Thor balik lagii
.
.
.
Kurasa Thor lagi suka cerita ini deh, makanya up mulu...
.
.
.
Happy Reading Good Reader^^
.
.
.
Jungkok bersyukur karena hari ini adalah hari libur setelah sekolah mengadakan ujian akhir semester. Jadi ia bisa sedikit lebih lama di rumah Mingyu untuk memulihkan keadaannya sembari melihat Wonu hyungnya Mingyu turmanen. Jungkook berkali-kali terpana dengan skill hyung kedua sahabatnya itu.
Mungkin jika ia bertanding dengan Wonu baru 5 menit mulai sudah kalah duluan. Mingyu sendiri sedang sibuk di dapur membuat kue dan cemilan untuk mereka semua. Katanya beberapa sahabat hyungnya akan mampir untuk bermain game.
Jungkook jadi penasaran seperti apa mereka. Kata Mingyu sih tingkahnya lebih parah dari kedua hyungnya. Sungguh, membayangkannya saja Jungkook jadi ragu.
"Jungkook-ah" panggil Mingyu dari dapur. Jungkook segera turun dan menghampiri Mingyu yang sedang menata adonan ke loyang.
"Bisa kau bantu menaburkan biji wijen dan chocochip ini di atas kookies?" Jungkook mengangguk antusias melihat adonan kue Mingyu yang menurutnya sangat bagus dan keliatan enak.
"Kau membuat sebanyak ini Gyu?" tanya Jungkook ketika melihat lima loyang berjejer rapi di depannya. Mingyu hanya berdehem sekenanya dan melanjutkan pekerjaannya membuat krim kocok.
"Teman-teman hyungku itu rakus. Jadi aku harus buat banyak agar semuanya kebagian." Jelas Mingyu
"Berapa banyak teman hyungmu itu Gyu?"
"Kata Wonu hyung, hanya Jeonghan hyung dan Jun hyung yang akan mampir." Jungkook mengernyitkan dahinya.
"Hanya dua orang dan kau membuat sebanyak ini?"
"Sekalian untuk minggu depan Kook. Lima teman hyungku akan menginap besok." Jungkook ber-oh ria.
"Pasti seru ya, setiap hari selalu ramai seperti ini. Mansion kakek selalu terlihat sibuk dan sepi setiap kali aku pulang dari sekolah. Bahkan Taehyung hyung akan tetap di kamarnya jika tidak ada hal penting yang harus ia lakukan." Ucapnya pelan. Migyu dapat merasakan rasa sedih dibalik kata-kata itu.
"Apa kau masih bertengkar dengan Seokjin hyungmu?" tanya Mingyu
"Aku kecewa dengannya. Aku pikir Seokjin hyung adalah hyung yang pantas kupegang setiap ucapannya, tapi ia bahkan hanya bisa menuruti semua yang ayah dan kakek perintahkan." Jelas Jungkook.
"Apa kau dan hyungmu pernah membicarakan ini sebelumnya? Maksudku tentang permasalahan yang dulu-dulu." tanya Mingyu mencoba membantu sahabatnya itu. Jungkook terdiam, ia dan Seokjin memang tidak membicarakannya setelah pertengkaran hebat yang lalu.
"Kau tahu Gyu, aku sangat menyayangi Taehyung hyung. Aku ingin ia tahu bahwa aku sangat menyayanginya. Aku memperhatikan semua hal demi dirinya. Bahkan kepindahan kemari aku melakukannya. Aku terkadang bingung dengan isi kepalanya Gyu, tapi yang paling membuatku kecewa adalah aku tak paham dengan jalan pikiran keluargaku." Ucap Jungkook panjang lebar, Mingyu menepuk bahu Jungkook pelan.
"Semua akan baik-baik saja Kook. Mingyu ini ajak Tae hyungmu kemari. Kita bermain bersama agar hyungmu membaik. Aku pikir ia hanya perlu teman-teman seumurannya. Kedua hyungku punya banyak sahabat, dari yang pendiam hingga kayak kutu kepanasan. Jadi jangan khawatir kalau-kalau hyungmu akan canggung." Jungkook terkekeh mendengar penjelasan Mingyu yang terkesan ngaco itu.
"Tinggal memanggang ini dan selesai. Apa hyungku masih bermain?" tanya Mingyu sembari meletakkan loyang kedalam oven.
"Masih, aku penasaran kalau hyungmu menang setiap kali ada turnamen apa hadiah uangnya besar Gyu?" tanya Jungkook yang entah mengapa mulai tertarik dengan game karena sahabat hyungnya.
"Tidak banyak, jika masih di kawasan Jepang hanya sekitar 50 ribu Yen (sekitar 6 juta rupiah) sekali turnamen. Kalau itu turnamen internasional biasanya dapat seribu dollar setiap main." Jungkook melongo mendengar nominal uangnya.
"Dan turnamen itu diadakan setiap?"
"Seminggu empat kali, jika sedang ramai bisa sekitar 8 kali. Tapi hadiah uangnya tergantung level apa yang dimainkan. Wonu hyung orangnya pemilih jika sedang main game, jadi hanya beberapa yang ia ikuti."
"Wow, itu benar-benar luar biasa Gyu. Hyungmu bisa mendapatkan uang hanya dengan turnamen itu. Hanya dengan duduk di depan komputer dan bermain game. Aku juga mau." Ucap Jungkook dengan sangat antusias. Mingyu yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala.
"Wonu hyung sering lupa waktu Kook. Urusan restoran jadi aku yang harus mengurusnya." Ucap Mingyu kesal karena pada akhirnya jika yang harus mengurus restoran keluarganya.
"Setidaknya dengan itu kau punya simpanan untuk hari tuamu Gyu."
"Lalu bagaimana denganmu Kook? Mengapa kau tak ikut mengurus perusahaan kakekmu?" tanya Mingyu yang jadi penasaran isi dompet sahabatnya.
"Perusahaan di Osaka sudah dipasrahkan padaku dan Tae hyung, tapi Tae hyung memintaku untuk fokus pada sekolah dulu. Jadi ya, disinilah aku sekarang." Ucap Jungkook meledek sahabatnya itu. Mingyu berdecak kesal karena Wonu hyungnya tidak seperti hyungnya Jungkook. Tapi sekali lagi ingatkan pada Mingyu untuk bersyukur karena setidaknya Wonu hyungnya akan membelikannya mobil baru. Meskipun ia sendiri punya uang untuk membelinya, tapi siapa sih yang tidak suka barang gratisan. Mingyu sangat suka itu.
"Sore ini aku harus pulang." Mingyu mengangguk pelan.
"Aku akan memberikanmu beberapa kookies ini jika sudah matang. Untuk oleh-oleh Tae hyungmu. Jangan terlalu keras padanya Kook. Kau harus bersabar dengan hyung tembokmu itu. Kau tak mau kan penuaan dini." Jungkook mendengus kesal dengan ucapan Mingyu yang suka sekali ngasal padanya.
.
.
.
Di Osaka, Taehyung dengan tenang membaca dan menandatangi setiap dokumen yang sudah menumpuk di mejanya. Dengan sesekali menyesap kopi panas, ia pelan-pelan membaca dokumen itu. Taehyung terdiam ketika ada nama Choi Seungcheol disana.
"Restoran dan kafe?" gumamnya lirih. Tertera dalam dokumen itu Choi Seungcheol akan membuka cabang restoran dan kafenya di Osaka bulan ini. Taehyung mendapaty undangan darinya. Taehyung kemudian melipat kertas itu dan dimasukkannya ke dalam tas.
Taehyung menatap tumpukan dokumen itu dalam diam, masih banyak yang harus ia tanda tangani tapi hari sudah mulai siang. Waktunya ia makan siang dan bekerja lagi. Taehyung menepikan dokumen itu perlahan dan pindah ke meja makan diruang kerjanya untuk makan siang.
Taehyung tak memiliki rekan yang akrab di perusahaannya. Meskipun sekretarisnya tampak baik padanya, ia entah mengapa tak bisa akrab dengan mereka. Tapi Taehyung merasa itu hal yang wajar. Jadi ia tak terlalu memikirkan hal itu.
*tring tring
Ponselnya berbunyi sebelum Taehyung memasukkan makanannya ke dalam mulut. Ia segera meraih ponselnya dan nama Jimin tertera disana.
"Halo?"
'Kim Taehyungggg... Taehyung-ah.. bagaimana kabarmu? Ah, aku merindukanmu? Apa kau baik-baik saja? Bagaimana suasana disana? Apa membuatmu nyaman?' Taehyung terdiam mendengar rentetan pertanyaan sepupunya.
"Semua baik Jim." Jawabnya singkat.
"Minggu depan aku akan terbang ke Jepang. Ada undangan pernikahan dari teman Yoongi hyung. Aku akan mampir ke mansion kakek." Taehyung terdiam. Ia baru sadar jika sudah jarang sekali bertukar kabar dengan sepupunya itu.
"Mnn. Hati-hati."
.
.
.
..
.
KAMU SEDANG MEMBACA
UnFeeling (Tamat)
Short StoryAjari aku bagaimana bahagia tanpa perlu merasa khawatir dan takut. Ajari aku bagaimana tersenyum dan menangis seperti layaknya mendapat kebahagiaan dan kesedihan. - Taehyung. . . . . .