31. Permainan Skenario

77 8 37
                                    

Tuhan. Aku menginginkan dia. Dia yang pergi sebelum datang. Dan dia yang hilang setelah datang.
~~~

Scene eighteen plus? Just skip for one scene, baby. Tapi kalo di skip nanti gak nyambung juga. Yaudah baca aja. Tapi pliss, jangan sambil dibayangin.🤧🤣

Okay, happy reading, guys!❤

••
"Hi my handsome son!" (Hai putraku yang tampan!) Siddharth mendaratkan tubuhnya di atas tempat tidurnya.

Pandangannya mengikat lekat wajah mungil nan menggemaskan itu. Senyumannya melebar dengan indah saat putra kecilnya itu tersenyum lebar dan memamerkan gusinya.

"Heh? Hubby? What are you doing?" (Heh? Hubby? Apa yang kau lakukan?) Sambar Syafa yang sukses mengalihkan perhatian Siddharth.

Dahi Siddharth mengerut saat Syafa menatapnya tajam. "What? I just want to see my son." (Apa? Aku hanya ingin melihat putraku.) Jawabnya seadanya.

"But you made my bed wet." (Tapi kau membuat tempat tidurku basah.) Protes Syafa, membuat kerutan di kening Siddharth terlihat semakin jelas.

"Look! Your body is still wet. At least dry your body first if after bathing like this." (Lihatlah! Tubuhmu masih basah. Setidaknya keringkan tubuhmu dulu jika sehabis mandi seperti ini.) Jelas Syafa yang membuat Siddharth segera menatap tubuhnya sendiri.

Ya, selain seluruh tubuhnya basah dari ujung rambut hingga ujung kaki, kini Siddharth tidak mengenakan apapun selain sehelai handuk putih yang menutupi tubuhnya sebatas pinggang hingga lutut.

"Then what's the problem? Later the sheets will dry again, right?" (Lalu apa masalahnya? Nanti juga sprei-nya akan kering lagi, kan?) Ucap Siddharth santai, membuat Syafa menghela nafas kesal, tak habis fikir, dan malas.

Pandangan Siddharth kembali teralih pada wajah bayi mungil yang berada di hadapannya. "Besides i can't refrain for not look at my handsome son this." (Lagipula aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak melihat putraku yang tampan ini.) Lanjut Siddharth seraya menyentuh wajah putranya dengan gemas.

Seolah mengerti, bayi mungil menggemaskan itu tampak tertawa sembari bergerak-gerak kegirangan kala pandangannya mengikat wajah Siddharth dengan lekat. Dan ya, aksinya itu membuat Siddharth semakin merasa gemas terhadapnya.

"He's really adorable. He's very handsome." (Dia benar-benar menggemaskan. Dia sangat tampan.) Lanjut Siddharth merasa kagum.

Perlahan kekesalan di wajah Syafa menghilang dan berganti dengan senyuman manis yang terukir di bibirnya. Pandangannya yang semula terarah pada Siddharth, kini kembali terarah pada wajah putranya.

"Of course. He's my son." (Tentu saja. Dia putraku.) Ucap Syafa bangga.

"Yes, he's handsome. Just like me, right?" (Ya, dia tampan. Persis sepertiku, kan?) Tanya Siddharth sembari mengalihkan pandangannya menatap Syafa.

Refleks senyuman di bibir Syafa menyusut saat mendengar ucapan Siddharth. Ia alihkan pandangannya, kembali menatap Siddharth dengan tajam. Sementara Siddharth tampak menampilkan giginya yang berbaris dengan rapi.

"No." Jawab Syafa sembari mengalihkan pandangannya kembali. Dan itu sukses membuat senyuman Siddharth lenyap seketika. Tatapannya terhadap Syafa berubah tajam.

Perlahan Syafa meraih tubuh mungil putranya itu dan menggendongnya. "My son is very handsome. No one can match his good looks. Right, is it, baby?" (Putraku ini sangat tampan. Tidak ada siapapun yang bisa menandingi ketampanannya. Benar, kan, sayang?) Tanya Syafa tertuju pada putranya.

About STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang