LOST - 2

1K 53 6
                                    

Grizelle

Aku pulang lebih awal hari ini, senin biasanya restaurant tempatku bekerja tidak terlalu ramai.

Jam sudah menunjukkan pukul 8 saat aku sampai dirumah kontrakan kami.

"Tadi kekasihmu itu kemari.." ujar bibi disela kesibukan nya bercumbu dengan si tua bangka Robert.

"Apa yang dia mau?"

"Entah lah. Dia hanya menanyakan mu."

Aku memutar bola mataku dan berlalu, melihat sepasang pria dan wanita bukan pasangan itu bermesraan membuatku mual.

"Hei Elle, menikahlah dengan anak ku. Kupastikan Kau akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik." Ucap Robert.

"Tidak. Terimakasih." Jawabku tanpa menatap si tua bangka itu.

"Kenapa? Dia cukup mapan dan tampan. Atau kau ingin menjadi istri ketiga ku? Hm?" Si tua bangka itu terkekeh menjijikan.

Aku tidak menjawab, tetap melangkahkan kakiku menuju kamarku dan membanting pintu kamar itu.

Sepertinya ide untuk tinggal seorang diri merupakan hal yang benar-benar harus aku pikirkan mulai saat ini.

Berada 1 rumah dengan bibiku yang selalu membawa lelaki hidung belang berbeda setiap saat sering membuatku was-was.

Aku merebahkan tubuhku diatas kasur tuaku yang sudah tidak layak.

"Peter datang? Untuk apa bajingan itu mencariku lagi."

Past..

"Aku menginginkan mu, baby... please." Ucap Peter didalam cumbuan nya pada leherku.

"Tidak sekarang, Honey.. kita sudah sering membahas ini."

Peter menghentikan kegiatan nya itu dan menatapku lekat.

"Tapi aku mencintaimu, dan kau juga mencintaiku kan?" Tuntutnya, Matanya menyelidiki.

"Aku mencintaimu, tapi having sex sekarang bukan hal yang kuinginkan. Kita baru bersama 3 bulan ini."

"Kau tidak mempercayaiku?" Peter terlihat kecewa.

"Bukan. Kau tau bukan itu madsudku."

"Lalu? Kau tau sejak awal bertemu aku begitu tergila-gila padamu, Elle. Belum pernah sekalipun aku merasakan hal itu pada gadis lain." Peter meyakinkan.

Meski aku melihat Peter cukup tulus, hanya saja aku belum siap dan tidak yakin akan hal itu.

Umurku memang sudah hampir 21 tahun, sudah layak untuk melepas keperawanan ku.
Tapi aku tidak mau melakukan hal itu jika aku tidak yakin.

"Maafkan aku, Peter. Hanya saja, bukan sekarang. Please."

Peter menghela napas panjang, lalu memperbaiki posisinya kemudian duduk dipinggir kasur.

"Aku akan mengambil minum." Ucap Peter tanpa menatapku lalu menghilang dibalik pintu.

Aku tau Peter pasti kesal, karena ini bukan kali pertama aku menolaknya.

Malam ini seperti malam-malam akhir pekan kemarin.
Aku berada di Tempat Peter yang sebenarnya lebih tepat disebuah rumah Persaudaraan.

Setiap jumat-minggu teman-teman Peter selalu mengadakan pesta, dan Peter sering mengajak ku untuk menginap ditempat nya.

Aku merapikan pakaianku dan segera menyusul Peter.
Aku tidak mau berlama-lama bertengkar dengan nya. Mungkin dengan menjanjikan dia sesuatu, Peter akan berhenti merajuk padaku.

LOST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang