❝Tajamnya lisan, tanpa perasaan, meluncurkan ribuan anak panah. Siapa sangka, jika dengan 1 kalimat. Kau mampu buat hati seseorang, muram. Penuh kebas.❞
- Anesha Badra
______
Nak, ayah dan ibu bangga atas perjuanganmu. Meskipun kita tahu. Sukses tak selalu jadi yang utama, karena bintangnya adalah kerendahan hati
-🦋
______
Suara itu lenyap di tengah kebisingan.
"Eeh, kita gak beli es emang? Es batu?" tanya salah satu anggota kelompok 3, kelompok Baron dan Rey.Es batu? Benar juga.
Apakah Deon telah mempersiapkan hal ini?
"Gue aja yang beli es batunya," usul Rey pada kelompoknya
Anggota kelompoknya manggut-manggut.
"Tapi izin dulu sama guru BK, di kira nanti lo jajan di luar jam istirahat lagi," imbuh BaronSetelah itu tak hanya kelompok Rey saja yang berinisiatif, kelompok lainnya juga. Mereka segera meminta izin kepada Bu Gea sebelum menemui guru BK.
"Ya, baiklah. Tapi jangan lama-lama, hati-hati menyebrang di jalan raya dan ingat untuk izin dulu pada guru BK ya." jelas Bu Gea
Karena memang tempat penjualan es batu berada di luar area sekolah SMP JAYA BANGSA, mengharuskan para siswa untuk menyebrang jalan raya.
"Eeh, Deon! Lo kok gak beli es batu?" tanya salah satu anggota 4, dengan badan lebih kecil dari Deon
Deon tak menyukainya, pemuda itu kerap membuatnya naik darah, tanpa menampakan.
"Gu---,"
Deon baru saja ingin berbicara, namun pemuda tadi menyela.
"Kalau gak ada es batu, bukan es namanya!" ujarnya sinis
Deon bergeming, memerhatikan minuman yang dia olah tadi. Pemuda tadi rupanya susah sekali, mengontrol bicaranya.
"Lebih pantes kalau minuman Lo ini! Lo namain air susu, bukan es susu,"
Setelah mencetuskan ucapan itu, pemuda yang menjadi lawan bicara Deon tertawa kecil, anehnya tindakannya barusan, didukung oleh para anggota member lainnya dalam kelompok 4.
Mereka ramai-ramai menertawakan kebodohan Deon, secara terang-terangan.
___
Rey dan para perwakilan kelompok, yang ditugaskan membeli es batu sudah kembali ke kelas. Deon lihat 2 bungkus es batu, aman di tangan Rey, padahal satu saja sudah cukup untuk persediaan.
"Kak Dian, lo gak nepatin janji lo?" Deon hanya bermonolog
Kelompok 4 sibuk dengan blandernya, mereka sebagai urutan pertama untuk memblender es batu. Setelah selesai berebut giliran antar kelompok.
Wajar saja dikelas yang di huni Deon, hanya ada 1 atap kontak. Bunyi blender bekerja kini tak asing, untuk menerobos telinga.
Gue, cuma bisa liat kalian saling kerjasama. Dan saat ini, gue bingung, gue itu nyata apa nggak?
Yang paling heboh saat ini adalah kelompok Rey dan Baron, mereka bermufakat, dengan cara apa mereka memecah es batu? Tak ada palu di meja mereka.
Pekerjaan Deon telah usai, namun yang lain malah sedang dipuncak kepanikannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/246645204-288-k148452.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not An Ordinary Friendship
Dla nastolatków"Memang jika miskin, lantas aku tak pantas mencita-citakan hal besar, begitu?" tanya Deon bermonolog Di tengah pekatnya malam. Surabaya, tempat di mana semesta menjadi saksi perjuangan anak-anak remaja yang masalahnya di pandang sebelah mata "Skena...