanya Sreya baru menyadari bahwa ternyata Syafa membawa koper.

About STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang