"Kamu itu seperti ombak, yang sering membuat hatiku bergejolak terhempas, namun bukan dengan air melainkan sebab rindu yang kau bawa."
- Deon Randezo
.
.
.
• ────────✦❅✦──────── •
O M B A K A N E S H A
• ────────✦❅✦──────── •
Segarnya angin menerpa kedua tubuh 2 remaja yang tengah berboncengan sepeda.
"Bastian! Jangan ngebut-ngebut! Anesha takut jatuh!" pinta Anesha memegang erat pinggang Bastian
Anesha takut sekali jika harus terjungkal ke aspal, meski sampai saat ini belum ada tragedi menyeramkan tentang ketinggian.
Entah kenapa dia selalu phobia dengan ketinggian. Dia tetap ngeri saat tau batang besi yang di tumpu badannya, punya jarang kurang dari 20 cm.
"Mau naik pesawat kan? Nah, ini pemanasannya!" sahut Bastian sembari kembali mempercepat laju roda sepeda itu
Sontak Anesha tersentak. "Bastian Arvandi, jelek!" teriaknya menggema menyelusup rumah warga desa
Dia sudah tidak peduli, jika para tetangga terbangun karena ulahnya. Anesha, si pengganggu tidur siang, kala itu.
Yang di maki dan sebut namanya, merespon dengan senyuman tipis.
___
Dila duduk di depan rumah Adelio, Tante Kea yang meminta. Agar Dila mau datang, dan menerima lebihan masakan di rumah.
Karena Dila saat ini hanya tinggal dengan neneknya, orang tuanya bekerja di luar kota.
Adelio yang baru selesai mencuci sepeda di samping rumah, kaget. Melihat tamu yang datang.
"Masuk aja, Dil. Jangan duduk di lantai," ajak Adelio
Yang di panggil hanya diam, terlalu sungkan untuk menuruti. Dila melontarkan senyuman tipis untuk Adelio.
"I-Iya,"
Adelio duduk di kursi tamu, teras rumahnya. Menatap lekat Dila yang masih belum beranjak. "Sini aja, duduk di kursi,"
Setelah lama duduk berbarengan. Baru salah satu di antara mereka bersuara.
"Emang Bas--,"
Ucapan Dila terjeda, belum dia selesaikan. Tante Kea telah menyela lebih dulu.
Menyodorkan lembut rantang makan ke arah Dila. "Di habiskan ya Dil, jangan lupa berbagi sama Nenek," tutur Kea
Balas tersenyum ramah, Dila sangat senang. "Terimakasih banyak, Tan,"
Setelah Tante Kea masuk ke rumah. Dila segera pamit, dia tidak mau Neneknya menunggu lama. "Gue balik dulu, Del."
___
Komputer, hal yang di senangi Anesha. Mungkin karena layarnya yang lebar, di sekolah dia selalu ikut les tambahan untuk mempelajari komputer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not An Ordinary Friendship
Teen FictionAnesha bertaruh untuk hidup sedikit lebih benar setiap hari, lewat 3 cangkir kopi. Garis temu malah membuatnya memangkas jarak dengan Dillon-bocah yang hidup seakan mati besok. Tidak terdengar kejam, jika Kasen belum terbesit jua, remaja ideal menur...
