LOST - 19

560 34 11
                                    

Dante

"Kudengar kau menyuruh Jose dan Carlos mengawasi jalang itu?!" Tanya Mia.

Aku menghela napas.
Tolong, Jangan lagi Mia.
Sikap Mia akhir-akhir ini membuat aku kesal dan lelah.

"Apakah kau menyukai jalang itu?!" Tuduh Mia.

"Apa kau sedang haid? Suara mu terlalu mengganggu. Pergilah, kau butuh sesuatu untuk menenangkan mu." Kataku.

"Katakan padaku, kenapa kau menyuruh mereka melakukan nya? Katakan atau aku akan terus menganggumu." Ancam Mia berhasil Membuatku memutar bola mataku.

"Aku tidak membiarkan orang brengsek bersikap kurang ajar pada karyawanku.. Kau tau aturan itu, Kan? "Kataku penuh penekanan.

"Aku tau, tapi biasa nya orang kita hanya akan mengusir mereka. Bukan memukuli pengunjung apa lagi sampai membuat orang itu harus dilarikan kerumah sakit." Oceh Mia.

"Pergilah. Aku butuh waktu sendiri."

Aku berdiri meninggalkan Mia yang masih kesal.
Disini, ditempat favorite ku. Dimana aku bisa melihat pemandangan seluruh kota Brazil.

Kota yang membuat aku pernah merasa menjadi pria paling bahagia didunia, tapi kota ini juga yang membuat aku terpuruk jatuh bahkan tidak lebih berharga dari seekor anjing dijalanan.

Aku menghela napas panjang mendengar suara pintu dibanting Mia setelah dia menghilang dari balik pintu.

Past....

"Julio, tolong siapkan mobilku. Aku akan menemui Fernandez."

"Baiklah."

Julio meninggalkanku dan aku segera mengambil ponselku juga tas tanganku yang berisi sepucuk pistol, rokok juga botol kecil berisi tequila.

Aku berjalan melewati ruangan diujung lorong itu setelah selesai buang air kecil.

Samar kudengar suara seseorang sedang berbicara.
Aku mendekatkan kepalaku, mencoba menangkap arah suara itu.

"Kumohon! Lupakan semua rencanamu. Aku tidak bisa melakukan hal itu lagi, aku tidak bisa mengkhianati nya." Suara seorang wanita terdengar terisak.

"Jangan menjadi lemah, sayang. Kita sudah sampai di titik ini. Selangkah lagi kita akan memiliki segalanya. Hanya kita." Suara seseorang yang sangat Familiar di telingaku.

Suara Vicente, sahabatku.
Jantungku berdetak kencang, ribuan semut seolah bersarang diperutku.

"Apa yang sedang mereka bicarakan?" Batinku.

"Tidak, Vice. Aku tidak mau. Aku tidak bisa, selama ini aku sudah mendukungmu. Memberikan apapun informasi yang kau butuhkan meski itu harus membuat dia terlihat buruk atau pun didalam bahaya, tapi tidak lagi, aku tidak bisa lagi." Kata wanita itu.

"Dia sudah mengambil banyak dariku, aku hanya ingin mendapatkan apa yang menjadi hak ku. Dan karena dia aku harus kehilangan kesempatan yang seharusnya menjadi satu-satunya jalan agar Fernandez mengakui kinerjaku."

Hening sejenak.

"Apa kau jatuh cinta pada nya? Jawab aku!" Lagi tanya Vice, ketika wanita itu tidak menjawab pernyataannya.
Suara Vice terdengar penuh kemarahan.

Wanita itu hanya menangis tanpa menjawab.

"Jawab aku!" Perintah Vice.

"Maafkan aku, Vice." Jawab wanita itu akhirnya.
Suara Wanita itu terdengar seperti Lucy.

LOST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang