Pesan Dalam Kemasan Kopi

257 160 82
                                    

"Kenapa disaat gue berusaha buat lupain ingatan busuk karya lo, sifatnya malah berubah jadi tinggal? permanen. Gue benci sama perasaan ini, gue butuh penawar,"

- Deon Randezo

•°••°••°•

Antara kenangan manis dengan orang tersayang, dan kenangan memuakkan dengan orang termengkal. Ingatan mana yang hobi kembali berputar?

Semoga bukan yang berperan menyiksa, semoga bukan opsi kedua.

- Anesha Badra

°•°•°•°•°•

Happy Reading, guys! 🐣

•°•°•°•°•°

"Pengen tau? Pengikut blog menulis gue tuh sebanyak bintang di langit!" cetus Bastian, dia merentangkan kedua tangannya. Duduk pada bangku taman teras, agar dia bisa memandang langit

Dila bergidik, lantas ikut duduk bersanding dengan Bastian. Ikut menatap langit

"Jangan ngadi-ngadi ya lo Bas, ini masih siang mana ada bintang. Belum ada hak mereka buat nunjukin diri," protes Dila

Bastian menampakkan senyum jahil berkelasnya.

"Nah itu lo tau. Lebih baik mending lo donwload blog nulis juga, abis itu ikuti profil gue,"

"dukung setiap part yang udah gue publish maupun yang akan gue publish. Beri apresiasi Dil!" heboh Bastian mencak-mencak

Tidak sampai situ saja, Bastian kini kembali mengoceh.
"Jangan lupa, komentar juga gimana pendapat lo mengenai tulisan gue disetiap kalimat, ok?"

Dila menganga, dia membiarkan kakak kelasnya itu berbicara sesuka hati. Yang penting Bastian senang, walaupun tak secuil pun niat yang terpikirkan oleh Dila, untuk menjalani permohonan Bastian.

Bastian tampak menimbang-nimbang hal yang baru saja dia ucap. Dila bernapas lega, untung saja Bastian cepat intropeksi diri, meski bisa dibilang tumben

Bastian melirik Dila sekilas,
"Gak deng, kalau lo harus ngomentarin setiap kalimat dari bagian cerita gue. Gue malah merasa kasian sama jari lo, entar encok lagi."

Dila menyahut, lumayan berperasaan juga pemuda di depan matanya.
"Nah iya, Bas. Akhirnya lo sadar diri juga,"

Bastian malah mencibir halus pembacanya frustasi.
"Orang gue belum selesai ngomong, lo tetep sunah berkomentar ya, bukan gak komentar sama sekali. Gue nulis pake hati, jadi agak kecewa juga kalo ga dihargai,"

"Gimana kurang baik apalagi juga seorang Bastian Arvandi ngingetin calon pembacanya menjalankan tugas dasar?"

Bastian segera memasang tampang-tampang muka minta ditampol, perintah yang menggiurkan memang. Benarkah?

"Itu namanya cuma menguntungkan satu belah pihak! Gue yang tekor, bangkrut kouta, bangkrut waktu, bangkrut tenaga. Lo hobi banget sih Bas, nerapin perilaku SIMBIOSIS PARASITISME!" Dila tengah melakukan pembelaan!

____

"Udah ngantuk, padahal kopinya belum jadi," decak Anesha sambil menata puluhan lembar soal yang acak-acakan

Deon merapikan helaian rambut yang tak beraturan gadis itu, membuat Lea mengernyitkan kening. Dia bukan patung, kenapa malah kedua remaja itu asyik sendiri?

Not An Ordinary FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang