Double uppp
.
.
.
.
.
Happy Reading, Good Reader^^
.
.
.
.
.
Jungkook melajukan mobil hyungnya menuju mansion milik sang kakek. Sungguh, ia pernah berpikir untuk membeli rumah atau apartemen sendiri untuknya karena terlalu bosan berada di mansion sang kakek. Tanpa banyak obrolan Jungkook fokus pada acara menyetirnya sedangkan Seokjin memilih melempar pandangan ke jalanan yang mulai dihujani salju itu.
"Tahun emosi dan apapun hal buruk yang akan kau lakukan dan ucapkan, Kook. Kita harus membahas ini dengan kepala dingin bersama ayah." Pinta Seokjin pada adiknya.
"Aku akan menahan sebisaku, tapi jangan sekalipun memotong omonganku saat aku bicara nanti." pinta Jungkook pada hyungnya juga. Itu terlihat adil bagi mereka.
Sebentar lagi mereka sampai di mansion. Seokjin sudah menyiapkan semua kosakata dan mental yang kuat untuk menghadapi sebuah kenyataan yang harus ia dengar dari bibir ayahnya nanti.
Dengan segera mobil itu mereka parkir di garasi dan segera menuju ruang keluarga atau mungkin ruang kerja sang ayah. Hanya dua tempat itu yang sering ayah Kim kunjungi saat baru pulang dari kerjanya.
Tebakan mereka benar. Ayahnya sedang duduk mengobrol dengan sang kakek. Setidaknya ini baik karena sang kakek yang sudah tahu semuanya dan begitu perhatian pada cucu keduanya itu ada disana. Kedua Kim bersaudara juga berharap akan sang kakek yang nantinya ikut bekerjasama dengan mereka, karena ini menyangkut nyawa cucunya.
"Ayah, ada hal penting yang harus kami bicarakan dengan ayah dan kami harap ayah bisa bekerjasama akan hal ini. Begitu juga dengan kakek." Tuan Kim dan kakek Kim saling pandang karena terheran dengan ucapan Seokjin.
"Duduklah dulu nak. Tidak sopan berbicara hal penting sambil berdiri seperti itu." ucap kakek Kim meminta. Beliau memang orang yang selalu menjunjung tinggi adab dan sopan santun.
Jungkook dan Seokjin duduk di sisi lain dari sofa itu. Kedua tetua Kim terlihat menunggu salah satu dari cucunya itu berucap.
"Ini tentang Taehyung hyung. Bisakah ayah berjanji pada kami untuk menjawab semua hal yang akan kami tanyakan, yah? Jungkook sangat meminta pada ayah." Ucap Jungkook dengan wajah serius namun mencoba melembut.
Tuan Kim menatap sang ayah dan mengangguk setuju. Ia seperti tahu tentang hal yang akan kedua putranya itu tanyakan.
"Tentang dua hari yang lalu disaat aku dan Mingyu menjaga Taehyung hyung. Mengapa ayah menghindari pertanyaanku? Apa maksud dari 'Tidak ada cara lain?'. Aku yakin mendengarnya dengan jelas, begitu juga dengan Mingyu. Bisakah sekarang ayah jelaskan semuanya?" pinta Jungkook pada sang ayah. Tuan Kim terdiam, ia ragu ingin menjelaskannya.
"Kami baru saja bertemu Joshua dan menanyakan hal ini, Yah. Shua memang seorang psikiater tapi kekasihnya bekerja di bagian laboratorium yang tentu tahu semua hal tentang ini. Jadi, Seokjin harap ayah tak berbohong sedikitpun akan hal ini. Ini menyangkut saudara kami, Kim Taehyung." Ucap Seokjin menambahi.
"Ayah sudah berjanji untuk tidak lagi menyembunyikan sesuatu dari kami. Jadi jangan buat kami kecewa lagi, yah. Sudah waktunya Tae hyung keluar dari penderitaanya. Tak apa Tae hyung berbeda asalkan ia masih tetap disisi kami. Itu sudah sangat cukup bagiku." Ucapan Jungkook penuh akan harapan pada sang ayah. Ia hanya ingin mengetahui semuanya. Agar hyungnya bisa selamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
UnFeeling (Tamat)
Short StoryAjari aku bagaimana bahagia tanpa perlu merasa khawatir dan takut. Ajari aku bagaimana tersenyum dan menangis seperti layaknya mendapat kebahagiaan dan kesedihan. - Taehyung. . . . . .