2. Berita Baru

298 19 10
                                    

Terkadang cinta tak perlu dicari. Karna cinta sejati, akan datang tanpa pergi kembali.
~~

Dari dua puluh menit yang lalu Syafa sudah berada di sekolah. Kini ia tengah duduk di teras ruangan UN bersama seorang gadis di sampingnya. Gadis yang selama tiga tahun ini selalu setia menjadi teman curhatnya, sahabat bahkan sudah ia anggap sebagai saudaranya.

Pandangan Syafa tampak tertunduk menerawang ke dalam lantai yang bernuansa putih itu. Saat ini pikirannya tampak tak tenang. Nyatanya rencana perjodohan yang dilakukan kedua orangtuanya itu sukses mengganggu fikirannya.

"Fa, lo kenapa sih? Dari tadi nunduk mulu." Gadis pemilik rambut sedikit bergelombang itu tampak bingung melihat raut wajah Syafa yang tampak tak seperti biasanya.

"Gue bingung, Re." Ucap Syafa lesu.

"Bingung kenapa?" Gadis yang memiliki nama panjang Rhea Ratuleya itu tampak menatap Syafa dengan lekat.

"Orangtua gue. Mereka mau ngejodohin gue." Ungkapnya seadanya, namun sukses membuat Rhea terkejut bukan main.

"What? Dijodohin?" Ujar Rhea yang hanya mendapatkan anggukan kecil dari Syafa.

"Kok bisa sih orangtua lo mau ngejodohin lo gitu?" Lanjutnya.

"Gue gak tau. Tiba-tiba aja mamah ngomong kaya gitu tadi pagi. Gue sendiri gak nyangka mereka bisa punya rencana kaya gitu." Ucap Syafa yang sukses menciptakan kerutan di kening Rhea.

"Trus gimana? Lo setuju?" Tanya Rhea lagi.

"Ya, mau gimana lagi? Gue juga gak bisa nolak permintaan mereka." Syafa tampak membuang nafas panjang sebelum akhirnya mengangkat kepalanya yang sempat tertunduk.

"Lo tau siapa calon lo?"

Syafa menggelengkan kepalanya dengan cepat saat mendengar pertanyaan Rhea kali ini. Sementara bibirnya masih terkatup rapat.

"Maksudnya apa nih lo geleng-geleng kepala kaya gini?" Tanya Rhea memastikan.

"Gue gak nanya siapa calonnya." Jawab Syafa memperjelas isyaratnya.

"Ya ampun, Syafa. Sempe segitunya lo pasrah buat dijodohin? Sampe lo nggak nanya siapa calon suami lo?" Rhea menggelengkan kepalanya tak habis fikir melihat sikap sahabatnya itu.

"Kan gue udah bilang. Gue gak bisa nolak permintaan mereka." Ulang Syafa mempertegas.

"Ya tapi nggak ada salahnya dong lo nanya siapa calon suami lo?" Sambar Rhea yang sukses membuat bibir Syafa terkatup rapat.

Yang dikatakan Rhea memang benar. Tapi sebenarnya bukan hanya karena Syafa tak bisa menolak permintaan kedua orangtuanya. Syafa pun merasa percuma. Jika ia menolak perjodohannya dan memutuskan untuk mencari calonnya sendiri, ia yakin itu tidak akan berhasil.

Jujur saja, ia tak berminat mencintai pria manapun. Entah kenapa, kini hati dan fikirannya justru malah tertuju sepenuhnya pada sang idola. Meski ia tau itu adalah kemustahilan yang luar biasa. Untuk itu ia lebih memilih menerima perjodohannya agar tak pusing mencari calon sebagai suaminya.

"Jujur ya, Re. Sebenernya gue gak berminat sama perjodohan ini." Ungkap Syafa dengan nada rendah.

"Ya terus kenapa lo nggak nolak perjodohannya? Lo bisa kok ngeyakinin orangtua lo dengan nyari calon lo sendiri." Ucap Rhea yang ingin memberikan solusi untuk Syafa.

"Tapi masalahnya gue juga gak minat nyari pacar. Lo tau sendiri kalo sekarang hati gue terarah sepenuhnya sama--" Sebelum Syafa menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba saja...

About STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang