14. Islam Dan Hindu

169 16 38
                                    

Berbeda bukan berarti harus terpisah. Meski berbeda keyakinan, namun masih tetap bisa berdampingan.
~~~

Happy reading, guys!🤗

••
Hari ini adalah hari yang cukup melelahkan bagi Syafa. Banyak hal yang tak terduga telah terjadi. Mulai dari pernikahannya dengan sang idola yang sama sekali tak ia sangka. Hingga akhirnya ia berhasil membongkar semua rahasia yang selama ini terus saja menguasai pikirannya.

Setelah perutnya terisi dengan penuh dan mengganti pakaiannya, Syafa langsung terlelap karena lelah. Bukan hanya Syafa, Siddharth pun langsung terlelap dalam tidurnya. Keduanya tertidur dengan sangat pulas.

Namun, sebelum fajar muncul di ufuk timur, Syafa harus terusik dalam tidur nyenyaknya. Perlahan kedua matanya terbuka.

Ketika matanya terbuka dengan sempurna, ia langsung disambut oleh wajah menenangkan Siddharth yang masih terlelap. Rupanya keduanya terlelap dalam posisi saling berhadapan.

Syafa terdiam menatap wajah Siddharth yang benar-benar menenangkan kala sedang tertidur seperti ini. Perlahan sebuah senyuman manis hadir menghiasi bibirnya. Dalam sekejap selera tidurnya lenyap seketika. Justru ia ingin terus menatap wajah tampan suaminya itu.

Mungkin ini akan menjadi rutinitas barunya saat bangun tidur. Yang biasanya ia langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Namun kini ia akan terus memandangi wajah suaminya hingga suaminya itu membuka matanya.

'Apakah ini mimpi? Memiliki dirimu sebagai suami. Jujur saja aku masih tidak percaya akan hal itu.' Batin Syafa.

Jujur saja ini masih terasa antara khayalan dan kenyataan bagi Syafa. Namun ya, Syafa benar-benar sangat bersyukur karena telah memiliki Siddharth sebagai suaminya.

Hampir lima menit Syafa terdiam hanya untuk memandangi wajah Siddharth. Hingga akhirnya, tangan Syafa mulai bergerak mendekati rambut Siddharth. Perlahan Syafa menyingkirkan rambut Siddharth yang menutupi keningnya kemudian mengelusnya dengan lembut.

Siddharth sama sekali tak terusik saat Syafa berlaku demikian, bahkan saat tangan Syafa bergerak menuju pipinya, menakupnya dan mengelusnya lembut. Siddharth masih terlelap dalam tidurnya tanpa bisa diganggu. Membuat Syafa merasa leluasa untuk terus melakukannya.

Senyuman di bibir Syafa semakin melebar kala ia mengelus pipi Siddharth dengan lembut. Hingga akhirnya, gerakannya harus terhenti saat ada sesuatu yang membuatnya cukup merasa terkejut.

"Allahu Akbar.. Allahu Akbar.." Karena suara Adzan itu, barulah Siddharth terusik dari tidurnya.

Refleks Syafa segera menarik tangannya dari pipi Siddharth. Syafa cukup dibuat gugup. Namun beruntung Siddharth tidak menyadari telah diperlakukan demikian oleh Syafa.

Setelah membuka matanya dan mengucek matanya sekilas, Siddharth segera beringsut dari tidurnya. Tangan Siddharth segera bergerak untuk mengambil handphonenya yang terletak di meja kecil yang berada tepat di sampingnya. Kemudian Siddharth segera mematikan alarmnya yang membuat suara Adzan itu segera menghilang.

Melihat itu, Syafa segera beringsut dari tidurnya dan menatap Siddharth dengan tajam.

"Sidd? Do you set an alarm with the call to Adzan?" (Sidd? Kamu memasang alarm dengan suara Adzan?) Tanya Syafa benar-benar tak percaya bahwa Siddharth melakukannya.

Sejenak Siddharth terdiam dan berusaha mengumpulkan seluruh nyawanya dengan sempurna.

"Yes. During this time, at home no one would remind me to prayer. So i set an alarm to remind myself." (Ya. Selama ini, di rumah tidak ada orang yang akan mengingatkan aku untuk Sholat. Jadi aku memasang alarm untuk mengingatkan diriku sendiri.) Jawab Siddharth seadanya.

About STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang