Memang Suaraku Tersampaikan?

142 66 22
                                    

"Saat mereka membuatmu kembali terjatuh, cukup bilang 'aku telah hapal cara untuk bangkit kembali!'. Senyum dan lanjutan,"

- Bastian A

_________


"Ini talinya, Tuan."  Seorang pria dengan pawakan kekar menghampiri Pangeran, dari pakaian yang dipakainya, aku bisa langsung mengerti bahwa orang itu adalah salah satu body guard Pangeran

  
        Aku selesai mengikat kedua tangan si bos sosial eksperimen palsu dan si pemegang kamera, salah satu dari kaki mereka berdua pun kuikat. Mereka perlu merasakan bagaimana si ayam kesulitan berjalan, karena beban yang mereka tanggungkan!

       Setelahnya yang perlu kulakukan hanya mengaitkan tali yang melilit kaki mereka ke tiang ayunan, yang letaknya di depan pagar pembatas taman kota.

Kebetulan ada kardus yang lumayan bersih, spidol pun setia di tas, kutuliskan sesuatu yang berguna di sana.

"Jangan pedulikan kami,
hanya sedang berlatih teater kok :) "

Aku mengalungkan kardus yang sudah ku beri tali tadi ke leher mereka berdua. Orang-orang yang melalui kedua anak ini hanya akan menahan tawa. Atau bahkan menganggap mereka gila?

"Gue ada urusan sekarang, Sha. Kalau lo mau, gue bisa aja mempercayakan setengah dari mereka buat jaga lo, bilang gimana pendapat lo."  Pangeran menghampiriku raut wajahnya tampak seperti sedang dikejar waktu.

Setelah berpikir jangka panjang, akupun menggeleng. "Lo udah bantu gue banyak hari ini, sekarang bawa balik orang-orang lo gih."

Kupelankan sedikit nada suaraku. "Lagian lama-lama lihat badan mereka yang kekar gitu, gue juga agak ngeri."

Pangeran malah menanggapinya dengan tertawa kecil. "Gue percaya lo bisa jaga diri."

"Tapi kalau dua anak itu mulai bertingkah gak benar, jangan ragu buat hubungi gue ya, Sha?"

Setelah Pangeran dan para body guardnya beranjak pergi, kuamati kedua anak laki-laki tadi.

"Nah, sekarang kan kalian berdua dengan si ayam jadi tidak ada bedanya? Aku akan cari udara segar, sebentar saja. Tenang, setelah itu kalian akan kubebaskan secepatnya."

—♡—

       Aku memasuki taman kota, udaranya begitu segar. Bunga-bunga yang bermekaran dengan harum semerbaknya. Kuputuskan untuk duduk pada sembarang bangku, yang kurasa paling pas untuk mengambil gambar pemandangan emas ini.

      Setelah beberapa gambar bunga kuambil, aku kembali duduk ke bangku. Aku tidak cukup paham tentang fotografi, tetapi bunga-bunga ini mampu menyempurnakan kurangku, dengan memberikan hasil yang memuaskan.

      Anak laki-laki bertopi, sekaligus bermasker yang sudah duduk di sana lebih dulu dariku itu tetap fokus pada bukunya, kelihatannya isinya cukup seru!

      Tiba-tiba pundakku dihinggapi seekor kupu-kupu, refleks jadi mengerakkan lenganku secara cepat dalam waktu yang singkat agar hewan itu pergi. Buku bacaan anak itu jadi terjatuh karena tersenggol pergelangan tanganku.

Not An Ordinary FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang