40. Gerhana Untuk Berlian

98 8 15
                                    

Akulah bencana yang menjelma menjadi Gerhana. Gerhana yang diciptakan untuk wanita berhati Berlian sepertinya.
~~~

Authornya lagi kangen sama Gerhana Berlian. So, kita sebut nama mereka disini. Seenggaknya bisa sedikit terobati kangennya :'-) Okay, happy reading, guys!❤

••

اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ...

اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ...

أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلٰهَ إِلَّااللهُ...
...

Adzan pertanda waktu Sholat Subuh telah berkumandang dengan lantang. Memanggil seluruh umat Muslim untuk menghadap Sang Maha Kuasa. Menjalankan kewajibannya pada Tuhan yang Maha Esa.

Sejak satu jam sebelum Adzan berkumandang, pria itu telah bersiap di atas sajadah miliknya. Terduduk lemas dan tertunduk. Kopeah hitam yang biasannya membuat ketampanan bertambah, namun kini itu tak berarti apapun untuk mengurangi sendu di wajahnya.

Di tangannya ada sebuah tasbih, bibirnya terus bergumam, mengucapkan kalimat tasbih seiring dengan tangannya mengulurkan satu persatu butiran tasbih dalam genggamannya.

Satu persatu, cairan bening menetes dari tempatnya. Teringat akan dosa yang telah ia perbuat selama ini. Sungai air mata tergenang di wajahnya, menandakan betapa menyesalnya ia atas semua kesalahan fatal yang telah diperbuatnya.

Bibirnya tampak bergetar kala ia terus meminta ampunan atas segala dosa-dosanya. Terhadap Tuhannya, juga pada orang-orang di sekelilingnya yang tanpa sengaja telah ia lukai.

Setelah Adzan selesai berkumandang, Iqamah pun telah selesai. Ia simpan tasbihnya, tepat di samping kanan sajadahnya. Ia menyapu bersih air mata yang menggenangi wajahnya. Sekilas ia menghela nafas dalam dan membuangnya panjang demi melerai sesak di dadanya.

Perlahan ia bangkit dari duduknya. Bibirnya kembali bergerak, melantunkan niat Sholat Subuh sebelum tangannya terangkat dan bersuara "..ٱللَّٰهُ أَكْبَرُ"

Ia jalankan ibadah Subuhnya dengan sebaik-baiknya yang ia bisa. Berusaha se-khusyu mungkin. Memusatkan pikirannya pada Tuhannya. Dan menyimpan seluruh urusan dunianya sejenak.

"السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ.."

Ia mengucapkan salam sembari memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri secara bergantian. Tangannya terangkat dan mengusap wajahnya sekilas, untuk mengakhiri ibadah Sholat Subuhnya. Ia tampak menghela nafas lega setelah mendapatkan sedikit ketenangan dalam Sholatnya.

Tangannya kembali terangkat, menengadah.

"اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ.."

Ia kembali meminta ampun dari Tuhannya. Sebanyak apapun ia mengucapkan kalimat itu, rasanya ia tak pernah cukup untuk menebus segala dosa-dosanya.

"أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ.. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ..."

Kalimat Syahadat terus ia ucapkan. Dalam hatinya, ia ingin berbicara pada Tuhan. Bahwa ia sungguh serius memeluk agamanya. Ia begitu mencintai Tuhan—Allah dan juga agamanya. Tanpa alasan, ia mencintai-Nya dengan tulus.

About STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang