28. Haruskah Aku Pergi?

84 10 7
                                    

Apa salahku? Hingga kau ingin aku pergi jauh darimu?
~~~

Happy reading, guys!🤗

••

Malam semakin larut. Langit semakin dikuasai kegelapan. Jam dinding menunjukan pukul 21:00 saat Syafa memutuskan untuk menuju alam bawah sadarnya dan menyimpan sejenak keletihannya di dunia nyata.

Syafa berbaring di atas kasurnya. Kedua matanya sudah tertutup rapat. Dalam setiap tarikan nafasnya, ia terus berusaha mencari ketenangan agar bisa meninggalkan dunia nyata ini dengan lapang dada.

Namun baru beberapa saat ia mendapatkan ketenangan, tiba-tiba saja ia merasa tempat tidurnya bergerak oleh sesuatu. 'Apa ini?' Batinnya.

Meski begitu Syafa memilih untuk tidak menghiraukannya. Saat ini tubuhnya benar-benar merasa lelah, ia ingin istirahat.

Namun terpaksa matanya harus kembali terbuka saat tiba-tiba ada tangan yang menyentuh kakinya dan menggenggamnya. Refleks ia terbangun dan langsung menatap tajam seseorang yang kini sudah duduk di atas tempat tidurnya.

"Shaka?" Pekik Syafa terkejut, wajahnya benar-benar syok.

Sementara Shaka hanya tersenyum lembut. Kedua tangan mungilnya kini telah menyentuh kaki Syafa.

"I know that today Chachi is very tired. So i'll massage your feet." (Aku tau hari ini Bibi sangat kelelahan. Jadi aku akan memijat kakimu.) Ungkap Shaka penuh pengertian.

Tatapan tajam Syafa seketika berubah penuh haru saat mendengar ucapan Shaka. Terlebih saat Shaka mulai memijat kakinya dengan kedua tangan mungilnya itu. Syafa tersenyum lembut. Kedua tangannya terangkat, menyentuh kepala Shaka dan mengelusnya lembut.

"But it's late at night, Shaka. You should sleep in your room." (Tapi ini sudah larut malam, Shaka. Seharusnya kamu tidur di kamarmu.) Kata Syafa mengingatkan.

"No problem, Chachi. I'll stay here to take care you until you fall asleep." (Tidak masalah, Bibi. Aku akan tetap disini untuk menjagamu sampai kamu tertidur.) Ucap Shaka yang membuat Syafa merasakan keharuan yang luar biasa.

"So, you lie down and go to sleep. And i will continue to massage your feet." (Jadi, kamu berbaringlah dan segera tidur. Dan aku akan terus memijat kakimu.) Lanjutnya.

"Are you sure you will be okay if i sleep now?" (Apa kamu yakin kamu akan baik-baik saja jika aku tidur sekarang?) Tanya Syafa memastikan.

"Of course. Go to sleep." (Tentu saja. Tidurlah.) Suruh Shaka lagi.

"Okay. Right now i'm really sleepy. So i'm going to sleep." (Baiklah. Saat ini aku memang sangat mengantuk. Jadi aku akan tidur.) Ungkapnya yang segera disambut senyuman manis dari Shaka.

"Thank you." Ungkap Syafa sembari kembali mengelus kepala Shaka dengan lembut.

"No need to say thank you. I'm happy to do this for you." (Tidak perlu berterimakasih. Aku senang melakukan ini untukmu.) Ungkap Shaka yang berhasil menenangkan hati siapa saja yang mendengarnya.

Syafa kembali menampilkan senyuman manisnya sebelum ia kembali berbaring dan membiarkan Shaka melanjutkan pergerakannya memijat kakinya.

Syafa menutup matanya dan berusaha untuk terlelap. Dan berharap Shaka benar-benar akan baik-baik saja saat ia tinggal tidur seperti ini.

Shaka menghela nafas lega saat melihat ketenangan di wajah Syafa. Senyuman di bibirnya semakin melebar.

Namun hanya beberapa saat hingga pandangannya segera teralih dari wajah Syafa, tertunduk. Senyumannya pun segera menyusut.

About STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang