46

1.2K 171 5
                                    

Semoga Good Reader tercerahkan..

.

.

.

Happy reading Good Reader^^

.

.

.

.

.

.

Joshua tersenyum mendengar pujian itu. Teh yang Scoups berikan memang selalu sukses menenangkan siapa saja yang meminumnya. Katakan pada Joshua agar berterimakasih pada sahabatnya itu nanti.

"Itu adalah teh Ginseng, dok Kim. Dari sahabat saya. Pasien saya juga sering meminumnya saat sedang jam konsultasi." Jelas Joshua.

"Ah, saya baru ingat bahwa kita sesama orang korea" Joshua terkekeh pelan mendengar tuturan itu.

"Saya sudah lama sekali tak mengunjungi tanah kelahiran saya semenjak pindah kemari."

"Mengapa anda tak mengambil libur dan berkunjung bersama dengan keluarga anda, dok Kim? Anda terlihat sangat lelah dan butuh istirahat saat ini." ucap Joshua menawari.

"Apa terlihat jelas, dok Yoon?" Joshua mengangguk yakin dengan penglihatannya.

"Mungkin akan saya lakukan tapi tidak waktu dekat ini, dokter Yoon."

"Mengapa tidak, dok? Bukankah lebih cepat lebih baik. Itu baik untuk memulihkan pikiran dan fisik anda." Ucap Joshua memberi saran.

"Kedua putra saya yang pada saat malam natal kemarin datang ke IGD sudah beberapa hari ini tak ada kabar." Joshua terdiam sejenak.

"Maksud anda, mereka berdua pergi dari rumah?" Dokter Kim mengangguk pelan.

"Sebelum malam natal mereka sempat pamit ingin berkunjung ke kediaman kolega mereka, pembisnis Choi tapi setelah diselidiki keberadaan keluarga Choi juga tiba-tiba menghilang. Kami kehilangan jejak mereka dan ponsel kedua putraku tak bisa dihubungi." Jelas dokter Kim. Scoups benar-benar totalitas, gumam Joshua.

"Apa sebelumnya anda memiliki masalah dengan putra anda, dok? Ah, maaf jika saya bertanya hal yang lancang." Ucap Joshua tiba-tiba namun segera dicegah tuan Kim.

"Tak apa. Saya memang sedang ingin bercerita tentang hal ini dengan anda, dok Yoon. Saya butuh seseorang yang bisa mendengarkan saya sejenak. Bolehkah?" Ucap tuan Kim lirih. Joshua tertegun dengan ucapan tuan Kim. Ia merasa kasihan karena kenyataannya tuan Kim tak memiliki siapapun kecuali ketiga putranya tapi justru memiliki konflik dengan mereka.

"Tentu tuan. Telinga saya sepenuhnya milik anda hari ini." ucap Joshua dengan senang hati. Ia bersyukur dalam hatinya karena pada akhirnya ia dapat mengetahui akar masalah dari keluarga sahabatnya itu.

"Salah satu putra saya adalah pasien CIPA, dia juga adalah seorang pengidap Alexthymia." Joshua tertegun mendengar kejujuran dokter Kim yang langsung to the point menceritakan hal tersebut. Ia tak menyangka hal semacam itu dengan mudah diucapkan oleh tuan Kim.

"Anda pasti tahu dua hal itu kan, dokter Yoon?" Joshua mengangguk samar.

"Dia hidup dengan kedua hal tersebut selama bertahun-tahun dan beberapa kali ia harus masuk rumah sakit karena tak sengaja melukai dirinya sendiri." Jelas tuan Kim. Joshua tampak berpikir keras sembari serius mendengarkan tuan Kim bercerita.

"Apa anda sudah memeriksakan putra anda itu, dok Kim." Tuan Kim mengangguk. Ayolah, ayah mana yang sanggup melihat putranya menderita hal semacam itu.

"Tentu dan saya tak bisa menjamin rumah sakit manapun karena saya terlalu cemas." Joshua mengernyit dahinya ketika mendengar hal itu. Bukankah dokter Kim ingin membawa Taehyung ke laboratorium?

"Bukankah rumah sakit ini sudah sangat memadai untuk pasien seperti putra anda, dok Kim?" tanya Joshua mencoba bertanya akan hal itu.

"Ya, anda benar. Rumah sakit ini sangat memadai tapi saya tak bisa melakukannya meskipun saya ingin. Malam natal kemarin saya berbicara tentang hal ini dengan putra saya yang lain dan respon dia sangat buruk padahal saya belum menjelaskan banyak hal dengannya. Dia orang bertempramen sedikit tinggi. Saya menyesal tak menjelaskan terus terang padanya dan berakhir ia membawa pergi hyungnya." Ucap tuan Kim sembari terkekeh pelan. Joshua mencoba mencari jawaban untuk pertanyaannya sendiri.

"Ayah mana yang tak ingin putranya sembuh, dok Yoon? Saya sangat ingin putra saya sembuh tapi kemungkinan penanganannya sangat beresiko meskipun anda tahu saya sudah memiliki jam tinggi sebagai seorang dokter." Joshua terdiam sembari mencoba mencerna semua perkataan tuan Kim.

"Saya berencana membawa putra saya ke laboratorium hanya untuk mengecek seberapa beresiko dan kesanggupan tubuhnya untuk menerima penanganan itu, hanya itu. Tapi sampai sekarang mereka berdua tak bisa dihubungi. Saya merasa kacau sekarang. Saya sudah menjadi ayah yang gagal selama ini." ucap dok Kim kacau.

"Anda pasti sangat tahu seberapa gilanya laboratorim rumah sakit ini, dok Yoon. Itulah mengapa saya begitu mengkhawatirkan keselamatan putra saya. Saya juga sangat menginginkan dirinya sembuh tapi prosedurnya juga sulit dan bisa saja merenggut nyawanya. Saya sudah membahas ini dengan pihak laboratorium dan banyak hal yang harus ditanggung. Saya tak tahu harus bagaimana lagi."

"Itulah mengapa saya tak bisa dengan mudah menceritakan hal ini dengan semua putra saya sendiri. Saya hanya tak ingin membuat mereka kecewa lebih dari yang sudah saya lakukan selama saya hidup dan membesarkan mereka." Terlihat jelas seberapa kacaunya tuan Kim sekarang.

Joshua segera beranjak dari kursinya dan mendekati dokter seniornya itu. Merekuhnya pelan seperti layaknya seorang putra yang sayang dengan ayahnya.

'Kesalahpahaman ini terlalu berjalan jauh tenyata. Aku harus segera menghubungi Scoups setelah ini.' Batin Joshua ketika sudah memahami semua situasi ini. Ia menghela napas pelan sembari sesekali penepuk pelan punggung dokter yang lebih senior itu.

"Semua akan baik-baik saja dokter Kim. Yang terpenting sekarang adalah biarkan putra ada tahu semuanya setelah mereka kembali nanti. Jangan ada hal yang disembunyikan lagi jika anda ingin semuanya menjadi membaik seperti yang anda harapkan." Ucap Joshua.

.

.

.

.

.

.

Sampai jumpa lagi Good Reader^^

UnFeeling (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang