6

2.5K 289 4
                                    


Thor balikkk

.

.


.


Happy Reading Good Reader^^

.

.

.


Setelah Taemin menjemput kami, akhirnya kami tiba dikediaman kakek dan nenek Jimin. Rumahnya khas pedesaan dan penuh dengan sayur dan buah-buahan yang tumbuh di sekitar. Sangat menyenangkan.

Kami dirumah itu selama dua hari penuh. Hanya dua hari, tak lebih dari itu. Kakek dan nenek Jimin sangat hangat. Mereka memperlakukan kami dengan sangat baik. Dulu aku pernah pergi bersama Jimin untuk pertamakalinya.

Beliau berdua memberiku banyak sekali makanan dan aku berakhir dengan naik berat badan. Jungkook bahkan sempat menertawakan pipi chubby-ku tapi aku tak terlalu peduli.

Selama disana, kami cukup bersenang-senang. Bahkan Taemin sepupu Jimin juga ikut menemani kami pergi ke pantai dan berbelanja banyak barang dan makanan. Jungkook terlihat puas dan senang dengan liburan hari ini.

Kelurga kami jarang sekali berlibur. Karena kesibukan ayah dan Seokjin hyung yang terkadang membuat Jungkook sesekali mendengus kesal, tapi aku bersyukur dia menikmati perjalanan ini.

Kami bertiga tidur di satu kamar. Memakai kasur lipat agar lebih leluasa dan enak saat hendak di rapikan. Jimin berceloteh banyak hal dari mulai seniornya yang cantik-cantik sampai dia ketiduran di kelas saat mata kuliah dan berakhir dikeluarkan.

Jimin orang yang bebas dan aku tak terlalu terkejut dengan kebiasaaannya yang suka sekali diluar kendali. Tapi disisi lain dia orang baik dan ramah. Dia bahkan bisa langsung akrab dengan orang yang baru dia temui. Terkadang itu membuatku iri.

"Jimin hyung, apa Yoongi hyung memang selalu sedatar itu jika dengan orang-orang?" tanya Jungkook yang tidur disamping Jimin. Jimin tidur ditengah-tengah kami.

"Tidak juga, hanya kadang-kadang jika mood nya sedang buruk. Tapi bukankah ada yang lebih datar dari Yoongi hyung?" Jimin melirik padaku.

"Dia bukan datar, hyung. Taehyung hyung itu batu." Aku hanya memandangi Jungkook.

"Lihatlah matanya hyung. Tatapannya sangat kosong. Aku heran mengapa Taehyung hyung bisa menjadi hyungku. Padahal dikeluarga kami tak ada yang sedatar itu."

"Hush.. jangan bicara seperti itu. Dia hyungmu Kook. Jangan seperti itu." Jimin sesekali melirikku. Aku sendiri tak terlalu mempermasalahkan ucapan Jungkook.

"Taehyung hyung tak peduli aku bicara seperti ini, hyung. Iya kan Taetae hyung?" aku mengangguk pelan.

"Yang paling membuatku kesal itu. Taehyung hyung selalu menuruti apa yang ayah perintahkan. Aku pikir Taehyung bisa saja membela dirinya dan berkata 'tidak' untuk menolak, tapi aku tak pernah sekalipun mendengar kata itu. Padahal dilihat darimanapun kupikir Tae hyung tak suka dengan apa yang Ayah minta."Jungkook berbicara panjang lebar tentangku dan aku hanya mendengarkannya seksama.

"Memangnya apa yang Taehyung suka Kook?" baiklah, kurasa ini sesi menggosipi aku.

"Aku tidak tahu pasti tapi Taetae hyung sering sibuk mengetik rumah untuk waktu yang lama. Dia juga bisa membaca buku dimanapun dan kapanpun. Beberapa bulan lalu aku sempat mendengar Taehyung hyung, Seokjin hyung dan Ayah bertengkar karena masalah jurusan. Taetae hyung ingin masuk ke jurusan sastra namun ditolak ayah dan ayah berakhir marah-marah, pada akhirnya Taetae hyung setuju. Aku memilih pergi dan tak ingin mendengarkan pertengkaran mereka karena aku terlanjur kesal dengan Taehyung hyung yang begitu penurut itu. Bahkan Seokjin juga tak membantu sama sekali." Aku melihat Jungkook yang mulai kesal. Aku heran, apa yang salah dengan tindakanku? Aku hanya mencoba untuk menjadi anak yang baik dan mencoba membuat ayah senang.

UnFeeling (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang