Thor balik lagii setelah sekian lama..
.
.
Maaf ya Good Reader, Thor baru slesai nugas akhir jadi baru bisa negok lagi
.
.
.
.
Happy Reading Good Reader^^
.
.
.
Taehyung dan Jungkook kali ini benar-benar kembali ke mansion kakek Kim. Disana sudah didapati kakek Kim, Tuan Kim, dan juga Seokjin yang terlihat memang sedang menunggu kepulangan mereka. Jungkook menatap Seokjin tak suka. Taehyung menatap anggota keluarganya dengan datar.
"Kau sudah pulang Tae?" tanya Seokjin basa basi dan dibalas anggukan pelan darinya
"Bisakah kalian berdua duduk sebentar disini?" pinta sang kakek pada kedua cucunya.
Jungkook mau tak mau duduk diantara mereka, tak lupa menarik pelan lengan sang kakak untuk diajaknya duduk.
"Jadi apa yang ingin kakek bicarakan? Taehyung hyung harus segera istirahat untuk kuliah besok."ucap Jungkook sembari menatap Taehyung yang tengah diam. Seokjin meliriknya sekilas.
"Kakek hanya ingin memberitahukan pada semuanya. Ini sudah keputusan final kakek dan sudah waktunya kalian tahu." Jungkook mendengus tak sabaran dengan ucapan sang kakeknya yang terkesan basa basi.
"Ini tentang pengurusan bisnis dan perusahaan. Aku ingin Taehyung secara permanen mengepalai bisnis kita di Osaka dan untukmu Jungkook..." jeda sang kakek sejenak. Jungkook memiliki firasat buruk dengan ini.
"Kakek harap kau bisa mengatur perusahaan di Seoul." Jungkook terkejut bukan main dengan ucapan sang kakek.
"Tidak. Aku menolaknya." Ucapnya cepat.
"Kenapa Kook? Bukankah kau sangat ingin kembali ke Seoul?" tanya sang ayah tak mengerti.
"Tidak. Jika tidak dengan Taehyung hyung."
"Bisnis di Osaka baru dibuka Kook. Itu butuh waktu untuk perkembangannya." Ucap Seokjin kali ini.
"Tahu apa kau?!" ucap Jungkook pada Seokjin hyungnya. Semua orang diruang keluarga itu terdiam.
"Tidak. Aku menolaknya. Aku masih harus menyelesaikan sekolahku disini. Lagipula bisnis yang di Seoul sudah dipegang Seokjin hyung."
"Hyungmu memegang perusahaan di Tokyo, Kook. Kakekmu sudah mengatur semuanya." Jungkook terlihat kesal dengan ucapan sang ayah.
"Persetan dengan uang! Aku tak peduli. Kalian semua sama saja. Uang, uang, dan uang!"
"Jungkook tenang." Kali ini Taehyung bicara.
"Kau bukan robot hyung. Kau manusia. Kau berhak menolak. Seperti aku." Ucap Jungkook lirih sembari memegang tangan Taehyung lembut.
"Apa dengan uang Taehyung hyung bisa sembuh?" tanya Jungkook tiba-tiba.
"Jungkook, jangan sepert—"
"Apa dengan uang Taehyung hyung bisa sembuh? Ayah tinggal jawab ya atau tidak. Jungkook hanya perlu satu jawaban."
"Jaga bicaramu Kook."
"Peduli apa kau?!" Jungkook benar-benar muak sekarang.
"Jika itu tidak bisa membuat Taehyung hyung sembuh. Aku tetap tak akan sudi melakukannya." Ucap Jungkook yag kemudian menarik lengan Taehyung dan membawanya ke kamar.
Orang-orang di ruang keluarga terdiam. Ayah Kim beberapa kali menghela napas dan kakek Kim memilih pergi dari ruangan itu. Seokjin terdiam menatap sang ayah.
"Ayah.."
"Jangan sekarang Seokjin-ah." cegah tuan Kim pada putra tertuanya.
"Hah.. Jungkook sudah dewasa ternyata. Jangan memaksanya lagi Jin-ah. Ini semua salah ayah." Seokjin menggeleng.
"Tidak yah. Ayah sudah bekerja kerasa untuk kami. Jungkook hanya belum mengerti maksud kita. Aku akan coba memberitahunya lagi nanti. Sebaiknya ayah beristirahat. Ayah baru pulang dari rumah sakit." ucap Seokjin dengan lembut pada sang ayah.
.
.
.
Ditempat lain, lebih tepatnya di kamar Taehyung. Jungkook terdiam di balkon kamar sang hyung. Taehyung sedang sibuk membereskan barang-barang yang mereka bawa dari rumah Choi bersaudara.
"Jungkook-ah?" panggil Taehyung pelan. Jungkook tak bergeming. Seolah ia tak ingin hyungnya itu membahas masalah yang baru saja terjadi.
Baru saja ia merasa senang dan bahagia namun perasaan baik itu tak bertahan lama. Memang benar kata Mingyu, terlalu banyak rasa sakit yang manusia miliki hingga dengan mudah melupakan kebahagiaan sederhana. Jungkook benar-benar iri dengan keluarga Choi. Ia benar-benar sangat iri.
"Apa hyung akan menyetujui ucapan kakek?" tanya Jungkook yang masih menatap taman di balkon itu.
"Apa kau tak menyukainya Kook?" Jungkook beralih menatap Taehyung yang tiba-tiba bertanya seperti itu. Tidak biasanya, maksud Jungkook bagaimana bisa sang hyung bertanya hal yang menyangkut tentang emosi.
"Jika aku berkata sangat membencinya, apa hyung akan tetap menuruti ucapan kakek?" Taehyung terdiam mendengar ucapan Jungkook.
"Aku tidak tau Kook. Apa itu akan membuatmu sedih?" Jungkook mengangguk dengan sangat mantap untuk meyakinkan Taehyung.
"Jungkook akan sangat sedih kalau Taehyung hyung menyetujuinya. Kau sudah cukup melakukan banyak hal, hyung."
"Bagaimana dengan Seokjin hyung?" ucap Taehyung yang hanya dibalas dengusan pelan.
"Mengapa kau selalu membahas Seokjin hyung, hyung? Dia bahkan tak pantas untuk menyandang gelar 'hyung' untuk kita. Seokjin hyung hanyalah pelayan ayah dan kakek. Bahkan disaat kau sakit ia tak mengetahuinya. Hyung macam apa itu?" Jungkook benar-benar tak percaya dengan pikiran Taehyung.
"Tapi Seokjin hyung menyayangi kita."
"Darimana hyung tahu jika Seokjin hyung menyayangi kita, Tae hyung?! Ia bahkan sibuk dengan bekerja dan tak mempedulikan kita seperti ayah dan kakek. Mereka semua sama saja. Hanya uang dan uang hingga lupa jika kau harus sembuh." Katakan Jungkook untuk menahan tangisnya kali ini.
"Itu membuatku kesal hyung. Itu membuatku sangat sedih hyung." air mata Jungkook sukses turun ke pipi nya.
"Aku iri dengan Mingyu, hyung. Keluarga mereka sangat hangat. Berbeda dengan keluarga ini. Sampai kapan mereka akan berhenti bersikap bodoh amat dan egois, hyung?"
"Jungkook hanya ingin hyung sembuh, tapi seolah hal semacam itu sulit untuk dikabulkan. Hiks..hiks.." isakan pelan pada akhirnya keluar di bibir tipisnya.
Taehyung meraih lengan Jungkook dan memeluknya pelan. Jungkook semakin menangis menjadi-jadi.
Tangisan itu terdengar sampai luar kamar mereka. Yang tanpa mereka sadari hyung tertuanya mendengarkan semua ucapan Jungkook tanpa terlewat sedikitpun. Ada rasa sesak dan bersalah dalam dirinya.
Seokjin sadar jika ia memang belum bisa menjadi hyung baik. Ia sangat sadar tapi ia tak bisa berbuat banyak lebih dari ini. Ia masih memiliki hal lain yang harus ia selesaikan. Sebelum semua ini berakhir.
"Maafkan hyung, Kook. Bencilah hyung sesukamu dan jaga selalu Taehyung untuk hyung."
.
.
.
..
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
UnFeeling (Tamat)
Short StoryAjari aku bagaimana bahagia tanpa perlu merasa khawatir dan takut. Ajari aku bagaimana tersenyum dan menangis seperti layaknya mendapat kebahagiaan dan kesedihan. - Taehyung. . . . . .