Cerita ini sudah melanglang buana jauh dari alur pertama dipikirkan. Tidak tau ujungnya seperti apa, dan alurnya juga begitu lambat. Mohon bersabar hehe✌️
***
Nata terus tersenyum sedari dirinya membuka mata. Senyum yang hanya dia berikan untuk Aldi seorang. Membuat orang lain yang ada di sana merasa tak berguna.
Kemanapun Aldi melangkah mata Nata tak lepas mengikuti. Aldi jadi geram sendiri, ia jadi ragu apakah Nata benar-benar amnesia. Kenapa tingkahnya begitu tengil ketika terbangun?
"Gw colok tuh mata" Aldi seraya melayangkan kedua jarinya ke depan mata Nata.
"Al" teguran dari Arkan membuat Aldi berdecak tak suka.
Nata mengerjabkan matanya, seperti anak kecil yang dimarahi. Matanya berkaca melengkungkan bibirnya ke bawah.
"Yaoloo, anak bunda jangan nangis" ujar Aldi mengapitkan kedua tangannya pada pipi kiri dan kanan Nata.
Bukannya diam, Nata malah semakin dibuat menangis. Ia teringat kemarin sore ketika Aldi lebih memilih menonton live bunda corla ketimbang menyuapinya bubur.
"Aduhh kok tambah nangiss sih" eluh Aldi
Byan yang tertidur di sofa terbangun, mendekat ke brankar dengan linglung. Ditatapnya Nata yang menangis sesenggukan dipelukan Aldi yang sibuk menenangkan.
"Kenapa?" Tanya Byan
Nata menghentikan tangisnya, menatap Byan dengan mata yang masih berair. Byan yang tak tahan mengusap kepala Nata sayang.
Mendapat perlakuan seperti itu, Nata menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Aldi, dirinya malu hingga seluruh wajahnya terasa panas.
"Mulai ni bucin ama Byan, dah dikit lagi lupa dah ama gw" ucap Aldi mendramatisir.
Nata mengeratkan pelukannya. Menggumam sesuatu yang tak jelas terdengar.
Arkan merasa hanya jadi figuran saja, tak ada ruang untuknya. Kadang ia merasa sesak di dadanya.
***
"Besok mungkin akan ada seorang psikolog yang akan bertemu Nata" mulai Dion membuka obrolan.
"Tolong lakukan yang terbaik" pinta Adi pada Dion
"Pasti, Nata juga seperti anak bagiku, tenang saja" timpal Dion
"Dan masalah Byan, bagaimana? Apa sudah ada donor yang cocok?" Tanya Adi penuh harap.
Dion menggeleng, mendapatkan donor itu sangat sulit, apalagi harus dilakukan tes apakah cocok atau tidak.
"Berdoa saja semoga secepatnya akan ada pendonor yang cocok untuknya" ucap Dion, Adi hanya mampu menghela nafas meluruhkan pundaknya.
***
"Nata ingin pulang saja" ujar Nata lirih yang memecah keheningan, membuat penghuni ruangan itu seketika fokus padanya.
"Kenapa? Besok kan masih ada terapi" tanya Dinda yang berada didekat Nata.
Nata tidak menjawab, ia malah melengkungkan bibirnya bersiap menumpahkan air matanya. Sekarang tidak ada Aldi sang kakak. Dan dua orang dalam ruangan yang mengaku sebagai bunda dan ayahnya itu sangat terasa asing baginya.
"Hei sayang. Mana yang sakit atau ada yang tidak nyaman beritahu bunda sayang"
Semenjak bangun, tingkah Nata memang berbeda. Nata akan lebih mudah menangis dan juga sedikit lebih menggemaskan?
![](https://img.wattpad.com/cover/181202517-288-k893616.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Beda
Teen Fiction"Hidup bagaimanapun jalannya tetap harus dijalani". -Abiyana Adinata Nugraha- "Penyesalan adalah sesuatu yang pasti akan terjadi". -Abyan Aditya Nugraha-