Special Chapter

1.3K 141 1
                                    

Story ini menutup 'Special Chapter' di tahun ini.

.

.

Happy Reading, Good Reader^^

.

.

.

(Special Chapter)

Taehyung mengalami peningkatan. Meskipun terkesan lambat tapi itu sangat baik bagi orang-orang terdekatnya. Dengan terapi yang sering ia lakukan bersama dengan Joshua membuatnya memiliki perasaan baru dalam hatinya.

Semua berjalan sangat lancar. Ia seminggu sekali menemui sahabatnya, Joshua. Untuk kali ini ia tak perlu seorang pun menemaninya atau mengantarnya. Karena sekarang ia bisa melakukannya sendiri dengan mobilnya. Biasanya memang akan Jungkook atau salah satu sahabatnya yang memiliki waktu luang, tapi kali ini ia lebih memilih pergi sendiri.

Joshua yang sebagai dokternya tentu sangat senang melihat perkembangan Taehyung. Taehyung mulai sedikit aktif dengan merespon banyak obrolannya dan juga ia bisa tersenyum layaknya orang-orang pada umumnya. Ia bahkan juga terkekeh, hal ini membuat semua orang terkejut dulu.

Iya, Taehyung terkekeh karena tingkah Jungkook dan Mingyu yang mengajaknya becanda. Kala itu memang mereka sedang berkumpul di kafe Scoups. Hanya sekedar berkumpul biasa di akhir pekan dan mereka semua hadir kecuali Jun yang sedang mengambil pendidikan lanjutnya di China.

Semua orang disana tercengang melihat Taehyung tersenyum dan terkekeh pelan. Bahkan Jeonghan yang akan menyuapkan kuenya membeku sejenak. Semua orang saling pandang dan tertawa senang sambil merangkul Taehyung dengan sayang.

"Tae hyung tertawa. Wahhh... Tae hyung..." teriak Jungkook kegirangan.

"Kau.. kekehanmu sangat lucu Tae. Wow...waahhh..." ucap Jeonghan.

"Tidak bisa dipercaya. Es batunya cair!..." Ucapan Mingyu membuat bingung. Wonwoo, Scoups dan Joshua hanya menggeleng pasrah dengan tingkah saudaranya itu. Meja mereka begitu ramai hingga membuat heran para pengunjung lain.

"Maafkan kami karena sudah membuat keributan." Ucap Scoups yang menunduk beberapa kali pada pengunjungnya untuk meminta maaf. Pengunjungnya malah ikut tersenyum, ada juga yang sampai terkekeh karena tingkah para pemuda tampan itu.

"Kecilkan suara kalian. Berhenti berteriak Mingyu-ah" pinta Wonwoo dan Mingyu segera merapatkan mulutnya.

Momen itu benar-benar sangat berharga bagi mereka. Seandainya ada Jun mungkin dia akan langsung merekam momen itu.

"Shua-ya.." panggil Taehyung saat sahabatnya itu sedang sibuk mengecek perkembangan emosi Taehyung. Joshua mendehem pelan dan kemudian menatap sahabatnya.

"Ada apa Tae?"

"Apa hasilnya sudah baik?" Joshua terheran namun akhirnya tersenyum.

"Kau sudah banyak mengalami perkembangan Tae. Ini sangat bagus. Kau merespon semuanya dengan normal, itu berarti kau sudah membaik. Hanya butuh pembiasaan lagi." Taehyung mengangguk paham.

"Syukurlah. Itu membuatku lega."

"Ya, aku juga turut senang karenamu Tae. Jadi sekarang apa yang kau rasakan?" tanya Joshua.

"Seperti lebih hidup...hatiku seperti mendapat gelitikan di sana. Rasanya sangat geli." Joshua terkekeh dengan ucapan Taehyung.

"Kau benar Tae. Itu rasa senang. Karena kau tadi bilang kalau sudah merasa lega dan sekarang kau perasaanmu sedang senang. Itu sangat bagus."

Taehyung mulai belajar memahami perasaan pada dirinya yang masih terasa asing untuk dijelaskan seperti orang awan lainnya, tapi berkat penjelasan Joshua ia mulai bisa mengingat perasaan semacam itu ketika keluar.

Semua orang masih terus mengawasi perkembangan Taehyung. Setidaknya mereka selalu mengingatkan Taehyung untuk berhati-hati ketika melakukan kesehariannya.

Ya, itu jalan satu-satu untuk menghindarkannya dari marabahaya karena ia masihlah seorang pasien CIPA. Pernah sih ia tak sengaja melukai jarinya saat memotong apel tapi ia dengan cepat mengobatinya seperti yang ayahnya bilang.

Ia sudah mulai terbiasa dengan aktifitas dan perasaan baru dalam dirinya dan ia bersyukur akan hal itu.

"Tae hyung? Sedang apa?" tanya Jungkook saat melihat hyungnya sedang sibuk di meja kerjanya. Nampak sedang mengetik sesuatu.

"Menulis." Dahi Jungkook berkerut dan ia mendekati hyungnya karena penasaran.

"Bukumu?" Taehyung mengangguk singkat.

"Hampir selesai dan akan diterbitkan." Jungkook terkejut dengan ucapan Taehyung.

"Benarkah? Ini buku yang dulu sempat kau batalkan penerbitannya kan hyung?" Taehyung mengangguk lagi.

"Editor kenalan Jeonghan tertarik untuk menerbitkannya." Jungkook tersenyum senang.

"Wah.. itu sangat keren hyung. Benar-benar keren." Taehyung tersenyum tipis. Ia juga merasa senang sekarang.

"Jadi apa judulnya hyung?" Jungkook benar-benar terlihat antusias.

"Unfeeling. Tentang seorang anak kecil yang berkelana untuk mencari sebuah makna yang pernah neneknya bilang 'Hiduplah dan ciptakan banyak rasa dalam dirimu'. Hyung akhirnya berhasil menulis paragraf terakhir." Jungkook tertegun. Tentu ia sangat tahu apa yang hyungnya maksud.

"Kookie senang akhirnya cerita ini tamat. Boleh aku membacanya hyung?" Taehyung mengangguk lagi.

"Pindahkan di flashdisk agar aku bisa membacanya di laptopku sendiri. Aku tak mau menganggu pekerjaan hyung nanti."

"Iya, setelah ini akan hyung pindah." Jungkook mengangguk singkat.

"Kalau begitu Kookie keluar dulu ya hyung, aku baru ingat dipanggil ayah tadi." Jungkook kemudian berlalu dan menemui sang ayah yang sedang berkumpul dengan Seokjin.

"Ada apa yah?" tanya Jungkook ketika melihat Seokjin hyungnya yang sedang mengobrol dengan sang ayah.

"Hyungmu mana?" tanya ayah Kim tak melihat Taehyung bersama Jungkook.

"Ayah memanggil Tae hyung juga?" ayah Kim mengangguk singkat.

"Dia sedang menyelesaikan bukunya."

"Buku?" tanya Seokjin bingung.

"Maksudku buku yang pernah Tae hyung batalkan penerbitannya.." Seokjin terlihat terkejut dengan apa yang ia dengar sekarang. Benarkah sang adik sudah mulai menulisnya lagi?

"Editor buku kenalan Jeonghan hyung sangat tertarik untuk menerbitkannya."

"Itu sangat bagus" ucap Ayah Kim senang.

"Taehyung kita sudah benar-benar sembuh sekarang." Seokjin bahagia mendengar kabar itu.

"Ya, apapun keadaan Tae hyung sekarang. Ia tetaplah Kim Taehyung kita."


.

.

.

.

.


UnFeeling (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang