Happy Reading Good Reader^^
.
.
.
Jungkook benar-benar melakukan apa yang ia katakan. Malam itu Joshua melepas infus dan alat medis lainnya yang menempel di tubuh Taehyung. Scoups membantu menggendong Taehyung yang masih tertidur. Jungkook terkagum melihat Scoups hyung yang begitu kuat membawa hyungnya sendirian.
"Kurasa aku perlu lebih banyak berlatih." Gumamnya pada dirinya sendiri.
Hari sudah sangat larut, meskipun hari natal tapi udara cukup dingin untuk membuat orang-orang tak rela meninggalkan alat penghangatnya.
Joshua menyetir dengan pelan, ia melirik sesekali pada Jungkook yang masih menopang kepala Taehyung. Scoups mengirim pesan pada orang rumah untuk segera menyiapkan kamar saat mereka sampai di mansion.
"Hyung, bisakah kau turunkan aku di persimpangan jalan itu?" pinta Jungkook yang membuat Joshua terheran.
"Untuk apa Kook? Ini sudah larut malam." Tanya Scoups.
"Aku harus kembali ke mansion kakek untuk mengambil sesuatu disana."
"Dengan berlari? Mansion kakekmu cukup jauh dari persimpangan itu." ucap Joshua tak mengerti dengan jalan pikiran Jungkook.
Scoups terlihat sibuk mencari kontak seseorang yang bisa dihubungi malam ini. Terdengar suara sambungan panggilan itu.
"Halo? Wonu-ah, apa Mingyu masih bangun?"
'Tidak hyung, ia sudah tertidur karena mabuk tadi.' Scoups menghela tak senang.
"Kalo begitu, bisakah kau kemari dengan mobilmu. Datanglah dipersimpangan jalan Hanabi dan tunggu hyung disana. Jangan sampai membuatmu menunggu." Ucap Scoups dengan tegas. Panggilan itu kemudian terputus.
"Kau akan diantar Wonu agar lebih cepat, Kook. Berlari ditengah malam dengan cuaca dingin sangat tidak baik untuk tubuhmu."
"Tenang saja, Wonu adalah pembalap dadakan yang selalu bisa diandalkan." Ucap Joshua yang teringat kejadian dimasa lampau dimana Wonu menyetir dengan kecepatan tinggi melebihi Scoups karena Mingyu demam tinggi dan harus segera di larikan ke rumah sakit.
Tak perlu menunggu lama terlihat mobil hitam mengkilat tengah berhenti di persimpangan itu. Wonu melambaikan tangannya didalam mobil dan Jungkook keluar dari mobil Scoups.
"Hati-hati dan cepatlah kembali." Ucap Joshua yang kemudian Scoup pindah ke kursi belakang untuk menyangga tubuh Taehyung.
"Berapa banyak dosis yang kau berikan padanya Josh?" tanya Scoups pada Joshua yang fokus pada menyetir.
"Tidak banyak, hanya sampai ia benar-benar cukup beristirahat." Scoups mengangguk paham dan beberapa saat suasana dimobil itu sunyi. Hanya ada suara deru mobil pelan dan suara napas mereka masing-masing.
Scoups dan Joshua seolah larut akan pikiran mereka masing-masing yang masih tak percaya dengan insiden malam ini.
"Apa Taehyung bisa sembuh, Josh?" tanya Scoups memecah keheningan mobil itu. Entah mengapa jarak dari rumah sakit ke rumah menjadi sangat jauh sekarang.
"Entahlah Coups-ah, aku pun masih sedikit ragu." Jawabnya singkat.
"Aku hanya takut ia menjadi seperti ibuku. Aku bisa merasakan bagaimana menderitanya ia." Scoups menjadi tak tega membiarkan sahabatnya berakhir menderita.
"Aku tak bisa menjamin apapun, Coups-ah. CIPA masih belum memiliki penanganan yang khusus hingga pasien benar-benar sembuh. Saraf pada otaknya harus dibangunkan tapi mengingat salah satu pasien yang dulu pernah di rawat juga di rumah sakit tempatku bekerja, tidak ada hasil yang signifikan. Justru penelitian yang dilakukan oleh pihak lab malah berunjung mencari korban." Jelas Joshua pada Scoups.
" Aku pernah mendengar kasus itu. Ibu sekarang dirawat di Korea dan semenjak itu aku tak lagi melihatnya. Aku tak bisa melihatnya menderita. Aku hanya tak tega, tapi dunia ternyata sesempit ini. Aku bertemu dengan orang sepertinya lagi." Ucap Scoups yang kemudian mengusap pelan surai Taehyung.
.
.
.
Ditempat lain Jungkook tengah semobil dengan Wonu. Wonu benar-benar melajukan mobilnya kecepat mungkin agar mereka segera sampai ke mansion Kim lebih cepat.
"Apa hyungmu baik-baik saja Kook?" tanya Wonu disela-sela menyetirnya. *masih sempat mengobrol disituasi seperti ini
"Dia baik hyung. Taehyung hyung mendapatkan beberapa jahitan dilengannya." Jelas Jungkook.
"Sudah sampai." Ucap Wonu sembari menepikan mobilnya. Jungkook keluar dan meminta Wonu untuk menunggunya sebentar. Wonu menyanggupinya yang menunggu dengan tenang bersama game di ponselnya.
Jungkook tampak berlari terbur-buru menuju kamarnya. Dicarinya beberapa barang yang mungkin akan sangat-sangat berguna saat mereka singgah untuk sementara di Akita.
Ia mengambil beberapa jaket dan kardigan untuk dirinya dan sang hyung. Tak lupa ia membawa laptop kesayangan Taehyung dan beberapa buku yang Jungkook tau hyungnya itu sukai. Jangan lupakan beberapa uang tunai yang memang sengaja ia ambil banyak dan kartu atas nama dirinya dari sang ibu.
Diletakkannya barang-barang itu di satu koper sedang dan Jungkook melenggang keluar menemui Wonu.
"Jungkook?" panggil seseorang dari balik pintu. Ia cukup hapal suara siapa yang memanggilnya, tapi sekali lagi ia tak peduli.
"Jungkook-ah, mau kemana kau dengan koper itu?"
"Bukan urusanmu hyung."ucap Jungkook ketus yang masih mendorong kopernya dengan cepat.
"Dimana Taehyung?" Jungkook terdiam mendengar nama itu.
"Apa pentingnya dia bagimu, hyung?" entah mengapa Jungkook selalu tak bisa mengontrol emosi dan nada bicaranya yang ketus jika berhadapan dengan Seokjin.
"Ini hari natal, mengapa kau dan Taehyung justru keluar ke mansion keluarga Choi?" Jungkook terkekeh mendengarnya. Ia bahkan hampir lupa jika malam ini adalah malam natal. Ia pikir semua malam sama saja.
"Rumah mereka lebih hangat dari rumah ini, asal hyung tahu itu." Jungkook melenggang pergi dengan langkah cepat nan lebar dan tak menghiraukan Seokjin yang menatapnya tak mengerti.
Jungkook segera masuk ke dalam mobil dan meletakkan kopernya di kursi belakang. Wonu tampak bingung melihat Jungkook yang membawa koper.
"Ayo jalan hyung." tanpa banyak bicara Wonu melajukan mobilnya.
"Kau mau kemana dengan koper itu Kook? Kau berniat lari dari rumah?" tanya Wonu yang dibalas gelengan pelan oleh Jungkook.
"Aku tidak lari dari rumah hyung. Aku sedang mencoba menyelamatkan Taehyung hyung dari tangan ayahku."
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
UnFeeling (Tamat)
Short StoryAjari aku bagaimana bahagia tanpa perlu merasa khawatir dan takut. Ajari aku bagaimana tersenyum dan menangis seperti layaknya mendapat kebahagiaan dan kesedihan. - Taehyung. . . . . .