40

1.4K 194 8
                                    


Double up..

.

.

.

Mumpung Thor punya waktu luang..

.

.

.

Happy Reading Good Reader^^

.

.

.


Bohong jika Jungkook tak menyayangi hyung tertuanya Kim Seokjin. Ia juga menyayanginya bahkan setiap rasa kesal dan marahnya muncul, Seokjin lah yang selalu pertama kali dipikirannya.

Jungkook tidak membencinya. Ia sama sekali tidak membenci sang hyung. Ia hanya begitu kesal dan tak menyukai sifat sang hyung yang terkadang terlalu penurut dan menjadi lemah ketika sudah berhadapan dengan sang ayah.

Jungkook ingin Seokjin hyungnya tegas. Yang rela membela kedua adiknya dan selalu melindungi mereka apapun keadaannya. Ia ingin hyungnya begitu tapi Jungkook seolah hanya meminta harapan kosong yang jelas tak akan hyungnya kabulkan.

Setelah lebih dari setengah tahun Jungkook berseteru dengan Seokjin dan membuat sang hyung kembali ke kota kelahiran mereka. Jungkook tak pernah lagi melihat batang hidung sang hyung barang sebentar. Terakhir kali ia melihatnya hanya pada saat malam natal dan itu berakhir dengan pertengkaran yang tak bisa ia elakkan.

Jungkook menjadi penasaran tentang keadaan sang hyung setelah Jungkook dan Taehyung meninggalkannya. Ia begitu ingin tahu dengan keadaan diri sang hyung yang tak pernah ia ketahuan lebih dalam.

Ego diri seseorang memang bisa dengan mudah menutup semua hal tak terkecuali pada apa yang ada disekitar mereka dan itulah yang sedang dilakukan oleh ego Jungkook. Ego Jungkook melebihi apapun jika itu menyangkut Taehyung. Hingga pada akhirnya ia tak peduli dengan sekitar dan membiarkan sekitarnya ikut menanggung akibat dari egonya.

Keluarga Kim sedang tidak baik-baik saja dan Jungkook sangat mengerti itu. Ayahnya yang begitu ambisius dengan pekerjaannya. Sang hyung yang begitu penurut dengan apa yang ayah perintahkan dan sang kakek yang nampak begitu tak peduli dengan masalah yang ada di dalam keluarga besarnya.

Jungkook kesal, karena ia belum dewasa dan setiap ucapannya tak pernah di anggap dan hanya angin lalu. Ia kesal karena tak bisa mengatakan apa yang harus ia katakan dengan jelas pada anggota keluarnya.

Ia kesal dan kecewa, tapi ia tak bisa melakukan apapun selain lari dari mereka. Jungkook merasa bersalah karena hyungnya Taehyung harus ikut menanggung masalah ini. Tapi jika Jungkook mau membuka hati dan pikiran ia akan sadar jika semua ini berawal dari sang hyung.

Tapi akankah Taehyung meminta menjadi seorang biang masalah di keluarganya? Tidak. Sama sekali tidak. Ia tidak ingin menjadi seperti itu. Bahkan untuk mengerti perasaan dan rasa sakitnya saja sudah kesulitan. Mengapa ia harus menanggung hal yang sama sekali tak ia mengerti .

Taehyung memang kenyataannya seperti itu tapi hebatnya ia memiliki otak dan kecerdasan yang tinggi hingga dengan mudah mencerna setiap situasi meski berakhir dengan ketidakpahaman.

Ia selalu merasa heran dan dirundung rasa bingung dengan setiap pertengkaran sang adik dan Seokjin hyungnya yang selalu membawa namanya setiap waktu. Ditambah lagi mengapa sang ayah ingin membawanya ke laboratorium rumah sakit?

Apa ia sakit? Jika ia sakit separah itukah dirinya mengalaminya? Bohong jika Taehyung tak memikirkannya. Ia juga memikirkan masalah itu setiap hari, hanya saja ia tidak mengerti. Hati dan pikirannya seolah sulit untuk memberitahunya dan itu membuatnya tak nyaman. Benar-benar tak nyaman.

"Mengapa ayah ingin membawa hyung ke laboratorium, Jungkook-ah?" tanya Taehyung. Jungkook terdiam mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk ia jawab.

"Saat kecil, hyung berkunjung ke rumah sakit. Beberapa kali dengan ayah." Jungkook mencoba mendengarkan dengan baik ucapan sang hyung.

"Ayah membawa hyung ke ruang yang penuh dengan alat mengerikan dan sesekali ayah terlihat sedih setiap hyung berbaring di salah satu ranjang." Jungkook mencoba mencerna ucapan sang hyung. Ia sempat tertegun mendengar hyungnya yang benar-benar sudah bicara banyak. Jungkook mencoba menggali ingatan masa kecil yang sudah ia kubur dalam-dalam itu.

Jungkook tak dapat mengingat seluruhnya. Yang ia tahu hanya Taehyung hyungnya sering sekali terluka dan beberapa kali selalu pergi dengan sang ayah entah kemana. Sang ayah tak pernah memberitahukan kemana ia dan sang hyung akan pergi, tidak pernah sekalipun dan menurut Jungkook itu adalah hal yang memang membuatnya penasaran.

Sejak kecil memang tuan Kim lebih sering bekerja dan menghabiskan waktu di rumah sakit negara orang. Bahkan tak jarang Jungkook sering hanya di tinggalkan sendirian bersama Taehyung saat Seokjin hyungnya juga sibuk mengurusi studynya.

Jika kalian bertanya dimana sang ibu, tentu Jungkook dan Taehyung juga sesekali bersama dengan beliau. Meski sang ibu juga sibuk bekerja tapi setidaknya sang ibu benar-benar bisa menyempatkan waktu untuk anak-anaknya.

Namun setelah kepergian beliau, rumah menjadi sangat sunyi dan tak ada kehangatan lagi. Bahkan sang ayah pun juga lebih memilih sibuk dengan pekerjaannya setelah kepergian sang istri. Rumah itu seolah kehilangan perapian hangatnya dan menyisakan abu kayu dan atmosfer yang dingin disana.

"Ayah pernah sesekali mengusap kedua matanya karena hyung." Jungkook tertegun mendengar ucapan sang hyung yang sukses membuatnya bimbang.

"Hyung, apa jika hyung dibawa ke rumah sakit oleh ayah lagi hyung akan bersedia?" tanya Jungkook tiba-tiba. Taehyung memiringkan kepalanya bingung.

"Ayah pernah berkata pada hyung untuk jangan sering terluka, tapi hyung tidak tahu kalau hyung melukai diri hyung sendiri."

Entah mengapa Jungkook merasa sang hyung benar-benar bicara panjang lebar mengenai isi hati dan pikirannya yang tidak ia mengerti. Taehyung ingin mengatakan semua yang tidak ia pahami selama ia hidup. Meski ia pintar, ia tidak mengerti dan paham dengan perasaan dan setiap perlakuan orang-orang kepadanya.

"Hyung bisa jawab pertanyaan Kookie yang tadi?" pinta Jungkook menunggu.

"Apa dengan hyung ke rumah sakit, Kookie dan Seokjin hyung tidak akan bertengkar lagi?" Jungkook terdiam. Ia bingung mengapa ia harus bertanya seperti itu pada sang hyung.

"Hyung, apa hyung tahu perasaan Kookie sekarang?" ucap Jungkook lirih. Dia benar-benar merasa sedih dan kecewa di salah satu sisi. Ia sangat ingin mempertahankan dan melindungi sang hyung dari tangan sang ayah. Tapi mengapa justru bertanya hal semacam itu pada sang hyung.

"Kookie ingin hyung sembuh tapi Kookie takut."

.

.

.

.

UnFeeling (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang