Prologue

2K 93 1
                                    

🍂

"Mama... aku lapar." Aku memegangi perutku yang sedari tadi merengek heboh karena sudah 2 hari ini aku tidak makan apapun.

"Maafkan mama, son. Mama harap Semoga ada orang baik yang mau memberi kita sedikit makanan. Tolong bersabar ya sayang.." Ucap ibuku seraya mengusap puncak kepalaku, wajahnya terlihat sedih dan lemah.

Malam ini seperti malam-malam sebelumnya, kami tidur dipinggir jalanan kota Favela.

Sejak 3hari lalu pemilik rumah petakan kecil kami mengusir ibuku dan aku karena kami tidak sanggup membayar biaya sewa selama 3 bulan.

"Apakah sakit?" Tanya ibu saat melihat aku memegangi perutku yang sedang demo secara brutal.

"Tidak ma. Aku baik-baik saja." Aku memaksakan mengulas senyum manisku.

"Maafkan mama ya sayang." Ucap ibuku disertai sebutir airmata dipipi pucatnya.

"Aku anak yang kuat, ma. Jadi tolong jangan kuatirkan aku." Ucapku berharap bisa membuat ibuku tidak kuatir lagi.

Aku benci saat melihat ibuku menangis.

"Tentu. Mama yakin itu. Kelak kau akan jadi orang besar dan membangun kerajaanmu sendiri."
"Sekarang.. tidurlah, nak. Aku sangat menyayangimu." Ucapnya seraya mengecup puncak kepalaku lembut.

Bisa kurasakan tubuh ibuku bergetar, tangan nya menarik jaket lusuh guna membungkus dirinya demi sedikit rasa hangat.

Aku bergerak, memeluk ibuku berharap bisa menghalau sedikit saja dinginnya malam yang begitu menusuk kulit kami sampai akhirnya aku terlelap di pelukan nya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya seseorang menarik ku paksa dari tidur yang lelap.

Aku mengerjap, sinar matahari menusuk kedalam mataku saat kupaksakan terbuka.
Didepanku berdiri seorang wanita tua dengan wajah tidak ramah menatapku tajam.

Aku duduk dan melihat disekelilingku tapi tidak menemukan ibu.

"Kau.. kau melihat ibuku, nyonyah?"

"Aku tidak tau dimana ibumu. Jadi, Pergi dari sini!" Perintahnya.

"Tapi.. ak-aku." Aku coba mencari kata-kata tapi detik itu aku hanya merasakan ketakutan yang teramat sangat.

Dimana ibuku, apakah dia pergi untuk membeli makan untuk ku? Atau kah dia mendapat pekerjaan? Apakah dia akan segera kembali?

"Cepat pergi dari sini, kau membuat tokoku terlihat kumuh!" Lagi bentak wanita tua itu.

Aku bergerak, menarik tas kecil lusuhku kesamping toko itu dan duduk disana.
Berharap ibuku segera kembali.

Kira-kira Cukup lama sampai aku tertidur seraya memeluk tas lusuhku sampai kaki seseorang menendang kakiku.

"Apa kau tidak mendengar? Aku menyuruhmu pergi! Karena mu tokoku tidak ada pengunjung hari ini!" Bentak seorang pria tua yang kuterka itu pasti suami wanita tua tadi.

"T-tolong tuan. Ak-aku tidak akan mengganggu. Aku hanya ingin menunggu ibuku disini." Mohonku.

Pria tua itu terlihat lebih kesal dan menarik lenganku kasar. Menyeret lalu mendorongku hingga aku tersungkur ditepi jalan raya yang cukup sepi sore itu.

"Aku akan memukulmu jika aku melihat wajahmu lagi disekitar sini, kau mengerti? Gembel pembawa sial." Teriaknya.

Aku membeku, hanya airmata yang bisa aku rasakan dikulit pucatku.

Usiaku 8 tahun dan aku seorang diri.

Apa yang bisa aku lakukan seorang diri, dimana ibuku? Aku bersidekap diujung blok jalan itu, tepat disamping tong sampah besar berwarna hijau, menangis sesenggukan.

Aku takut, aku bingung dan sangat lapar.

"Kau masih hidup, nak?" Tanya seseorang seraya menepuk pundak ku pelan.

Tubuhku terasa lemah sampai untuk mengangkat kepala pun terasa berat.

Pelan tapi akhirnya aku mampu melihat seorang pria dengan pakaian mahal dan rapi berdiri menjulang didepanku.

"Kau seorang diri?" Tanya nya.

Aku hanya mengangguk lemah.

"Dimana orang tuamu?" Tanya nya.

Dan Lagi aku hanya bisa menggeleng tanpa bisa menjawab.

"Kau sakit?" Tanyanya terdengar samar-samar sampai mataku menggelap dan aku merasakan tubuhku rubuh.

-TH-

LOST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang