26

3K 255 16
                                    

Keajaiban itu seperti sebuah harapan yang diinginkan semua orang. Tidak terkecuali untuk seorang Nata. Keinginannya mudah ia hanya ingin bahagia bersama keluarganya. Yang mungkin kalau dilihat dari luar hidupnya sudah sempurna dengan keluarga yang harmonis. Namun, dirinya masihlah seorang anak yang usianya belum genap 15 tahun, apalagi dirinya merupakan anak bungsu. Manja tentu saja, tapi tidak semua orang tahu kalau ia juga butuh itu. Ia sudah dianggap bisa dan mandiri untuk dirinya sendiri. Hanya Aldi sang kakak sepupu sekaligus sahabat yang selalu menyediakan bahunya sebagai sandaran dan pelukan hangat yang selalu ia butuhkan. Untuk mengeluh pun ia bingung hendak kemana. Rasanya ia harus bisa memaklumi jika kakaknya lebih butuh kasih sayang orang tua serta abangnya daripada dirinya.

Seperti pagi ini, terdengar keributan dari sebelah kamarnya. Terdengar suara sang bunda yang khawatir kepada Byan yang mengeluh pusing. Nata yang mendengar suara sang bunda tersenyum lirih, sorot matanya tak terbaca. Ia rindu bundanya, setelah hampir satu minggu tak bertemu. Inginnya lari dan langsung mendekap erat sang bunda. Ingin dielus serta diperhatikan juga. Namun lagi-lagi ia tersenyum, kemudian melangkah menjauh. Turun ke lantai bawah dan menyapa Bu Narti yang tengah menyiapkan sarapan pagi ini. Menikmati setangkup roti tawar yang diberi olesan selai coklat yang sudah disiapkan Bu Narti. Kemudian menegak habis segelas susu coklat dihadapannya. Sarapan sendiri tanpa ada yang menemani membuat selera makannya hilang entah kemana.

Lantas ia pamit pada Bu Narti yang kini ikut mengantarnya ke depan pintu utama. Mengucap salam dan tak lupa memberikan senyuman pada wanita baya yang telah merawatnya itu. Dilajukan motor hitamnya menuju ke sekolah.

***

Setelah sampai di sekolah, Nata bergegas menuju kelasnya. Entah mengapa akhir-akhir ini ia sering merasa mudah lelah. Dengan kondisinya yang memang berbeda dari anak lain yang seusianya nata selalu beranggapan bahwa ia hanya kurang istirahat.

Pagi ini sepertinya Nata termasuk dalam jajaran murid terrajin yang datang ke sekolah. Bagaimana tidak, sekolah masih sepi dengan hanya ada beberapa siswa maupun siswi yang sepertinya juga baru tiba. Kelasnya saja masih kosong tak berpenghuni, dan ia merupakan siswa pertama yang datang di kelasnya. Seperti biasa, Nata duduk di kursinya dan kemudian menelungkupkan kepala menyembunyikan wajahnya. Ia ingin tidur selagi menunggu bel berbunyi yang mungkin akan terdengar satu setengah jam lagi. Setidaknya waktu satu setengah jam bisa ia manfaatkan untuk tidur.

***

Bagaimana jika dirimu bangun dan tiba-tiba tempat terakhir kali dan yang sekarang dirimu tidur berada di tempat yang berbeda? Bingung tentu saja. Itulah yang dialami oleh Nata, ia menatap bingung ruang UKS di sekelilingnya. Seingatnya bukankah ia tidur di kelasnya tadi? Lalu mengapa sekarang ia sudah ada di ruang UKS? Tirai di hadapannya terbuka menampakkan Aldi yang membawa nampan berisi segelas susu coklat dan semangkuk bubur ayam yang asapnya masih terlihat mengepul.

"Udah bangun?" Tanya Aldi basa-basi yang kini telah duduk di kursi samping brankar.

Nata tak menjawab ia hanya mengangguk sambil menatap Aldi.

"Btw lo lagi latihan mati atau gimana? Tidur kok gak bangun-bangun"

"Emang gw tidur lama?" Tanya Nata

"Nggak lama kok dari pagi sampai sekarang istirahat aja" jawab Aldi datar yang hanya dibalas kekehan oleh Nata.

"Nih makan dulu" ujar Aldi seraya menyodorkan sesendok bubur kepada Nata. Nata tak menolak, kebetulan dirinya sedang lapar.

"Semalem begadang?" Tanya Aldi disela ia menyuapi Nata. Nata hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Terus kenapa?" Tanya Aldi lagi, Nata yang ditanya demikian hanya mengendikkan bahunya sambil terus mengunyah bubur yang ada di dalam mulutnya.

"Terus?" Ujar Aldi yang tak puas dengan jawaban dari sang adik. Nata menghela nafas sebelum menjawab, mau tak mau ia harus menjawab sebelum Aldi berubah menjadi seperti ibu-ibu kosan yang sedang menagih uang bulanan.

"Nggak tau" jawab Nata seadanya, Aldi ikut menghela nafas mendengar jawaban Nata, ia menyerah.

Aldi kembali menyuapkan sesendok bubur dan diterima oleh Nata. Hingga semangkuk bubur itu sudah habis tak bersisa. Kemudian Aldi menyodorkan segelas susu coklat, dan Nata meminumnya hingga tandas.

"Mau lanjut tidur atau ke kelas?" Tanyanya saat Nata sudah menghabiskan susunya.

"Ke kelas lah, kan gw sekolah buat belajar bukan tidur" jawab Nata yang kini beranjak dan memasang sepatunya.

Aldi hanya bisa menghela nafas, ingin rasanya ia menukar adiknya ini dengan apapun, namun sayangnya ia terlalu menyayangi adiknya ini melebihi dirinya sendiri.

"Mau ke kelas nggak?" Tanya Nata yang membuyarkan pikirannya. Aldi meletakkan mangkuk di tangannya ke atas nakas lantas ikut bangkit dan kemudian mengusak rambut Nata gemas. Nata tersenyum, yang mau tak mau membuat Aldi ikut menyunggingkan senyumnya.

***

Bersambung...

Kita BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang