Thor balikk lagi..
.
.
.
Happy Reading Good Reader^^
.
.
(Taehyung PoV on)
Beberapa hari yang lalu Jungkook dan Seokjin hyung bertengkar hebat. Aku tahu jika ia bertengkar karena namaku ada di sela-sela argumen mereka. Jungkook yang biasanya nampak ceria dan tersenyum manis, malam itu ia tidak seperti biasanya.
Jungkook hanya menatap kami yang sedang memakan malamnya dalam diam. Aku tidak mengerti mengapa Jungkook seperti itu. Wajahnya yang putih seperti kulit bayi itu merah padam. Ia bahkan berteriak pada Seokjin hyung.
Aku tak tahu mengapa Jungkook seperti itu pada Seokjin hyung. Aku juga tahu mengapa aku menggenggam tangan Jungkook begitu erat. Aku tidak paham dengan situasi malam itu. semua terasa aneh dan aku tidak tahu harus bersikap bagaimana.
Jungkook menarik lenganku pelan dan membawaku ke kamar. Ia menatapku dengan tatapan yang kata Seokjin hyung jika kedua mata menangis dan hidung memerah itu berarti adalah sedih.
Jungkook sedang bersedih sekarang dan aku tak tahu harus bagaimana. Kutarik pelan lengannya dan kupeluk lembut. Tak lupa kuelus punggungnya juga. Dulu setiap kali aku terjatuh dan melukai diriku sendiri tanpa sengaja, ayah sering melakukan hal ini padaku.
Aku jadi ingat disaat Jungkook dan kami masih kecil. Aku terluka dan mengeluarkan darah banyak sekali. Jungkook menatapku sedih dan menangis keras. Dengan mencoba menutup luka yang masih terbuka aku menemui ayah dan memperlihatkan lukaku.
Jungkook menangis semakin kencang dan aku hanya bisa mengelus kepalanya. Aku tidak ingat kenapa aku bisa seperti itu. Ayah sering sekali membawaku ke rumah sakit tanpa sepengetahuan Jungkook dan Seokjin hyung. Terkadang untuk beberapa hari aku akan menginap disana dan bertemu banyak sekali dokter yang tidak aku kenal.
Mereka mengajakku banyak mengobrol ketika lebih dari lima dokter mengelilingiku di ruang yang tak aku ketahui namanya. Tapi yang jelas, mereka memakai masker dan penutup kepala. Di sekelilingku juga banyak sekali alat-alat yang tak aku ketahui namanya.
'Jika jarum ini memberi efek aneh pada dirimu. Langsung katakan pada paman ya Tae?' ucap salah satu dokter di tempat itu. Aku mengangguk mengiyakan sembari menunggu reaksi apa yang akan aku terima. Selama beberapa menit aku menunggu paman dokter itu masih sibuk berbicara dengan paman dokter yang lain.
'Paman, apa sudah?' tanyaku dulu.
'Sebentar lagi.' Jawabnya singkat. Aku mendengar sedikit kegaduhan dari mereka. Aku ingin tahu apa yang sedang mereka lakukan, oleh karenanya aku melirik sejenak. Aku melihat beberapa jarum menusuk tanganku.
'Paman, mengapa tangan Taetae ditusuk?' tanyaku dulu yang hanya dibalas anggukan dari paman dokter.
Hal ini berlangsung beberapa kali dalam seminggu dan membuatku harus menetap di rumah sakit untuk beberapa hari. Jungkook merengek padaku ingin ikut tapi dicegah oleh ayah. Seokjin yang kala itu tinggal terpisah dengan kami karena kuliah tak mengetahui hal ini.
Sampai pada akhirnya setelah Jungkook lulus sekolah menengah ia mengetahui semuanya. Jungkook dan ayah bertengkar hebat saat kami tengah berlibur ke rumah kakek yang sekarang kami tinggali. Ayah bahkan sempat menampar Jungkook dan membuat pipinya memerah. Aku bisa melihat bekas tamparan itu dengan jelas.
'Jungkook' panggilku saat ayah menamparnya.
'Maafkan ayah Kook. Ayah tak bermaksud.' Jungkook berlari meninggalkanku dan ayah di ruang keluarga. Aku mencoba mengejarnya namun dilarang oleh ayah.
'Biarkan Jungkook sendiri Tae. Beristirahatlah. Besok kau harus kembali ke Seoul.' Ucap Ayah dan meninggalkanku sendirian dalam ketidaktahuan.
Beberapa hari yang lalu aku melihat wajah Jungkook yang merah padam seperti saat makan malam kemarin. Malam itu ketika aku dan Seokjin hyung akan menghadiri pesta dan bertemu dengan beberapa kolega bisnis. Selama di dalam pesta aku banyak memikirkan wajah Jungkook sebelum kami benar-benar pergi ke pesta.
'Apa aku membuatnya marah lagi?' pikirku.
Malam itu aku bertemu dengan teman baru. Namanya Choi Seungcheol yang ternyata sama-sama orang korea. Ia banyak bicara dan menceritakan banyak hal padaku. Ia bahkan memberitahuku jika Jungkook sering sekali mampir ke mansion keluarganya untuk bermain dengan sang adik.
Aku pernah mendengar nama adiknya yang bernama Choi Mingyu itu dari cerita Jungkook. Choi Seungcheol ini memintaku memanggilnya Scoup agar terlihat akrab karena kami ternyata adalah line 95.
Scoup bercerita banyak hal tentang Jungkook yang begitu menyenangkan ketika ia dan adiknya bermain bersama. Bahkan katanya Jungkook memiliki selera makan yang besar seperti adiknya. Aku mendengar semua cerita itu dengan seksama. Aku bersyukur mendengar bahwa Jungkook memiliki teman dekat yang sangat baik, bahkan keluarganya pun juga.
Setelah pertengkaran Jungkook dan Seokjin hyung beberapa hari yang lalu, Jungkook mengajakku untuk menginap di mansion Mingyu sahabatnya selama 3 hari. Aku tak tahu harus menjawab apa karena minggu itu Jimin akan mampir ke mansion kakek.
Jungkook terlihat semangat sembari memasukkan beberapa keperluanku selama menginap disana. Aku terus-terusan melihat ponselku, menunggu balasan pesan dari Jimin namun sampai sekarang belum ada.
'Ada apa hyung?' tanyanya padaku.
'Jimin akan kemari hari ini.' ucapku sembari memperlihatkan pesanku dengan Jimin. Jungkook membacanya seksama.
'Oh, sekalian kita ajak Jimin hyung biar tambah ramai, hyung.' Jungkook benar-benar terlihat senang.
Jimin tanpa mengabariku sudah berada di depan pintu kamarku. Ia tampak senang bertemu denganku dan Jungkook. Aku memeluknya pelan dan setelahnya Jimin tampak bertengkar kecil dengan Jungkook.
'Aku pinjam bajumu Jim.' Katanya dan kubalas anggukan singkat.
Tak lama kemudian Jungkook berkata jika Mingyu sudah menunggu mereka di depan mansion. Jungkook pergi duluan sembari menenteng tas kami dan aku menunggu Jimin sejenak. Aku menatap heran dengan bajuku yang Jimin bawa. Jimin buka tepi orang yang simpel tapi ia hanya meminjam bajuku sepasang.
'Bajumu kebesaran Tae. Aku kan membelinya nanti setelah sampai.' Katanya padaku dan aku mengangguk singkat padanya.
Aku melihat Mingyu sahabat Jungkook itu. Dia cukup tinggi, Jika Jimin disampingnya mungkin akan terlihat sangat pendek. Dia juga tampan, sama seperti hyungnya Scoup.
Diperjalanan Mingyu memperkenalkan diri dan ternyata ia cukup banyak tentangku karena Jungkook yang menceritakannya. Dia banyak bicara seperti Jimin. Mungkin itulah kenapa Jimin merasa cocok dengan diri Mingyu.
Sesampai di mansion keluarganya, aku sekamar dengan Jimin dan bertemu dengan Scoup dan sahabat-sahabatnya. Mereka terlihat orang-orang yang menyenangkan. Aku bisa mengatakan itu karena senyum dan tawa mereka begitu nyaman dilihat dan didengar.
Mereka ternyata adalah orang-orang korea juga. Sama seperti aku dan Jungkook. Bedanya hanya kedua sahabat Scoup yang bernama Yoon Jeonghan dan Yoon Junhui, orangtua mereka adalah orang Korea dan orang China.
Mereka semua menyenangkan. Jungkook dan Jimin begitu senang berada disekitar mereka. Aku memperhatikan mereka dalam diam. Sampai Wonwoo, adik Scoup menghampiriku bersama Jun.
'Kau sangat tampan hyung. Aku terkejut ketika melihatmu.' Ucap Jun padaku. Dia memuji ketampananku.
'Itu sebabnya Mingyu begitu mengidolakanmu hyung.' ujar Wonu padaku. Aku mengucapkan terimakasih pada mereka berdua. Sampai Scoup menghampiri kami untuk mengajakku mengobrol.
'Jangan lupa datang ke pembukaan cabang di Osaka besok Tae.' Ingatnya. Aku mengingat undangan itu saat menandatangai dokumen beberapa hari yang lalu.
'Mnn.'
(Taehyung PoV off)
KAMU SEDANG MEMBACA
UnFeeling (Tamat)
Short StoryAjari aku bagaimana bahagia tanpa perlu merasa khawatir dan takut. Ajari aku bagaimana tersenyum dan menangis seperti layaknya mendapat kebahagiaan dan kesedihan. - Taehyung. . . . . .