29. SIDDHARTH!

89 10 7
                                    

Aku rela melakukan apapun demi dirimu. Tapi tolong, jangan pernah berfikir untuk pergi jauh dariku.
~~~

Prepare a sad song before reading this. Siap-siap emosimu terkuras habis. Okay, happy reading, guys!🤗

••
Rasanya kini tubuhnya terasa lemas. Dan akhirnya, brukh!* tubuh Syafa mendarat tepat di tepi tempat tidurnya. Pandangannya tertunduk. Tatapannya kosong.

Wajahnya memang datar, tapi ketahuilah, hatinya terasa sangat sakit. Sejak tadi sembilu yang tajam tak pernah ingin berhenti untuk membaku hantam hatinya yang rasanya kini sudah hancur berkeping-keping.

'No, Ruuhii. Don't do it. Don't go. You know, i can't be away from you, even if it's only for one day.'
(Tidak, Ruuhii. Jangan lakukan itu. Jangan pergi. Kamu tahu, aku tidak bisa jauh darimu, walaupun itu hanya satu hari.)

'I want her go out of here. So that she is far from me.'
(Aku ingin dia pergi dari sini. Agar dia jauh dariku.)

Kenapa dua ungkapan Siddharth itu begitu sangat bertolakbelakang? Yang pertama dia mengungkapkan bahwa dia tidak bisa hidup tanpa Syafa. Namun setelah itu justru ia merasa ingin mati jika Syafa berada di dekatnya.

Apa salahku? Apakah kehadiranku membuat hidupmu tersiksa?

Syafa tahu bahwa semua yang dikatakan Siddharth itu diluar kendali ingatannya. Tapi apalah dayanya sebagai manusia biasa yang lemah? Ia merasa terluka. Sangat terluka.

Namun sekali lagi, saat ini ia hanya bisa berharap bahwa Tuhan akan memberikannya banyak kekuatan untuk menghadapi luka ini.

Langkah Vibha terpaksa harus terhenti di muka pintu saat pandangannya mengikat sosok Syafa yang kini masih tertunduk sendu. Ia semakin cemas. 'God. What should i tell her?' (Tuhan. Apa yang harus aku katakan padanya?) Batinnya.

Kaki Vibha kembali bergerak mendekati Syafa. Pandangannya tak pernah lepas dari wajah Syafa. Perlahan Vibha duduk di tepi tempat tidur, tepat di samping Syafa.

Syafa masih belum bereaksi, tanda ia masih berada dalam lamunannya dan belum menyadari keberadaan Vibha.

Sejenak Vibha terdiam. Berusaha mengendalikan laju pernafasan yang sempat tak terkendali akibat panik. Perlahan tangannya terangkat, menyentuh bahu Syafa dan mengelusnya lembut.

"Syafa." Ujarnya yang berhasil membuyarkan lamunan Syafa.

Syafa segera mengangkat pandangannya dan menatap Vibha dengan lekat. "Mommy?" Syafa menampilkan senyuman tipis di bibirnya. Ya, senyuman palsu.

Pandangan Vibha semakin sendu. "I hope you don't take Siddharth's words seriously." (Aku harap kamu tidak menganggap serius ucapan Siddharth.) Ucapnya.

"No, Mommy. I understand. He's just being feel disturbed. And maybe it's my fault too. I can't refrain for not approach him." (Tidak, Ibu. Aku mengerti. Dia hanya sedang merasa terganggu. Dan mungkin itu salahku juga. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mendekatinya.) Syafa kembali menampilkan senyuman palsunya, meski hatinya terasa diremas-remas saat ia berucap demikian.

"That's not true, Syafa. You are his wife. A wife will definitely can not be away from her husband. Vice versa." (Itu tidak benar, Syafa. Kamu adalah istrinya. Seorang istri pasti tidak akan bisa jauh dari suaminya. Begitupun sebaliknya.) Jelas Vibha.

Tapi kenyataannya justru kini Siddharth ingin berada jauh dengan istrinya sendiri.

Syafa kembali tertunduk. Senyuman penuh luka di bibirnya masih belum hilang. Vibha kembali mengelus bahu Syafa dengan lembut. Berusaha memberikan ketenangan melalui sentuhannya.

About STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang