Thor balik lagi...
.
.
Beberapa hari ini Thor gak bisa up karena ide dan imajinasi Thor sedang semrawut jadi bingung mau nglanjutin cerita.
.
.
.
Happy Reading Good Reader^^
.
.
.
Malamnya setelah Seokjin hyung berkata aku dan Jungkook harus pindah, aku mulai mengemasi beberapa baju dan barang-barang yang aku butuhkan di negara tetangga. Hari sudah mulai gelap dan aku tak melihat tanda-tanda Jungkook keluar dari kamarnya. Itu membuatku tak nyaman.
Setelah menyelesaikan acara mengemas, aku mencoba pergi ke kamar Jungkook tapi kamar itu terkunci. Hari sudah malam dan Jungkook belum sempat makan malam juga. Aku tak ingin melihatnya sakit.
"Jungkook-ah, ini Taehyung hyung." Panggilku sembari mengetuk pintu kamarnya.
*Cklek
Jungkook membukakan pintunya untukku. Aku menatap dirinya yang masih berbalut pakaian tadi pagi dan rambutnya sangat acak-acakan. Aku mencoba merapikan rambutnya pelan dan ia menatapku diam.
"Hyung, aku tak ingin pindah." Ucapnya lirih. Aku menatapnya diam.
"Boleh hyung masuk?" Jungkook mengangguk pelan dan memberiku ruang untuk masuk ke kamarnya. Kulihat kamarnya cukup berantakan, selimutnya berserakan di lantai dan beberapa buku terbuka di atas meja.
Aku memungut selimutnya dan duduk di ranjang milik adikku itu. Menepuk pelan ranjang itu sebagai tanda meminta Jungkook duduk di sampingku.
"Kita hanya akan pindah sebentar sampai kau lulus, Kook."
"Lalu bagaimana denganmu hyung? Kau harus mengambil cuti kuliahmu. Padahal ayah sendiri yang memintamu untuk berkuliah. Seokjin hyung juga tak membelamu dan justru menuruti keinginan ayah. Kau bukan robot ataupun boneka hyung. Kau itu manusia." Aku mendengarkan ucapan Jungkook dengan seksama.
"Hyung sudah dewasa dan berhak memilih jalan yang kau sukai. Hyung juga berhak hidup dengan baik dan bahagia. Bukan hanya menuruti semua yang ayah minta."
"Hyung hanya ingin menjadi anak yang baik."
"Lala apa jika nanti ayah meminta hyung untuk menenggelamkan diri di laut hyung juga akan melakukannya? Jangan becanda hyung."
Jungkook terlihat sangat marah padaku. Apa yang aku salah? Aku hanya ingin menjadi anak yang baik di mata ayah dan menebus semua hal yang telah ayah kasih padaku.
"Maaf."
"Jangan meminta maaf padaku. Hyung tidak bersalah. Seharusnya aku yang meminta maaf, Jungkook tak bisa membela dan melindungi hyung." Aku tertegun mendengar ucapannya.
Kami terdiam dan sibuk dengan pikiran kami sendiri.
"Terimakasih."
"Untuk apa hyung?"
"Sudah mengkhawatirkan hyung." Aku kemudian berdiri dan berniat untuk keluar dari kamarnya.
"Berkemaslah." Kulihat Jungkook kembali kesal.
"Hyung! Aku tidak ingin pindah." Dia sangat keras kepala seperti ayah.
"Kau harus ikut agar bisa melindungi hyungmu ini." Aku pun segera pergi dari kamar Jungkook dan mendapati Seokjin hyung sedang berdiri tepat di kamar Jungkook. Aku terheran menatapnya. Seokjin hyung tersenyum tipis padaku dan membuatku kembali terheran.
"Terimakasih Tae. Kau kakak yang baik."
.
.
Kami benar-benar pindah ke Jepang hari berikutnya. Barang-barang kami sudah sampai lebih dulu di rumah kakek yang bergaya khas rumah Jepang jaman dulu. Aku dan Jungkook mengikuti salah satu maid dirumah itu. Semuanya masih sama, rumah yang cukup luas itu tak banyak berubah. Masih selalu rapi dan begitu tenang.
"Tuan besar sedang dirawat intensif di kamarnya dan tuan Kim sedang pergi ke rumah sakit unutk bekerja, tuan."
"Ck." Aku mendengar decakan pelan dari bibir Jungkook.
"Terimakasih banyak." Ucapku pada maid itu. Kami dituntun ke dalam kamar milik kami. Kamar milik Jungkook berseberangan dengan kamarku.
"Dua jam lagi waktunya makan siang. Saya akan mengabari tuan muda dengan segera. Silahkan beristirahat." Maid itu undur diri dan menyisakan kami berdua yang saling menatap dalam diam.
"Aku ingin tidur." Ucap Jungkook padaku dan lebih dulu masuk ke kamarnya. Aku mengangguk pelan padanya.
Aku pun ikut masuk kedalam kamarku yang menurutku cukup berlebihan itu. Ada cukup barang yang menurutku tak benar-benar aku butuhkan seperti sebuah tv dan kulkas kecil yang kurasa untuk diisi minuman. Kamar ini terlihat lebih cocok untuk Jungkook, pikirku.
Aku lebih membutuhkan rak buku untuk semua buku-buku yang sudah kubawa dari rumah lama dan sebuah meja kerja lengkap dengan kursi untukku menulis diwaktu luangku. Selama dua jam aku lebih banyak menghabiskan diri dengan membaca sembari menunggu waktu makan siang.
Makan siang kami hanya bertiga bersama Seokjin hyung dan Jungkook. Kami tak banyak bersuara di ruang makan itu. Aku sesekali melirik Jungkook yang masih bermuka kesal itu. Tanpa sadar acara makan kami selesai dan Seokjin hyung masih setia menatapku dalam diam.
"Permisi, pelayan Han." Panggilku pada kepala pelayan di rumah ini. Pria paruh baya itu kemudian berdiri disampingku.
"Iya tuan muda? Anda butuh sesuatu?" aku mengangguk pelan.
"Aku perlu meja kerja dan rak buku."
"Kamarmu tak ada meja kerjanya Tae?" aku menggeleng singkat menjawab pertanyaan Seokjin hyung.
"Ada tv dan kulkas mini."
"Bertukar kamar denganku saja hyung. Di kamarku ada meja kerja dan rak buku berukuran sedang." Aku mengangguk setuju dengan ucapan Jungkook.
"Maaf pelayan Han." Aku menunduk pelan dan pelayan Han terlihat tersenyum hangat padaku.
"Kurasa kamar kalian tertukar Tae." Seokjin hyung terkekeh padaku.
"Hari ini ayah akan pulang lebih awal dan makan malam bersama. Apa kalian ingin menjenguk kakek?"
"Nanti saja. Aku ingin tidur." Jungkook beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan kami berdua.
"Maafkan Jungkook, hyung." Ucapku karena merasa tak enak dengan Seokjin hyung.
"Tidak apa, sebaiknya kau juga pergilah beristirahat. Hyung akan kembali ke kantor untuk rapat berikutnya." Aku mengangguk pelan dan beranjak dari kursi untuk kembali ke kamar.
.
.
.
.
.
.
.
Maafkan Thor kalau chapter ini kurang bangetttt
KAMU SEDANG MEMBACA
UnFeeling (Tamat)
Short StoryAjari aku bagaimana bahagia tanpa perlu merasa khawatir dan takut. Ajari aku bagaimana tersenyum dan menangis seperti layaknya mendapat kebahagiaan dan kesedihan. - Taehyung. . . . . .