Thor balikkk
.
.
.
Happy Readingg, Good Reader^^
.
.
.
.
Taehyung dan Jungkook kembali ke mansion kakek Kim lagi. Setelah banyak hal yang terjadi diantara mereka, Seokjin dan tuan Kim mencoba memperbaiki semuanya. Ya, semuanya tanpa terkecuali.
Bahkan tak segan tuan Kim dan Seokjin men-cancel semua jadwalnya hanya untuk menghabiskan waktu bersama Taehyung dan Jungkook. Hati Jungkook perlahan menghangat.
Meski ingatan masa lalu masih membekas di pikirannya, tapi ia sekuat mungkin menepis pikiran buruk itu agar semuanya berjalan dengan baik. Taehyung hyungnya sudah mulai membaik, emosinya mulai terlihat perlahan dan itu menambah kebahagiaannya.
Jungkook sesekali menemani sang hyung yang sekarang mulai melanjutkan tulisannya yang sempat tertunda beberapa hari karena menjaga sahabatnya di rumah sakit. Taehyung mulai menulis lebih banyak dengan emosi yang baik dan untuk kesekian kalinya Jungkook merasa terpukau dengan tulisan hyungnya.
"Kapan buku itu kau terbitkan hyung?" tanya Jungkook yang duduk disamping Taehyung.
"Tidak terbit." Ucap Taehyung yang membuat Jungkook bingung.
"Kenapa? Bukankah itu impian hyung? Cerita hyung bagus kok." Ucap Jungkook mencoba menyemangati hyungnya tapi Taehyung menggeleng pelan enggan untuk menjawab pertanyaan dari adiknya.
*Cklek
Pintu kamar Taehyung terbuka dan menampilkan Seokjin yang membawa nampan berisikan kue dan jus jeruk untuk kedua adiknya. Jungkook beranjak dari duduknya dan menerima nampan itu. Tak lupa ia mengucapkan terimakasih pada hyungnya.
"Sedang apa Tae?" tanya Seokjin yang ikut membaca sekilas beberapa kalimat di layar laptop Taehyung.
"Masih belum selesai?" tanya Seokjin lagi dan Taehyung mengangguk pelan.
"Taehyung hyung tidak akan menerbitkan bukunya hyung." Adu Jungkook pada Seokjin. Seokjin ikut bingung dengan keputusan adiknya yang terkesan aneh itu. Bukankah Taehyung sudah berencana untuk menerbitkan bukunya tapi kenapa sekarang membatalkannya?
"Bisa hyung minta salinan ceritamu ini Tae? Hyung ingin membacanya sebentar." Pinta Seokjin dan disetujui oleh Taehyung. Taehyung segera menyalin filenya dan menyerahkan flashdisk itu pada Seokjin.
"Terimakasih. Jangan lupa makan kuemu. Hyung keluar dulu. Jungkook-ah, perhatikan hyungmu." Ucap Seokjin sebelum keluar dari kamar itu.
"Tanpa kau minta hyung." Ucap Jungkook sebelum memasukkan potongan kuenya ke dalam mulut.
Seokjin segera kembali ke kamarnya dan langsung membuka laptop miliknya. Ia penasaran, apa yang membuat Taehyung membatalkan keinginannya.
Dapat dilihat bahwa Taehyung sudah banyak menulis bagian bukunya. Ada sekitar 150 halaman yang sudah ia selesaikan dan seharusnya itu cukup tapi mengapa?
Seokjin dengan segera membaca setiap bab dari cerita Taehyung hingga membutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk benar-benar menyelesaikannya tanpa jeda. Ia menekan batang hidungnya pelan karena sadar terlalu lama menatap layar laptopnya.
"Aku tak bisa menemukan hal aneh dari ceritanya, tapi kenapa Taehyung membatalkannya?" Seokjin masih tak paham dengan alasan adiknya. Ia mengetuk-ketuk pelan meja kerjanya sembari berpikir tentang alur cerita yang adiknya buat hingga Seokjin menemukan hal janggal dari ingatannya.
Dengan cepat Seokjin kembali mencari beberapa bagian dari cerita adiknya. Butuhsekita r 5 menit untuk dirinya menemukan hal tersebut.
"Ketemu." Ucap Seokjin puas. Ia kembali membaca bagian itu dengan teliti dan berakhir terdiam.
"Taehyung menulis dirinya sendiri?" gumam Seokjin kemudian mencari bagian cerita yang lain.
"CIPA? Jadi Taehyung...tahu semuanya?" Seokjin masih tertegun dengan apa yang ia baca.
"Tabung dalam otak? Apa maksudnya?" Seokjin mulai dibuat bingung dengan tulisan adiknya.
Seokjin berdiri dari duduknya, dia keluar dari kamarnya dan segera menuju kamar Taehyung kembali untuk memanggil Jungkook. Ada yang harus ia bicarakan dengan Jungkook saat ini juga.
"Ada apa hyung? Kau tampak kebingungan." Ucap Jungkook yang merasa aneh akan gelagat hyungnya, ditambah lagi ia harus diseret ke kamar hyung tertuanya itu.
"Bisa kau baca ini Kook. Hyung tak salah baca kan? Maksud hyung, Taehyung menulis dirinya sendiri dengan begitu jelas dan terkesan aneh." Ucap Seokjin disela-sela Jungkook membaca bagian cerita yang hyungnya tunjukkan.
"Tabung itu akan membantuku menjadi normal, pihak laboratorium menyarankan alat itu saat umurku 23 tahun nanti? Apa maksudnya hyung?" ucap Jungkook yang juga tak paham. Seokjin menggeleng tak tahu.
"Haruskah kita bertanya dengan ayah tentang hal ini, hyung? Aku merasa Taehyung seperti menulis masa depannya sendiri disini." Ucap Jungkook yang entah mengapa merasa khawatir sekarang.
"Ayah sedang ada jadwal operasi sampai nanti malam, Kook." Ucap Seokjin memberitahu.
"Begitu ya. Apa kita tanyakan saja dengan Shua hyung?" usul Jungkook.
"Shua hyung?" tanya Seokjin tak tahu. Jungkook baru sadar jika Seokjin hyungnya itu belum sepenuhnya tahu teman-temannya.
"Dia seorang psikiater di rumah sakit kakek. Dia juga yang menerapi Taehyung hyung hingga sekarang." Jelas Jungkook pada hyungnya.
"Apa dia tahu hal semacam ini Kook? Maksud hyung, dia kan seorang psikiater." Tanyanya lagi.
"Shua hyung dekat dengan ayah, hyung. Jadi sedikit banyaknya ia cukup tahu hal semacam ini." Seokjin mengangguk paham.
.
.
Sorenya Seokjin dan Jungkook pergi ke tempat prakterk Joshua yang kebetulan tak memiliki banyak pasien yang harus diterapi. Jangan tanyakan mengapa Taehyung tak ikut karena siang tadi ia dijemput Jeonghan untuk mengajaknya ke toko buku karena Scoups masih berada di rumah sakit untuk pemulihan.
"Hai hyung.." sapa Jungkook pada Joshua yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya.
"Hai Kook.. ah, Seokjin hyung juga ikut ya.. salam kenal hyung. Aku Yoon Joshua." Ucap Joshua sembari mengulum senyumnya manis pada Seokjin yang menerima jabat tangannya.
Mereka bertiga lalu duduk di kursi depan meja kerja Joshua. Joshua mendengarkan semua ucapan Jungkook dan Seokjin secara bergantian. Bahkan Jungkook sampai membawa flashdisk berisikan cerita yang hyungnya buat itu.
Joshua perlahan membaca setiap kata-kata yang sahabatnya tulis itu. Ia tentu tertegun dengan apa yang baru saja ia baca.
'Apa akan ada masalah lain lagi?' batin Joshua setelah menyelesaikan bacanya.
"Kau tahu hal ini Shua-ssi?" tanya Seokjin yang hanya dibalas helaan pelan dari Shua. Seokjin dan Jungkook sama-sama menunggu Joshua membuka mulutnya.
"Aku ragu menjelaskan ini tapi ini sedikit beresiko."
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
UnFeeling (Tamat)
Short StoryAjari aku bagaimana bahagia tanpa perlu merasa khawatir dan takut. Ajari aku bagaimana tersenyum dan menangis seperti layaknya mendapat kebahagiaan dan kesedihan. - Taehyung. . . . . .