Hal yang datang setelah kepergian. Tidak ada gunanya.
~~~Masih terngiang-ngiang emosi yang kemaren, gengs? Jadi persiapkan emosi kalian di part kali ini juga, karna kalian masih harus berperang dengan emosi. So, let's and happy reading, guys!🤗
••
Langkah Syafa meninggalkan kamar Siddharth. Menjauh sejauh-jauhnya dari luka. Melepaskan segala hubungan dengan kamar dan sang pemiliknya. Sekarang mereka bukan lagi miliknya. Terutama pria itu. Pria yang hari ini benar-benar telah menghancurkan hidupnya dalam sekejap.Saat ia menuruni anak tangga, sosoknya langsung menjadi pusat perhatian Vibha, Abhishek dan Vaishnavi. Rupanya sejak tadi mereka masih belum meninggalkan ruang tamu. Ya, tentu saja mereka sempat mendengar betapa gaduhnya saat semua bingkai foto dihancurkan dengan sengaja oleh Siddharth.
Terbukti. Wajah mereka tampak cemas saat ini. Terlebih saat melihat wajah Syafa yang menggambarkan bahwa keadaan tidak baik-baik saja.
Saat Syafa semakin mendekat, Vibha segera bangkit dari duduknya kemudian menghampiri Syafa.
"Syafa? What happened? Why--" (Syafa? Apa yang terjadi? Kenapa--) Terpaksa Vibha harus menghentikan ucapannya saat Syafa sama sekali tak menghiraukan keberadaannya dan terus melanjutkan langkahnya melewati Vibha.
Lebih tepatnya Syafa tidak meyadari keberadaan Vibha. Meski matanya terbuka, namun seolah hidupnya gelap. Tidak ada hal apapun yang bisa ia lihat kecuali kehancuran. Dirinya kacau, pikirannya berkecamuk, tentang satu hal yang menciptakan seribu masalah sekaligus dalam dirinya saat ini.
Dahi Vibha sukses mengerut dengan jelas saat tak mendapatkan perhatian sedikitpun dari Syafa. Begitupun dengan Abhishek dan Vaishnavi. Kecemasan mereka semakin bertambah saat melihat wajah datar Syafa yang tampak dengan jelas tengah menyimpan beban yang sangat berat.
Bak seseorang yang terhipnotis. Tubuhnya bergerak, namun seolah nyawanya tak mengikutinya. Kakinya melangkah, namun kesadarannya seolah tak bersamanya. Pandangannya melihat, namun seolah hampa. Fungsi telinganya masih sangat baik, namun kini seolah pendengarannya sunyi.
"Chachi!" Satu panggilan itu akhirnya berhasil menyadarkan Syafa dari lamunannya, refleks ia menghentikan langkahnya.
Pandangan Syafa langsung mengikat sosok Shaka yang kini tengah berdiri tepat di hadapannya. Shaka menatapnya dengan lekat. Sesaat wajah Shaka tampak tenang, namun tiba-tiba ketenangannya itu berubah panik.
"Chachi? Why are you crying? What's wrong?" (Bibi? Kenapa kau menangis? Ada apa?) Tanya Shaka panik.
Tanpa sengaja, air mata Syafa kembali meluncur dengan bebas di hadapan Shaka. Entah apa alasannya. Padahal saat ini Syafa merasa tidak ingin menangis lagi. Bahkan ia tak menyadari bahwa air matanya akan kembali menerobos kelopak matanya.
Hanya beberapa saat air mata itu bertahan, hingga Syafa segera menghapusnya dengan kasar. Tanpa ingin mengatakan apapun, ia segera menyingkir dari hadapan Shaka dan pergi menuju kamarnya. Tentu itu membuat kebingungan mereka semakin bertambah.
"Chachi? Wait me!" (Bibi? Tunggu aku!) Karena panik, Shaka segera berlari menyusul Syafa, berusaha mencari tahu apa yang terjadi pada Syafa.
Sementara Vibha, Abhishek dan Vaishnavi masih mematung menatap kepergian Syafa yang meninggalkan segudang kebingungan untuk mereka. Bercak-bercak kecurigaan bahwa sudah terjadi hal buruk mulai merasuki mereka.
"Surely Siddharth did something again." (Pasti Siddharth melakukan sesuatu lagi.) Curiga Abhishek, dengan tepat.
Abhishek menggeram kesal, tangannya mengepal kuat saat kakinya melangkah dengan kasar menuju kamar Siddharth.
KAMU SEDANG MEMBACA
About S
FanfictionTAMAT Ketika Jodohmu Adalah Idolamu Genre : Fiksi/Fanfiction Jadi, semua adegan di cerita ini hanya merupakan kisah fiktif atau rekaan belaka. Tidak ada unsur nyata sama sekali. Mohon pengertian dan kerjasamanya, agar tidak terjadi kesalahfahaman. [...