35. Seriously?

62 7 28
                                    

Hati seorang istri pasti tidak akan baik-baik saja saat mengetahui suaminya mencintai wanita lain. Tidak akan.
~~~

Jadwal update mulai berantakan, karna banyak faktor gaess😔 Maapin ya🙃 But happy reading this part!❤

••
"I miss you so much." (Aku sangat merindukanmu.)

"Aaa.. Siddharth.. You're is so sweet." (Aaa.. Siddharth.. Kau manis sekali..)

"I miss you too so much, Siddharth." (Aku juga sangat merindukanmu, Siddharth.)

"Actually, i..." (Sebenarnya, aku...)

"Yes? Just say it, Siddharth. Why do you sound doubtful like this?" (Ya? Katakan saja, Siddharth. Kenapa kau terdengar ragu seperti ini?)

"I love you."

I love you. I love you. I love you.

Kalimat itu terus menerus terngiang di telinga Syafa dengan jelas. Setiap kalimat itu terdengar, ada satu benda tajam yang menghantam dinding hatinya dengan keras. Hal itu terus terulang, hingga kini mungkin hatinya itu sudah tidak berbentuk lagi. Hatinya hancur, berkeping-keping.

'Kenapa? Kenapa dia harus mencintai orang lain sebelum dia menyadari cintanya sendiri padaku?'

Siapa wanita itu? Orang baru? Atau seseorang yang pernah dicintai Siddharth sebelum ia memutuskan untuk menikahi Syafa?

Sial. Siapapun dia, tetap saja ini tidak benar. Seharusnya Siddharth tidak melakukan ini. Terlebih lagi ia mengatakannya tepat di hadapan Syafa.

Kejam. Entah siapa yang kejam disini. Siddharth? Atau takdir yang terus menerus mempermainkan perasaan Syafa dalam skenarionya. Skenario yang terus menyudutkan Syafa. Yang terus menjatuhkan dan memberikan banyak penderitaan kepada Syafa.

Hati seorang istri mana yang tidak terluka jika suaminya sendiri mengungkapkan cinta pada wanita lain? Tidak ada. Apapun alasannya, sekuat apapun argumentasi yang dimilikinya, tetap saja itu salah.

Bukankah Syafa sudah berubah menjadi wanita berhati baja? Ya, itu benar. Tapi tidak untuk masalah yang satu ini. Dia bisa menerima kebencian Siddharth, perlakuan dan kata-kata Siddharth padanya, ia bisa menerima itu semua. Tapi Syafa tidak bisa menerima jika Siddharth mencintai wanita lain selain dirinya. Itu mustahil.

Goresan pecahan gelas itu membuat tangan Syafa terluka dengan cukup dalam. Namun sepertinya Syafa tidak merasakan sakit di tangannya. Hatinya terluka dengan sangat dalam. Itu sangat menyakitkan baginya. Seolah rasa sakitnya sudah habis, dan tidak tersisa untuk bagian tubuhnya yang lain.

"Ck, why is this so hard?" (Ck, kenapa ini sulit sekali?) Gumam Shaka mulai kesal.

Sejak tadi ia terus berusaha mengobati luka di telapak tangan Syafa. Namun rupanya ia sangat kesulitan untuk melakukannya. Bahkan ia tidak bisa memasang perban di tangan Syafa dengan baik.

Lain halnya dengan Shaka yang terus sibuk membenahi perban di tangannya, Syafa masih terdiam. Sejak tadi ia tidak bereaksi apapun, bahkan saat Shaka memberikan obat merah pada lukanya. Padahal seharusnya itu terasa sakit, kan? Namun hingga kini wajahnya tetap datar, seolah ia tak merasakan apapun.

"Shaka? What are you doing?" (Shaka? Apa yang sedang kau lakukan?) Tiba-tiba ada seseorang yang berujar demikian, membuat perhatian Shaka segera teralih.

"Appa?" Ujar Shaka yang melihat Abhishek tengah berjalan menghampirinya. "Good thing Appa came." (Untung Ayah datang.) Lanjutnya merasa lega.

About STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang