"Orang sukses suka sekali menghindari kesenangan sejenak, mereka berpikir kritik bahwa hal-hal baik akan ikut serta, selama mereka tak berhenti berproses."
- Bastian Arvandi
﹏﹏ Sweet ❲ 🌿 ❳ Dreams!﹏﹏
[ A Million Dreams & The Greatest Snowman ]
0:34━━❍───────2:32
Bastian merapikan meja ruang tamunya, dua sahabatnya menemuinya, tanpa menahu apa keperluan mereka.
Ruang tamu Bastian kini sudah mirip kapal pecah, ini hal biasa. Bastian memang suka berkreativitas sendiri hingga mengotori rumah.
"Sendirian nih, lo?" Deon menatap tepat dikedua mata hitam Bastian, berusaha memastikan.
Bastian melirik Deon singkat, tangannya sibuk mengetik keyboard komputer, komputer pemberian abangnya akhirnya punya tugas.
Dia menghela nafas panjang. Dengan entengnya menyahut. "Seperti yang lo liat?"
Anesha tak ingin kedua sahabatnya tersandung kejurang perdebatan tak berujung!
"Udah jangan mulai. Bastian, Bapak sama Ibu kamu kemana? Ke sawah ya?" Anesha melontarkan pertanyaan itu, dia ikut mengintip apa yang Bastian lakukan dibalik ketikan keyboard dan layar komputer.
Bastian membalas omongan sepupu kecilnya itu dengan anggukan pelan, matanya benar-benar telah terpaku pada komputer.
Wajah Bastian kini mulai di penuhi keringat, yang tampak seperti biji timun. Meskipun demikian Bastian sama sekali tak berisiniatif untuk mengelap keringatnya, fokus akan puluhan kata yang tersaji di komputer miliknya.
"Bentar kayaknya Anesha bawa tisu deh," ujar Anesha sambil merogoh tas selempang warna kuningnya
Baru saja Anesha hendak mengelap keringat didahi sepupunya itu, Deon segera beranjak.
Dalam 0,1 detik terakhir, dia menarik paksa tali kipas yang terletak disamping kiri dinding. Alhasil, kipas yang melekat didinding tadi terputar hingga kecepatan maksimum.
Bagai diterpa udara surga, Anesha dan Bastian saling lega merasakan.
"Seger kan, bilang apa?" sahut Deon kembali duduk berhadapan dengan Anesha dan Bastian
Anesha kini mengampiri Deon, dia mengacak-acak pelan rambut Deon. "Makasih Nonon," kata Anesha
"Hoee! Kecilin dikit kenapa! Kipas angin udah kayak badai, hormati tuan rumah!" sahut Bastian memegangi lembaran coretan imajinasinya.
Deon beranjak dari kursi, menata ulang kecepatan kipas dengan level sedang. "Siap Tuan," ucap Deon
Deon melirik pada meja tamu yang tengah dia tempati, penuh. Bukan penuh akan camilan, serta makanan. Tapi gumpalan puluhan lembar kertas yang sengaja dirusak.
"Bastian, mubazir tau kertas dibuangin cuma-cuma," sahut Anesha
Rupanya ide cemerlang masih berani untuk terbit di benak Deon, dia kini mempunyai tujuan yang telah terencana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not An Ordinary Friendship
Roman pour AdolescentsAnesha bertaruh untuk hidup sedikit lebih benar setiap hari, lewat 3 cangkir kopi. Garis temu malah membuatnya memangkas jarak dengan Dillon-bocah yang hidup seakan mati besok. Tidak terdengar kejam, jika Kasen belum terbesit jua, remaja ideal menur...
