42

1.3K 181 8
                                    


Nah bener kan??

.

.

.

Thor harus berhenti ini..

.

.

.

Happy reading Good Reader^^

.

.

.

.

Setelah puas mengobrol seru dengan Mingyu, tanpa sadar hari sudah menjelang petang. Jungkook mengajak sang hyung untuk mampir ke salah satu restoran makanan khas Akita.

"Semoga restoran ini bukan milik Scoups hyung" gumamnya pelan.

Sungguh entah mengapa Jungkook jadi sedikit parno jika menyangkut restoran atau kafe. Marketing bisnis Choi bersaudara benar-benar gila, padahal ini di negeri orang tapi mereka benar-benar sukses.

Taehyung memesan Shottsuru Nabe aka makanan khas Akita yang berisi ikan dan dengan kuah yang khas. Mereka menunggu sembari sesekali mengobrol hangat. Taehyung mulai mampu menanggapi obrolan Jungkook yang terkadang terkesan random.

Tanpa menunggu lama, pesanan mereka datang. Makanan itu terlihat enak dengan porsi sedang untuk dua orang. Uapnya masih mengepul dan terlihat nikmat.

Jungkook mengambil mangkuk sang hyung dan mengisinya dengan hidangan tersebut. Taehyung menerima dengan senang hati dan mencicipinya perlahan karena panas. Jungkook melirik sebentar hyungnya sembari mengambil bagiannya.

"Apa enak hyung?" tanya Jungkook yang dibahas anggukan dari Taehyung. Jungkook pun ikut mencicipinya.

"Wah, enak ternyata. Cuaca dingin ini memang paling nikmat makan makanan yang hangat dan berkuah." Ucap Jungkook senang. Taehyung menanggapi dengan deheman ringan.

Mereka makan dengan tenang dan tanpa sadar semua makanan di mejanya sudah habis tak tersisi. Jungkook sesekali mengusap perutnya pelan karena kekenyangan.

"Kurasa aku tak sanggup jika harus naik ke Senshu park nanti, hyung." keluh Jungkook.

"Kita pulang saja." Tanggap Taehyung yang dibalas gelengan.

"Tidak-tidak. Ayo kita kesana setelah ini. ah, Kookie juga akan membeli beberapa kaleng bir dan makanan ringan nanti hyung." ucap Jungkook dengan antusias.

"Mnn."

.

.

Di tempat lain, Seokjin tengah gundah karena belum mengetahui kabar kedua adiknya. Ia bahkan beberapa kali ke kafe milik Choi bersaudara untuk mengetahui keberadaaan salah satu dari pemilik kafe tersebut.

Seokjin merasa kacau semenjak kepergian Jungkook yang membawa koper dan beberapa barang yang lain. Ia benar-benar bingung harus mencari keberadaan sang hyung sedangkan ia sama sekali tak tahu orang-orang terdekat sang adik selain keluarga Choi.

Tapi kenyataannya Choi bersaudara seolah lenyap hilang di telan bumi ketika hendak ia cari. Seokjin benar-benar gusar.

Ditambah lagi sang ayah seolah tak terlalu memikirkan kepergian kedua putranya yang sudah beberapa hari ini tidak kembali. Sebentar lagi tahun baru dan sang ayah seolah masih disibukkan dengan pekerjaannya.

Seokjin yang merasa kepalanya hampir pecah itu memilih menyambar coatnya dan pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri. Ia benar-benar butuh seseorang untuk membantunya sekarang tapi siapa?

Disebuah taman yang tak terlalu ramai itu ia duduk sendirian ditemani sekaleng bir hangat. Memandang orang-orang yang lalu lalang dan tengah sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

"Jadi hyung sudah mengirim kuenya tadi pagi?" ucap seorang pemuda yang tengah berjalan bersama dengan kedua pemuda yang lain.

"Emm, ulangtahun kami kan sama jadi hyung mengirimkannya satu untuk Taetae." Jawab pemuda yang lain. Seokjin mendengar obrolan itu tanpa sengaja.

'Taetae?' gumamnya ketika mendengar panggilan itu.

"Apa mereka baik-baik saja disana?" ucap pemuda yang tadi.

"Tenanglah, Kookie sudah dewasa. Dia bisa menjaga hyungnya." Ucap seseorang yang lain.

Seokjin terhenyak mendengar obrolan singkat itu. Ketiga pemuda itu sudah berjalan jauh melewati taman. Seokjin segera beranjak dari kursinya dan mencoba mengejar ketiga pemuda itu. Ada firasat aneh yang dapat ia rasakan sekarang ini.

"Tunggu, tolong berhenti sebentar. Permisi tuan-tuan." Panggil Seokjin sembari sesekali meraup oksigen. Ketiga pemuda itu tampak heran.

Salah satu dari mereka memegang erat lengan salah satu pemuda yang lebih tua.

"Ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya pemuda tampan itu.

"Hannie hyung.." panggil lirih salah satu pemuda yang lebih muda itu. Orang yang dipanggil Hannie hyung itu memberikan kode untuk mendengarkan pria yang sedang di depan mereka.

"Maafkan saya karena tidak sengaja mendengar obrolan kalian. Emm.. saya sedang mencari saudara saya dan nama yang tuan-tuan sebut itu seperti saudara saya."

Ketiga pemuda itu terdiam saling memandang. Hannie hyung atau Jeonghan itu cukup tahu siapa pria yang tengah di depannya.

"Ah, kalau boleh tahu siapa nama saudara anda tuan?" tanya Jeonghan lagi.

"Kim Taehyung dan Kim Jungkook." Ucap Seokjin. Jeonghan tersenyum tipis sembari melirik Seungkwan dan Jun di kanan kiri.

"Ah, maaf tuan. Saya tidak mengenal kedua saudara anda." Ucap Jeonghan dengan lancar.

"T-tapi anda tadi menyebut panggilan Taetae dan Kookie." Ucap Seokjin yang tak mau menyerah.

"Maaf tuan. Yang sedang saya bicarakan tadi adalah Taekwan dan Daekook saudara kami." Seungkwan menatap heran hyung tertuanya itu, sedangkan Jun memilih diam dengan tipu muslihat hyung tertuanya.

"Anda orang korea ya?" tanya Seungkwan takut. Seokjin mengangguk pelan. Ia benar-benar berharap tadi adalah Jungkook dan Taehyung yang mereka bicarakan.

"Iya, saya orang korea. Senang bertemu dengan anda bertiga tuan-tuan. Maaf sudah mengganggu waktu anda." Bungkuk Seokjin dan hendak pergi dari tempat itu.

"Semoga saudara anda segera pulang tuan. Saya ikut mendoakan mereka." Ucap Jeoghan dengan ramah. Seokjin tersenyum tipis padanya dan membungkukkan tubuhkan sejenak lalu pergi.

Jeonghan dan kedua adiknya itu menatap kepergian pria itu dalam diam. Seungkwan merasa kasian dengan pria itu. Jun memilih diam karena tak ingin berurusan dengan hal-hal semacam itu.

"Dia adalah hyung dari Taehyung dan Jungkook." Ucap Jeonghan dan membuat Seungkwan tertegun. Jun hanya bisa menghela napas karena ulang sang hyung.

"Kenapa hyung berbohong tadi. Kan kasihan." Ucap Seungkwan pada Jeonghan.

"Anak kecil belum akan paham masalah orang dewasa." Ucap Jun yang membuat Seungkwan kesal.

"Akan ada waktunya untuk kita bertemu lagi dengannya, Seungkwan-ah. Untuk saat ini, kita hanya perlu membiarkan Taehyung dan Jungkook menikmati waktu bersama mereka. Ayo pulang, udara sudah mulai dingin. Aku tak ingin mendengar rengekan Scoups karena menunggu pesanannya." Ucap Jeonghan dan menggandeng kedua lengan adiknya itu.

.

.

.

.

UnFeeling (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang