57

1.1K 165 2
                                    

Happy Reading Good Reader^^

.

.

.

.


"Kita harus membicarakan hal ini dengan ayah, hyung. Aku tak ingin suatu hal terjadi pada Taehyung hyung lagi." Ucap Jungkook pada Seokjin yang masih fokus menyetir.

Hari ini mereka sukses dibuat cemas karena tulisan Taehyung. Seokjin memilih kembali ke mansion karena udara masih cukup dingin bulan ini. Seokjin berencana untuk memasakkan makan malam karena memang sudah lama ia tak masak untuk kedua adiknya.

"Kenapa tadi kita tak sekalian menjenguk Scoups hyung, hyung?" ucap Jungkook baru teringat sesuatu.

"Kau benar Kook, tapi sayangnya kita sudah hampir sampai di rumah." Jungkook terkekeh dengan sikap konyolnya sendiri.

"Mungkin besok kita bisa menjenguknya lagi. Beberapa minggu lagi sudah masuk ajaran baru, aku dan Mingyu akan kelas tiga besok." Ujar Jungkook dengan antusias. Seokjin tertegun karena ia merasa kurang memperhatikan adiknya yang ternyata sudah mulai beranjak dewasa.

"Maaf karena tak memperhatikan dirimu selama ini, Jungkookie. Hyung bahkan baru menyadari kalau kau sudah masuk diusia legal." Ucap Seokjin tiba-tiba.

"Tak apa hyung. Lagi pula aku juga sudah mabuk beberapa bulan lalu dan berakhir tidur di rumah Mingyu." Celetuk Jungkook dengan santai.

Jungkook seketika teringat hal itu, itu pertama kalinya Jungkook melihat kedua hyung sahabatnya yang begitu hangat dan perhatian padanya melebihi Seokjin. Saat itu pula adalah awal dari kesalahpahaman ini.

"Aku cukup menikmati mabukku hyung. Lagipula itu saat aku begitu kecewa denganmu karena kau tak bisa membela Taehyung hyung yang diminta ayah untuk ikut dalam pertemuan malam itu. Tapi disamping itu aku bersyukur, karena jika Taehyung hyung tak ikut bersamamu ke pesta. Ia tak akan bertemu dengan sahabatnya, yaitu Scoups hyung." Jungkook mengambil napasnya pelan.

"Aku pikir ini takdir yang harus kita jalani, dan mungkin tentang buku yang Taehyung hyung tulis juga harus seperti itu..." Seokjin menggeleng tak setuju dengan kalimat terakhir Jungkook.

"Kita bisa mengantisipasinya Kook. Jangan bicara seolah kita tak bisa mencegahnya. Ini belum terlambat. Kita bisa membicarakan hal ini dengan ayah." Ucap Seokjin menyakinkan sang adik. Jungkook menatap manik hyungnya yang akhirnya penuh akan ketulusan dan kasih sayang itu.

"Hmm.." balasnya singkat setelah menatap lama wajah tampan hyungnya.

Mobil mereka melaju dengan kecepatan sedang di jalanan kota sore ini. Tak perlu menunggu lama, mereka sudah sampai di mansion dan Seokjin segera menuju ke dapur untuk memasakkan adiknya makan malam.

Tuan Kim akan kembali ke rumah sekitar pukul delapan dan kakek Kim memang sedang tidak ada dirumah selama beberapa hari karena sebuah urusan. Jadi bisa kemungkinan mereka akan makan bertiga atau bisa juga berdua saja.

Jungkook cukup tahu Taehyung hyungnya, ia akan pulang sedikit larut karena harus menemani sahabatnya di rumah sakit sebelum Wonu atau Mingyu sampai disana. Ya, setidaknya hari ini dia bersama Jeonghan dan tidak sendirian.

Jungkook segera kembali ke kamarnya dan melepas semua pakaian yang sudah ia pakai saat diluar tadi. Ia menggantinya dengan piyama hitam yang terlihat tebal dan hangat di tubuhnya.

Sesekali mengecek pesan di ponselnya barangkali Mingyu atau hyungnya mengirimkan pesan. Ia terheran melihat pesan dari Mingyu yang terkesan di spam padanya.

"Kenapa kebiasaannya tak hilang-hilang sih?" gerutu Jungkook pada sahabatnya.

"Yak! Choi Mingyu! Kenapa kau mengirimiku foto selfiemu! Aishh,, ini anak!" teriak Jungkook kesal karena Mingyu mengiriminya foto dirinya sendiri yang sedang makan asik dengan beberapa temannya sebanyak 25 buah.

"Seketika aku menyesal membukanya, sialan." Ucap Jungkook sembari melempar ponselnya diatas kasur yang untungnya sangat empuk itu.

Jungkook berjalan kearah pintu kamarnya dan keluar tanpa menatap balik ponselnya yang sudah ia abaikan. Tak lupa dengusan kecil keluar dari hidungnya saking kesalnya dengan Mingyu. Ia jadi terbayang-bayang wajah Mingyu yang tampak menyebalkan karena berkumpul dengan teman-teman sekelasnya hari ini.

Seokjin mendengar derap langkah kaki yang terkesan dihentakkan sengaja sehingga menimbulkan suara yang cukup keras. Ia menghentikan acara memotong sayur dan mengecek siapa gerangan yang sudah melakukan hal berisik itu.

"Jungkook? Kau membuat lantainya berbunyi keras Kook. Ada apa?" tanya Seokjin karena lantai kayunya terdengar nyaring di telinga ditambah melihat wajah masam sang adik.

"Ada apa?" tanyanya lagi.

"Kau masak apa hyung? Kookie bantu." Ucap Jungkook kesal sembari merebut pisau yang ternyata masih Seokjin pegang. Seokjin yang melihat hal itu hanya bisa menggaruk tengkuknya gatal.

"Hati-hati atau jarimu yang akan terpotong dan tak sengaja termasak olahku, Kookie."

"Aishh.. jangan bilang gitu hyung." Seokjin terkekeh karena berhasil membuyarkan kekesalan adiknya.

"Ada apa hm? Jangan menekuk muka atau kau tidak akan tampan lagi." Goda Seokjin lagi.

"Iya, aku jelek. Masih tampanan Mingyu." Seokjin mengernyitkan dahinya ketika mendengar nama Mingyu yang tiba-tiba masuk kedalam obrolan.

"Bertengkar dengan Mingyu lagi? Kenapa kelinci dan anak anjing harus betengkar? Bukannya mereka biasanya bermain." Ucap Seokjin sembari mencampurkan semua bumbu ke dalam mangkuk kecil.

*Tak!

Suara pisau di pukulkan ke talenan terdengar nyaring di dapur itu. Seokjin sampai terkaget karena ulah sang adik.

"Dia mengirimiku foto unfaedah dan membuatku kesal, hyung." Adu Jungkook pada Seokjin. Seokjin masih terdiam mencoba mendengarkan ucapan sang adik.

"Hari ini dia keluar bertemu dengan teman-teman sekelas dan aku tidak diajak. Dia bahkan mengirimiku 25 foto selfienya. Aishhh.. anak itu. Aku benar-benar ingin memukul sekarang juga." Seokjin terkekeh mendengar ucapan sang adik yang seperti anak kecil pengadu karena melihat temannya pamer mainan baru.

"Bukankah seingatku kau sendiri yang menolak ajakan Mingyu karena ingin menemui Shua?" ucap Seokjin mencoba membatu sang adik mengingat hal itu tadi siang.

"I-itu salah dia karena tidak menjelaskan ingin kemana dan dengan siapa hyung. Jadi aku kan memilih menemui Shua hyung saja." Ucap Jungkook yang mulai mengerucutkan bibirnya karena tak memiliki pembelaan lain.

Hal itu terlihat lucu dan menggemaskan di mata Seokjin. Entah sudah berapa lama ia tak melihat Jungkook yang seperti anak kecil itu. Sudah sangat lama sekali ia tak melihat tingkah menggemaskan adik kecilnya itu. Seokjin benar-benar bersyukur dengan keadaan sekarang.

"Dasar kau ini. Kau bisa bertemu dengan teman-temanmu lain kali Kook. Sekarang ayo selesaikan masakan ini dan segera makan malam." Jungkook mengangguk.

"Kita tidak menunggu Taehyung hyung pulang? Aku belum mengabarinya kalau kita akan makan malam bersama hari ini hyung." Ucap Jungkook yang akhirnya menyelesaikan acara memotong sayur.

"Kurasa dia sudah makan diluar Kook. Lagipula dia bersama Jeonghan kan? Ya, nanti kia bisa sisakan sebagian makan malam untuknya." Kata Seokjin.

"Baiklah.."

.

.

.

.

.

.

Maaf cuman pendek, soalnya mata Thor tiba-tiba merem melek saking ngantuknya..hehehe

.

sampai jumpaa lagi Good Reader^^

UnFeeling (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang