Hilang. Harapannya hilang. Hancur. Segalanya hancur. Dan tidak ada yang tersisa.
~~~Siapkan tissu sebelum baca. Siap-siap emosimu terkuras lagi.😌 Happy reading, guys!🤗
••
Sudah lebih dari dua puluh menit setelah Syafa dimasukan ke ruangan UGD. Rasanya tak pernah sedikitpun hati terasa tenang. Dari detik ke detik justru dada terasa semakin sesak. Degup jantung semakin tak terkendali. Tarikan nafas tak terkontrol. Pikiran melayang kemana-mana. Pada hal buruk. Ck, tolong jangan katakan itu.Namun mengingat warna merah darah yang langsung mendominasi sprei yang semula berwarna putih, padahal tubuh Syafa baru saja mendarat di atas brankar? Darah sebanyak itu? Dan erangan Syafa yang tiada henti?
Hufftt...
Akankah dia bertahan? Pasti. Harus. Mesti. Dia tidak boleh pergi sebelum dia melihat dunia ini. Ingat? Dia ingin bertemu dan memeluk ayahnya, kan? Maka dia harus bertahan. Agar keinginannya bisa terkabul.
Semua orang masih belum mendapatkan ketenangannya, meski itu hanya secerca. Vibha. Pandangannya tertunduk. 'God. Don't let anything bad happen to my daughter-in-law and future grandchildren.' (Tuhan. Jangan biarkan sesuatu hal yang buruk terjadi pada menantu dan calon cucuku.) Batinnya berharap.
Abhishek terduduk. Kedua tangannya saling tertaut dan mengepal saat memangku dagunya. Refleks ia menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir pikiran buruk yang terus bersarang di otaknya. 'No. He will be fine.' (Tidak. Dia akan baik-baik saja.) Yakinnya.
Siddharth? Ingin tahu apa yang dia lakukan saat ini? Beku. Mungkin hatinya mulai membeku. Wajahnya datar. Rasa bersalah masih belum tergambar dalam garis-garis wajahnya. Justru rasa malas yang hadir disana. 'What am i here for?' (Untuk apa aku disini?) Jengahnya. Ia tertahan, dan terpaksa untuk tidak pergi.
Shaka. Seorang ayah kecil yang kini terus merasa cemas. Ah, ya, ayah kecil. Bahkan ia lebih tahu bagaimana caranya mencemaskan seseorang jika dibandingkan dengan Siddharth saat ini.
Dalam pelukan Vaishnavi, ia berusaha menahan isakannya meski terasa sakit. Kristal bening telah menciptakan aliran sungai di pipinya. Meski tak terdengar histeris, namun itu cukup untuk mengiris hati siapa saja yang melihatnya.
"Mama?" Lirihnya pelan. Perlahan ia mengangkat pandangannya yang terus tertunduk.
Vaishnavi menurunkan pandangannya, menatap Shaka dengan lekat. "Kya hua, Shaka?" (Ada apa, Shaka?) Tanya Vaishnavi lembut.
"Chachi will be fine, right? Nothing will happen to my little brother, right?" (Bibi akan baik-baik saja, kan? Tidak ada yang akan terjadi pada adik kecil, kan?)
Deg!* Sungguh. Ini pertanyaan yang paling menyakitkan yang harus terdengar. Rasanya kini hati Vaishnavi seolah tengah diremas-remas dengan kuat. Aliran darahnya seolah terasa dingin. Kelopak matanya sempat mengering. Namun kini bola matanya harus terasa memanas kembali.
"I'm afraid something will happen to my little brother. I don't want to lose him." (Aku takut terjadi sesuatu pada adik kecil. Aku tidak mau kehilangan dia.) Tesh!* Sebutir kristal bening kembali mengalir dengan bebas di permukaan wajah Shaka.
Vaishnavi menggeleng dengan cepat. Tangannya segera terangkat dan menakup pipi Shaka. "No, baby. Don't talk like that. Your little brother is fine. They will definitely be fine. Trust me." (Tidak, sayang. Jangan bicara seperti itu. Adikmu baik-baik saja. Mereka pasti akan baik-baik saja. Percaya padaku.) Tutur Vaishnavi sembari menghapus air mata Shaka dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
About S
FanfictionTAMAT Ketika Jodohmu Adalah Idolamu Genre : Fiksi/Fanfiction Jadi, semua adegan di cerita ini hanya merupakan kisah fiktif atau rekaan belaka. Tidak ada unsur nyata sama sekali. Mohon pengertian dan kerjasamanya, agar tidak terjadi kesalahfahaman. [...