Nanti Juga Melupa

289 183 126
                                    

Mau tukar posisi? Aku yang menghilang tanpa memperdulikanmu, dan kamu yang setia menunggu ketidakpastian

┗━━━━ ° ⌜ Biar Adil, kan?  ⌟ ° ━━━━┛

"WILLIAM, pernah ngalamin ...," Anesha tak jadi meneruskan, situasi terlalu canggung.

"Kok gak dilanjutin? Mau tanya apa, Nesh?"

William menyahut tanpa mengalihkan matanya, yang terpaku pada buku salinan yang dia harapkan

"Tanya aja, gue gak makan orang kok." kekehnya

Anesha mengerahkan keberanian dalam dirinya sejenak.
"William, Anesh—,"

William menyodorkan jari telunjuknya ke depan bibir Anesha, tanpa bersentuhan.

"Gue udah bilang, cuma ada gue di sini. Itu artinya lo harus terbiasa ngomong pakai 'Lo-gue', itu syarat kalau lo mau temenan sama gue." jelas William seenak jidat

Anesha mengernyit, baru saja kenal sudah buat peraturan secara individu.

"Kalau Anesha gak mau?"

"Kita gak usah saling kenal aja," goda William

Anesha meringis, baginya William itu langka. Sedikit sekali anak cowok disekolahnya doyan mampir ke perpustakaan ketimbang nongkrong di depan WC.

Ramah pada adik kelas, tinggi, bule lagi!

『•Readers is very important thing!•』

"Kalau kita semua udah gede kira-kira masih bisa kumpul kayak gini juga gak ya?" Bastian membuka percakapan

Dia dan beberapa rekannya merenungkan diri kali ini di halaman belakang sekolah, jauh dari keramaian tak berbobot, gosip misalnya.

Ieon menepuk bahu Bastian keras, tapi Bastian tetap bergeming. Menatap sendu daun-daun yang kering pohon mangga yang mulai jatuh ketanah.

Tatapannya kosong

"Ya bisa lah, Bas! Sampai kita punya anak bahkan kakek nenek pun bisa." Ieon optimis, walaupun jujur hatinya saat ini sedikit teriris

Dia sudah tau tentang apa yang menjadi rahasia Bastian, alasan Bastian menanyakan hal ini.

Ieon tahu lebih dulu, anggota 'Be Who You' lain masih seperti bayi baru lahir, sama sekali tidak tahu apa-apa

"Bro, lo percaya deh sama gue. Kita berenam nih ya bakal menua sama-sama." hibur Deon sekenanya

Adelio mengernyit, telinganya memerah mendengar pengakuan yang terlalu dilebih-lebihkan dari mulut Deon.

Ieon tertawa renyah.
"Deon lo ngadi-ngadi banget dah jadi anak, orang yang perlu kita aja menua bersama tuh pasangan hidup. Bukan sahabat, mereka kan masih tanggungan keluarganya masing-masing."

Adelio mengganguk merenung, begitupun dengan kedua rekannya.

"Barusan gue ngomong apa? Kosa kata gue lumayan! Gak sia-sia pinjem novel di perpus," ujarnya tak percaya

Not An Ordinary FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang