Thor balikkk
.
.
.
Happy Reading Good Reader^^
.
.
.
Sore ini setelah kami selesai makan malam bersama, aku dan Jungkook pergi ke kamar kakek. Beliau sedang duduk di ranjang sembari membaca buku. Aku sangat kenal buku yang beliau baca, karena itu bukuku.
Buku yang kuterbitkan beberapa tahun silam yang berisi tentang perjalanan seorang pengembara yang jatuh cinta dengan negeri seberang hanya karena sebuah anggur. Kata penerbitku, buku itu sukses besar dan mendapatkan banyak penggemar. Tapi aku kurang tau pasti dengan hal itu. Aku menulis karena aku menyukainya.
Kami menunduk pelan sebagai tanda salam kemudian masuk ke kamar kakek. Tempat itu cukup sederhana, bahkan terkesan cukup kosong. Hanya ada ranjang dan rak buku. Seperti kamarku.
"Bagaimana kabar kakek?" tanyaku.
"Hanya butuh istirahat sebentar dan kakek akan membaik kembali. Jungkookie, kemarilah. Kakek rindu sekali denganmu."
Kulihat Jungkook tersenyum tipis pada kakek dan memeluknya sebentar. Kakek dari dulu memang sangat sayang sekali dengan Jungkook, terbukti dari segala hal yang dilakukan kakek padanya.
"Maafkan kakek karena memintamu pindah kemari Kookie-ah. Kakek hanya merasa kasian dengan ayah dan kakakmu yang harus mengurus semua pekerjaan karena kakek sering sakit." Kulihat Jungkook menggeleng.
"Tidak apa kek. Asal kakek kembali sehat, Jungkook tak apa pindah kemari. Lagipula bahasa jepang Kookie cukup baik." Kakek terkekeh mendengar tuturan Jungkook.
Dulu sekali, saat pertama kali kami di Jepang Jungkook sangat buruk dalam berbahasa jepang. Bahkan saking sulitnya, kakek memanggil guru pribadi untuknya. Semua demi Jungkook agar bisa tinggal bersama kakek lebih lama.
"Taehyung, kata Seokjin kau mengambil cuti kuliah?" aku mengangguk singkat.
"Kakek pikir kau tak perlu mengambil cuti, cukup lanjutkan kuliahmu disini sembari membantu perusahaan. Kakek sudah mendaftarkanmu di Institut Tokyo jurusan manajemen bisnis. Sekalian untuk mengasah kemampuan berbisnismu." Aku terdiam dengan penuturan kakek. Aku melirik sekilas Jungkook yang sudah akan protes dengan keputusan dadakan itu.
"Jungkook." Panggilku memintanya diam.
"Baik kek."
"Hyung!"
"Kakek, apa ini tidak terlalu cepat? Maksudku Taetae hyung berada di jurusan Psikologi dan sedang cuti tapi kakek justru mendaftarkannya berkuliah disini. Tidakkah ini sedikit keterlaluan?" kulihat Jungkook menahan rasa kesalnya, terlihat jelas bagaimana ia mengempalkan kedua tangannya kuat. Aku mendengar kakek terkekeh pelan.
"Jungkook-ah, hyungmu ini orang yang pintar. Dia bisa dengan mudah mempelajari hal baru dalam waktu singkat. Kau tak perlu khawatir."
"Tapi kek, ini .."
*Cklek
Seseorang membuka pintu kamar kakek, ternyata pelayan Han dan seorang dokter yang tentu sangat kami kenal. Dokter Kang tersenyum pada kami dan kami membalasnya singkat.
"Sebaiknya kalian kembali ke kamar kalian dan beristirahat."
"Baik kek. Selamat malam." Aku pamit dan membawa Jungkook keluar dari kamar kakek.
.
.
Kami terdiam di sepanjang jalan menuju kamar. Kurasa aku sudah membuat Jungkook marah lagi. Kami sudah bertukar kamar sebelum makan malam tadi.
"Jungkook."
"Apa? Jangan mengajakku bicara jika hyung masih saja begitu. Semua orang sama saja dan Jungkook tak suka. Hyung juga sama. Aku benar-benar kesal sekarang."
"Maaf."
"Jangan meminta maaf. Sudah berapa kali Kookie bilang, jangan meminta maaf." Jungkook benar-benar marah padaku.
"Kembali ke kamar. Hyung harus istirahat buat besok." Aku mengangguk pelan dengan perintahnya. Jungkook masuk ke kamar dan meninggalkanku sendiri. Aku terdiam dan mengetuk pintu kamarnya pelan.
"Jungkook." Pintu itu terbuka kembali dan wajah kesal Jungkook masih ada di sana.
"Ada apa hyung? Mengapa tak masuk ke kamarmu?"
"Kamarmu." Tunjukku pada kamar di belakangku. Kami sudah bertukar kamar dan Jungkook lupa kamarnya.
"A-ah. Maaf. Selamat malam hyung." Ucapnya padaku dan melenggang pergi ke kamarnya.
"Selamat malam Jungkook."
.
.
.
Pagi ini Taehyung dan Jungkook pergi ke perusahaan, karena sudah ada jadwal meeting dengan hyung tertua mereka. Jungkook sendiri tak terlalu tertarik dengan pembicaraan kedua hyungnya dan memilih untuk bermain dengan game di ponselnya.
"Besok beberapa berkas ini harus sudah kau pelajari. Paling tidak, bagian mendasar kau sudah paham Tae. Setelah itu, minggu depan ada proyek di Osaka yang harus di tinjau. Kau dan Jungkook akan kesana."
"Tidak." tolak Jungkook yang duduk di ujung sofa sisi lain dari mereka.
"Jungkook, kau harus bekerja sama dengan hyungmu." Jungkook menatap tajam Seokjin tak suka.
"Aku rela meninggalkan sekolahku di Seoul dan pindah ke Jepang demi kakek. Bukan untuk perusahaan. Lagipula Taehyung hyung sudah hapal jalan-jalan di Osaka. Aku tidak akan ikut." Tolak Jungkook tegas.
Taehyung terdiam mendengar pertengkaran kecil antar hyung dan adiknya. Dia tak tahu harus berbuat apa. Baginya itu tak masalah. Toh yang di katakan Jungkook memang benar. Dia sudah hapal dengan Osaka dan sekitarnya. Jadi dia juga tak perlu ditemani.
"Jungkook. Jangan seperti itu." pinta Seokjin yang mulai lelah bertengkar dengan adiknya itu. Jungkook melirik Taehyung yang sedang sibuk membolak-balik lembaran kertas di tangannya.
"Menyebalkan sekali. Hanya kali ini." Ucapnya yang membuat Seokjin tersenyum puas.
"Baiklah. Taehyung, kau sudah dengan yang diucapkan Jungkook kan?" Taehyung mengangguk samar tanpa sedikitpun mengalihkan fokusnya pada kertas yanng ia pegang.
"Kalau begitu, kalian bisa pulang dan jangan lupakan pesanku Tae." Taehyung mengangguk pelan dan Jungkook terdengar mendecak kesal.
"Ayo pulang hyung." Ajak Jungkook sembari menarik lengan Taehyung.
"Kami pulang, hyung." Pamit Taehyung yang dibalas anggukan oleh Seokjin.
"Jungkook-ah." panggil Taehyung pada sang adik yang masih bergumam tak jelas.
"Apa?" tanyanya kesal. Entah sejak kapan adiknya itu menjadi seorang yang bertempramen tinggi, Taehyung kurang tahu pasti.
"Ramen." Ucapnya. Jungkook melihat jam tangannya.
"Ini masih jam 9 dan kita baru saja sarapan tadi hyung." Taehyung terdiam karena ucapan Jungkook.
"Cake." Ucapnya lagi pada Jungkook.
"Ini terlalu pagi untuk makan yang manis-manis hyung." Entah sejak kapan Jungkook menjadi cerewet juga. Jungkook menghela napas sejenak.
"Ayo ke kafe saja. Kau bisa minum dan membaca kertas-kertas tak berguna itu disana."
"Mnn."
"Berasa menjaga bayi besar. Hahh." Gerutunya.
.
.
..
..
Sampai jumpa lagi Good Reader^^
KAMU SEDANG MEMBACA
UnFeeling (Tamat)
Short StoryAjari aku bagaimana bahagia tanpa perlu merasa khawatir dan takut. Ajari aku bagaimana tersenyum dan menangis seperti layaknya mendapat kebahagiaan dan kesedihan. - Taehyung. . . . . .