Anesha bertaruh untuk hidup sedikit lebih benar setiap hari, lewat 3 cangkir kopi. Garis temu malah membuatnya memangkas jarak dengan Dillon-bocah yang hidup seakan mati besok. Tidak terdengar kejam, jika Kasen belum terbesit jua, remaja ideal menur...
"Kau gagal karena mencoba? Tak apa, intinya kita telah berusaha bukan? Saat ini tinggallah kita nanti dan lihat bagaimana kegagalan itu kan buatmu bangkit lebih bijak."
- Deon Randezo
___
HAPPY READING GUYS!❤️
___
Sore hari telah tiba, Anesha telah kembali kerumah. Dia duduk pada sofa di ruang keluarga sambil menonton acara TV kartun favoritnya.
Rean muncul dari arah kamarnya, menghampiri Anesha. "Nesh, kamu kenapa? Kok murung?" tanya Rean mengamati seluk beluk wajah adiknya
Yang ditanya tidak melamun hanya galau, akan dua pilihan.
"Gak kok, siapa yang murung? Anesha cuma mikirin tugas matematika aja, Kak. Makin hari makin susah," elaknya
Biar Anesha jadi Pembohong, lagipula jika keluarganya tahu apa yang dia kerjakan mereka belum tentu mendukung. Bisa jadi hanya menagih bukti nyata, semacam piala yang bisa diraba.
"Kak Rean," ujar Anesha
Ingin tentunya dia diberi sedikit masukan.
Ting!
Notifikasi terlintas pada ponsel Rean, segeralah dia membuka pesan.
"Nesh, kakak ke kamar kak Leo dulu ya. Minta dibuatkan makan dia, emang mager banget kak Leo ini." kekeh Rean pelan
Apakah tidak bisa Leo berjalan ke ruang keluarga sebentar? Mungkin sudah terlalu malas untuk dipulihkan.
____
Anesha teringat akan semester ganjil yang akan segera berakhir. Itu artinya dia harus belajar untuk menghadapi ujian, bukan?
Keesokan harinya...
Bu Gea mengeluarkan puluhan lembar uang berwarna merah, membuat beberapa siswa yang mata duitan menghentikan perintah literasi yang tengah berjalan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.