Tersingkapnya Rahasia

141 65 18
                                    

"Aku pria kejam sahabat amarah, namun kehadiranmu memberikan seberkas kesejukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku pria kejam sahabat amarah, namun kehadiranmu memberikan seberkas kesejukan. Biarkan rasa itu bertahan,"

- Pangeran William Armando

________

HAPPY READING, GUYS!❤️
________

     Kukayuh sepedaku lebih cepat, sepertinya hujan akan segera turun jika tidak bergegas. Kini di teras rumah Papa dan Kak Rean tampak tengah menikmati kopi mereka, Kak Rean melirikku sambil menggeleng-gelengkan kepala, sebelum kemudian tersenyum simpul. Aku jadi basah kuyup meski sudah berusaha untuk pulang lebih awal.

Sampai dalam rumah, aku segera dihampiri oleh Mama yang langsung memakaikan handuk di tubuhku. Sedangkan Kak Piza memintaku untuk segera mandi.

"Kakak sudah pilihkan baju, sekarang kamu mandi dulu, Sha. Jangan sakit adik kakak." ujar Kak Piza mengusap pelan kepalaku.

"Di meja dapur, kakak juga buatkan kamu cokelat panas, habiskan ya nanti?"

Aku hanya bisa memaksakan diri untuk tersenyum tipis, seandainya mereka mau menyadari bahwa aku muak diperlakukan seperti anak kecil begini. Rasanya seperti tidak diberikan kepercayaan untuk menjadi bebas.

Kak Leo yang sejak tadi hanya mengemil kuaci di sofa, kini memandang Kak Piza sembari mengerutkan keningnya. "Za? Minuman di meja dapur tadi ya? Udah gue minum barusan." jelas Kak Leo sambil menunjuk perutnya dengan santai.

Mendengar itu, Kak Piza langsung menghadang Kak Leo, mukanya mulai memerah, seperti akan ada yang meledak dalam dirinya. "Apa kakak bilang?! Kakak sadar gak sih, perbuatan yang kakak lakuin itu lancang!? Apa kakak gak bisa gerakin tangan sendiri buat bikin minuman?"

Kak Leo hanya mengalihkan pandangannya sambil mendengus kesal. "Sebelumnya gue udah teriak-teriak buat nanya minuman siapa itu, tapi gak ada jawaban! Lagian seharusnya lo kasih tulisan 'Jangan di minum' di sana baru aman."

Kak Leo kembali menikmati kuacinya, aku menghela napas panjang, seharusnya aku pergi dari seni sejak tadi. Kupegang lengan Kak Piza, dan itu membuatnya berbalik badan.

"Makasih ya Kak Piza, karena sudah membelaku. Tapi kalau aku mau, aku bisa buat minumanku sendiri kok."

Raut muka Kak Piza sedikit membaik, dia mengangguk mendengar pernyataanku.

"Tuh Za, lo masih ngira kalau Anesha bayi ya? Dia sekarang balapan lari sama lo mah, dia yang jadi pemenang."

—♡—

Not An Ordinary FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang