25. I'm Your Father

87 8 9
                                    

Inilah ikatan suci. Meski logika menganggap mustahil, namun tanpa sadar hati telah menerima dengan tulus.
~~~

Happy reading, guys!❤

••Semburat jingga di lanskap barat terus saja menghilang dan meninggalkan langit yang dikuasai oleh kegelapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••
Semburat jingga di lanskap barat terus saja menghilang dan meninggalkan langit yang dikuasai oleh kegelapan. Hingga akhrinya sang mega putih yang harus menjadi hero, memberikan cahayanya demi menerangi kisah yang tak masih suram itu.

Kebenaran semakin jauh. Kejelasan semakin tak terlihat. Menjauh. Terus menjauh. Bohong. Salahfaham. Bungkam. Hingga berakhir dengan beku. Bekunya sebuah perasaan, hati dan pikiran bahkan kisahnya sendiri.

"Hubby. Get up. It is was time for Fajr Prayer." (Hubby. Bangunlah. Ini sudah waktunya untuk Sholat Subuh.) Syafa beringsut dari tidurnya dan terduduk.

Harapan dan kenangan menuntunnya berujar demikian. Hingga kenyataan kembali menyeretnya dengan paksa. Menyadarkannya bahwa kini ia sendiri. Hanya sendiri. Tanpa ada sosok yang selama ini ia rindukan berada di sampingnya.

Syafa menggusap wajahnya menggunakan kedua tangannya. Berusaha mengumpulkan tenaga untuk menerima kenyataan ini. Ia membuang nafas panjang. Berusaha menghempaskan segala beban yang bersarang di dadanya.

Ia bangkit dari duduknya. Mencoba mencari kekuatan untuk melawan kenyataan pahit ini. Kakinya melangkah. Menuju kenyataan getir yang harus ia hadapi. Meski sulit, ia yakin pasti bisa melewatinya.

Sejujurnya ini sangat menyakitkan. Dia mulai rapuh. Hatinya tak kuat lagi menahan setiap luka baru. Namun ia harus tetap berdiri. Tersenyum. Ceria. Dann itu semua semata-mata hanya demi putranya. Dia tidak boleh menyerah.

Appa pasti akan segera mengingatmu, nak. Percayalah.

Air Wudhu membasahi setiap bagian tubuhnya. Berusaha menjadi penghempas segala duka lara. Mukena sudah melekat di tubuhnya. Berusaha untuk menjadi penyembunyi luka yang hingga kini masih belum kering. Ia berusaha mencari kekuatan baru melalui setiap gerakan Sholatnya.

Syafa masih merindukannya. Tetap merindukannya. Momen dimana ia mencium punggung tangan suaminya jika sehabis Sholat seperti ini. Ia merindukan senyuman manis itu. Tatapan sendu itu. Dan sentuhan hangat di pipinya.

Tuhan.. Kembalikanlah dia.

Tangannya terangkat. Menengadah. Kembali meminta pada Dzat yang Maha Besar. Belum satupun kata terucap di mulutnya, tesh!* air mata sudah terlebih dulu luruh membasahi permukaan pipinya.

"Ya Allah.. Aku tau, ini adalah ujian terbaik yang Kau berikan untuk menguji kesabaran dan kesetiaanku. Untuk itu aku tidak akan meminta agar ujian ini segera selesai. Aku hanya meminta satu hal pada-Mu. Berilah aku segudang kekuatan untuk menghadapi semua ini. Jangan biarkan kata menyerah terlintas dalam benakku, walau itu hanya sekilas. Kuatkanlah hatiku, jangan buat hatiku menjadi rapuh. Buatlah aku bisa bertahan. Hingga nanti saatnya dia akan kembali untukku. Selamanya. Semoga Kau mengabulkan permintaanku."

About STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang